Seventeen

1K 109 12
                                    

Lo harus tau, bagi gue, lo itu nyata. Lo tempat gue berpijak setelah gue puas berkeliling di dunia imajinasi gue. Lo yang menarik gue kembali ke bumi.

***

Revan menatap foto-foto yang berjejeran di bingkai itu. Sesekali ia melihat kenangan-kenagan yang ada di album itu. Album yang menurut Revan sudah cukup lama dan tua. Album itu sudah ada disaat Revan masih kecil. Revan perlahan melihat kenangan yang ada di dalam album itu.

Seketika Revan menjadi teringat teman kecilnya. Perempuan yang berambut panjang sepundak, serta poni yang tersusun rapi sebatas alis. Revan kengen masa-masa kecilnya dengan dia.
Dulu Nadya merupakan teman kecil Revan. Teman yang selalu ada disaat Revan sedang sedih.

Revan rindu Nadya. Tapi sayangnya Nadya sudah berpergian jauh, Nadya ikut bersama Ayahnya untuk pergi ke Jerman. Dikarenakan ayah Nadya bekerja disana, otomatis Nadya harus ikut pergi bersama ayahnya. Dan Nadya juga bersekolah di Jerman.

Flashback on

Revan menangis kesakitan. Kakinya dipenuhi dengan darah merah segar. Darah itu mengalir dari lututnya hingga mata kakinya. Revan berjanji pada mamanya untuk menjadi laki-laki yang tangguh, untuk tidak menangis jika sedang terluka.

Tapi ini benar-benar sakit, Revan tidak bisa menahan rasa sakitnya. Kakinya tersenandung oleh bebatuan yang bergerigi sehingga membuat kaki Revan terluka.

Nadya menghampiri Revan dengan wajah yang khawatir. Nadya yang masih bertubuh kecil itu mengusap kaki Revan yang dipenuhi darah.
"Aww! Atit tau." Ucap Revan sambil meringgis kesakitan, dengan suara yang cadel.

"Evan gak boleh nangis, Nadya anter Evan pulang ya?." Ajak Nadya. "Nanti kita obatin kaki evan dirumah evan."

Revan mengangguk. Anak laki-laki yang masih berumuran 5 tahunan itu berjalan sambil terengkeh-engkeh menahan sakit yang ada dikakinya. Nadya membantu Revan berdiri, dan membantu menompa tubuh Revan agar tidak terjatuh.

Setelah sampai dirumah, Nadya mengetuk pintu depan rumah Revan, dan Rosita -mama Revan- membukakan pintunya. Rosita tiba-tiba terkejut melihat kondisi kaki Revan yang dipenuhi dengan darah merah segar. "Tante, Evan tadi jatuh di sana." Ucap Nadya sambil menunjukkan tempat Revan terjatuh.

Rosita mengangguk. "Revan kamu gapapa nak? Ayo biar mama obatin, Nadya ayo masuk." Ajak Rosita.

Nadya duduk disamping Revan sambil memerhatikan Rosita yang sedang mengobati Revan.

Revan menatap Nadya senang. "Makasih,dya. Kamu udah bantu aku pulang ke rumah." Ucap Revan.

Nadya tersenyum.

Flashback OFF

Seketika senyuman yang ada di bibir Revan mengembang. Seandainya moment itu bisa terulang lagi. Revan ingin Nadya pulang kembali. Revan ingin memeluknya. Tapi menurut Revan semuanya hanya sebuah mimpi. Nadya tidak mungkin akan pulang ke Indonesia. Nadya akan terus menetap di Jerman.

Andai elo ada di sini, nad. Gue pingin ngulangin semua kejadian dan kenangan yang pernah kita lakui. Gue pingin menjadi terbaik buat lo. -batin Revan.

Seketika pikiran Revan membuyar. Malam ini Revan belum memberi kabar kepada Aletha dan belum mengucapkan selamat malam. Revan langsung menaruh albumnya kembali di rak buku. Revan langsung pergi menuju nakas yang ada di samping tempat tidurnya, dan mencari nomer Aletha.

Revan: tha, lo lagi ngapain? Maaf ya gue telat ngasih kabar ke lo.

Tidak ada balasan. Revan mengusap wajahnya kasar. Revan takut Aletha marah. Jam dinding sudah menunjukan pukul 9 malam. Atau Aletha sudah tidur? Atau Aletha benar-benar marah?

Boy Bestfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang