Rio Menakutkan

2K 90 0
                                    

******Happy Reading******


Maaf kalau ada typonya.


    Rio langsung mendongakkan kepalanya. Matanya menemukan cewek cupu itu. Memang benar cupu itu memperhatikannya. Karena saat dia mendongak tadi si cupu terlihat terkejut karena tertangkap menatapnya.

Ify sendiri masih menormalkan degup jantungnya. Ia terkejut karena Rio mendongakkan kepala secara tiba- tiba. Ia malu karena tertangkap basah menatap Rio tak berkedip. Ia masih menundukkan kepalanya. Sampai ia tak sadar Rio sudah ada di depannya dengan tatapan tajamnya.

" Hehh cupu !!! Ngapain lho memperhatikan gue !!! Gue risih tau ditatap orang miskin dan cupu kaya lho !!!'' bentak Rio.

Ify tak berani mendongakkan kepalanya. Ia hanya menunduk dan meremas- remas tangannya karena takut. Ia tak punya cukup nyali untuk  menatap mata elang milik Rio.

" Maaf, kak. Saya tidak akan menatap kakak lagi.'' maaf Ify.

" Gue gak butuh maaf dari lho ! Mending lho keluar dari perpus ini ! Wajah lho buat gue pengen muntah tau!" usir dan sengit Rio.

Lagi- lagi Ify hanya bisa menunduk. Hatinya sakit mendengar kata- kata Rio tadi. Apakah hidupnya hanya untuk diejek terus? pikirnya. Tadi si ratu bully sekarang ia dibentak lagi. Tanpa berkata apapun Ify berdiri dari kursinya dan pergi meninggalkan perpustakaan.

Sampai di luar perpus air matanya menetes. Kekagumannya pada sosok Rio ternyata salah. Wajahnya memang menawan tapi sikapnya yang jahat dan menakutkan. Ternyata semua orang kaya sifatnya sama yaitu suka menindas yang miskin.

Setibanya di kelas, ia segera menghapus air matanya. Lagi- lagi ia merasa tak diaanggap ada oleh teman sekelasnya. Ia hanya bisa diam menahan tangisnya yang ingin keluar dari matanya. Lalu ia duduk di kursinya dan mempersiapkan buku untuk pelajaran selanjutnya.

Setelah bel berbunyi, belum ada 1 menit Bu Winda sudah memasuki kelas X IPA 2 kelas Ify. Guru pengampu Fisika yang terkenal dengan kata- katanya yang tajam jika memarahi muridnya. Seketika suasana dalam kelas Ify menjadi hening. Semua tampak menatap ke arah Bu Winda.

Guru itupun memulai pelajarannya tentang medan gravitasi. Murid- murid sangat serius memperhatikan apa yang dijelaskan guru itu walau banyak yang tidak paham akan penjelasannya tapi mereka tetap diam tidak mau bertanya. Mereka tidak ingin terlibat dengan guru itu. Cukup memperhatikan saja sudah membuat mereka pusing apalagi harus bertanya.

Lain halnya dengan Ify. Ia tampak memperhatikan materi itu dengan serius. Karena prinsipnya adalah ia akan menuntut ilmu dengan sungguh- sungguh, ia tidak akan menyia- nyiakan beasiswanya. Karena beasiswa itu sangat sulit ia dapatkan. Butuh perjuangan panjang demi beasiswa itu.

Tiga jam pelajaran pun berlalu. Pelajaran membosankan itu harus berakhir karena bel pulang berbunyi. Semua murid keluar kelas secara berebutan. Kecuali Ify. Padahal Bu Winda masih di dalam kelas. Tapi seperti itulah kebiasaan murid SMA Varuna. Ify menunggu Bu Winda keluar kelas terlebih dahulu. Inilah murid yang menghormati gurunya. Akhirnya, ia pun pulang ke rumah dengan jalan kaki kembali.

Ketika ia sudah berada di luar gerbang sekolah. Ia berjalan dengan tergesa-gesa karena ia harus segera sampai rumah untuk bekerja. Rio yang melihat Ify jalan kaki langsung membuka kaca jendela mobilnya.

" Ehhh kasihan amat si cupu! Jalan kaki! Gak punya mobil ya? Eh motor aja gak punya apalagi mobil! Hahaha." ejek Rio sambil tertawa.

Ify hanya diam karena kalau ia menanggapi maka tidak akan pernah selesai. Ia juga pasti kalah dari Rio. Mustahil ia dapat mengalahkan Rio jika berdebat. Apalah Ify hanya gadis cupu dan miskin sedangkan Rio anak pemilik sekolah. Bisa-bisa ia dikeluarkan dari sekolah. Itu sesuatu yang tidak pernah ia inginkan.

Setelah itu Rio melajukan mobilnya lagi. Saat ada sebuah kubangan air dan lumpur, ia sengaja melewatinya. Alhasil air dan lumpur itu mengenai Ify. Bajunya sangat kotor.

" Aduhh! Maaf gue sengaja!" tutur Rio pada Ify ketika ia berhenti lagi untuk melihat hasil perbuatannya. Ia tersenyum senang melihat Ify seperti itu.

" Sangat cocok untuk wajah miskin kaya lho! Penuh dengan kotoran! Gue pergi ya cupu?" ejek Rio lagi

Rasanya Ify ingin menangis sekarang juga. Tapi ia tahan air matanya. Ia tak mau tampak lemah di depan orang-orang. Bukannya ia sok kuat, tapi ia tak ingin orang semakin mengejeknya. Sudah cukup mereka yang membully Ify. Jangan nambah lagi.

Mobil Rio sudah tak terlihat. Semenjak selesai mengejek Ify tadi ia langsung melajukan mobilnya. Ify pun segera melanjutkan jalannya yang sempat tertunda tadi. Rasanya ia ingin segera sampai rumah. Pergi dari sekolah yang menyakitkan ini.

Thanks for reading😘😘

LOVE FOR IFYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang