Thirty Five

865 70 13
                                    

Club adalah tempat gue untuk memplampiaskan amarah gue dan masalah dalam hidup gue, walaupun cuma sementara.

****

Revan menghentikan motor merahnya disuatu tempat yang sudah lama tak ia kunjungi.

Revan merindukan tempat ini. Ini adalah tempat dimana dulu Revan melampiaskan amarahnya.

Club.

Revan berjalan dengan langkah santai menuju club. Club ini memang buka 24 jam. Jadi setiap saat kita boleh mengunjunginya.

Revan menatap penjaga club yang berdiri di luar pintu masuk. Penjaga club hanya  menyipitkan matanya sambil menatap Revan.

Revan duduk di meja bar, lalu ia memesan minuman keras. Ia memesan dua botol vodka.

"Mas, dua botol vodka." Pesan Revan.

Si pelayan club pun mengerutkan keningnya. "Banyak amat mas, tapi kan minuman vodka gak boleh di minum banyak-banyak."

"Udahlah! Saya disini bayar, mas harus layanin saya. Saya mesen dua vodka."

Si pelayan club yang bernama Key itu pun mengangguk. "Iya mas."

Tak lama kemudian ia membawa dua botol vodka yang ada ditangan kanan-kiri nya. Ia menyerahkan dua botol vodka dengan gelasnya.

Revan langsung merampas botol minuman itu. Revan langsung meneguk vodka dengan langsung meneguk botolnya tanpa memakai gelas.

Orang-orang yang ada disekitar Revan langsung menatap Revan tak percaya. Ada yang menggeleng-geleng kepalanya. Ada juga yang menatapnya dengan tatapan cengo.

Tak membutuhkan waktu lama, minuman vodka itu langsung habis dua botol. Key menatap orang yang ada dihadapannya tidak percaya.

"Mas kalo ada masalah jangan dipelampiasin sama minuman keras. Gak baik." Nasihat Key.

Revan menatap Key dengan tatapan lesu, tidak sadarkan diri. "Bacot lo! Lo gak ada hak buat ngatur gue, okay?"

"Tapi terlalu banyak minum minuman keras itu gak baik."

"Tau apa lo tentang kesehatan? Gue gak peduli sama diri gue. Percuma gue hidup, masalah selalu ada dan hanya membuat gue gelisah. Lebih baik gue nenangin diri disini." Kata Revan dengan nada acuh tak acuh.

****

Aletha, Gio, dan Alika sedang bermain air terjun yang tidak jauh dari villa mereka. Mereka tampak bermain air, saling menyiram sesama, dan bergembira.

Aletha tertawa terbahak-bahak ketika dirinya disiram oleh Gio menggunakan air terjun. Aletha pun membalas siraman itu.

"Aletha, Gio, Alika, pulang yuk udah hampir magrib." Sontak Tania dari bawah pohon.

Aletha, Gio, dan Alika langsung mengangguk. "Iya mah..."

Lalu mereka segera kembali ke Villa.
Aletha, Gio, maupun Alika, mereka menggosok-gosok rambutnya menggunakan handuk kecil. Rambut mereka basah karena tadi sempat terkena air terjun, tapi mereka tetap bahagia.

"Sana mandi dulu." Perintah Adit.

"Gio laper pah." Sahutnya.

"Yaelah bang, baru tadi makan udah laper." Gerutuk Alika.

"Dari tadi embah mu, dari jam 1 sampe jam 5 sore gue belum makan, njir."

"Sudah-sudah, lebih baik kalian mandi dulu, setelah itu kita beli sate, mau gak? Nanti yang beli biar papah sama Bang Gio aja." Ucap Tania.

Boy Bestfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang