Twenty Three

908 90 40
                                    

Seharusnya lo gak ngelupain sahabat lama lo. Inget! Lo dulu pernah susah seneng sama sahabat lama lo.

***

Revan sudah habis satu botol bir. Kapalanya sudah sangat pusing. Pikirannya campur aduk.

"Pusing van? Gak nambah lagi gitu? Enak lho." Bisik Keshya seperti bisikan setan.

Revan terlentang di kursi clubbing dengan keadaan memeluk Keshya tanpa dirinya sadari. Keshya sengaja meletakkan tangan Revan di pundaknya. Keshya mengamati wajah Revan secara dekat. Keshya memang tidak banyak meminum bir. Jadi dirinya tidak begitu merasa pusing.

Keshya sudah berhasil memengaruhi Revan sampai-sampai ia habis satu botol.

Revan membuka mata malasnya. Tatapan Revan seketika membulat ketika melihat Keshya mirip dengan Aletha.

"Aletha?." Tanya Revan pelan dan pikirannya masih sangat pusing. "Kok lo ada disini?."

Keshya menggeleng-geleng tak percaya. Mengapa Revan menyebut dirinya adalah Aletha? Semirip itukah Keshya dengan Aletha? Sehingga lantas Revan dapat menyebut Keshya adalah Aletha walaupun dalam keadaan mabok.

"Gue bukan Aletha,van. Lo buat apa sih masih mikirin dia? Lupain Aletha!"

"Aletha gue masih sayang sama lo! Gue gak mau lo pergi!"

Keshya segera melakukan sesuatu. Ia memesan pada si pelayan Clubbing untuk menambah satu botol minuman bir. Pelayan pun menganggu lalu segera melaksanakan pesanan Keshya. Keshya tampak merayu Revan untuk tidak memikirkan Aletha. Keshya tidak mau Revan mengingat-ingat Aletha lagi. Keshya mau Revan bisa menjadi miliknya. Dan Keshya akan melakukan tindakan apapun selagi Revan masih memikirkan Aletha.

"Nih mba minumannya." Pelayan itu datang dengan membawakan sebotol minuman bir.

Keshya segera merampas minuman itu dan menuangkannya ke dalam gelas lalu memberinya kepada Revan. Dengan spontan Revan menerimanya. Pikiriannya benar-benar kacau. Revan meneguk segelas bir dan habis.

Seketika pikirannya tambah melayang. Pusing. Bercampur aduk. Keshya tertawa licik menatap Revan dalam keadaan seperti ini.

"Dasar bodoh!" Gumam Keshya ketika menatap Revan mulai menutup matanya.

"Lo mau mikrin Aletha lagi? Dia udah mati,van. Lo gak usah mikirin dia lagi. Yang berhak ada di hati lo itu cuma gue dan gue!"

Keshya semakin tertawa licik.

"Aletha" gumam Revan.

Keshya mengerutkan keningnya.
"Ngapain sih lo masih mikirin dia van? Aletha itu jahat! Dia hampir aja ngelukain lo pas camping! Sampe tangan lo luka. Seharusnya lo mikir, Aletha itu cuma bisa bikin lo celaka."

Revan hanya mengangguk pasrah tidak sadarkan diri. "Pulang yuk! Lo pasti cape kan?" Lagi-lagi Keshya merangkul Revan untuk bangkit dari duduknya. Keshya menaruh beberapa selembaran uang di atas meja clubbing ini.

Lalu ia melatakkan sebelah tangan Revan pada pundaknya dan mulai menuju parkiran motor Revan.

Keshya meletakkan Revan di motor bagian belakang dan sekarang Keshya yang mengendarai motor itu. Revan masih dalam keadaan tidur pulas dan tidak sadarkan diri. Revan memeluk Keshya dari belakang.

Lalu Keshya mulai menyetater motornya diatas kecepatan rata-rata.

****

"Gue pengen pulang bel," rengek Aletha dalam keadaan duduk di atas kasur Bella. Bella menatap temannya itu. Ia melihat wajah Aletha yang tampak pucat. Bibirnya sedikit putih. Serta keringat yang bercucuran di dahinya.

Boy Bestfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang