Kambuh

1.9K 95 2
                                    

******Happy reading******

Maafkan aku yang baru bisa update karena kemarin aku kehabisan kuota. Sekali lagi maaf ya?

Maaf kalau banyak typo.


Badan Ify rasanya capek semua. Tadi restoran banyak pengunjung yang mengharuskan ia untuk bekerja ekstra hari ini. Tapi ia juga bahagia, dengan keramaian restoran itu membuat gaji Ify ditingkatkan.

Kemudian sesampainya di rumah, ia menuju ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya yang penuh keringat. Setelah selesai mandi, ia baru teringat adiknya. Secepatnya ia menghampiri sang adik di kamar.

Sesampainya di kamar sang adik, betapa terkejutnya ia melihat adiknya tertidur dengan gelisah. Ketika ia menempelkan tangannya ke kening adiknya rasa panas yang ditangkap indra perabanya. Kemudian ia segera pergi ke dapur untuk mengambil air hangat dan lap untuk mengompres adiknya.

" Dingin kak." adunya pada Ify dengan suara gemetar.

" Maafin kakak Ray. Kakak tinggalin kamu sampai malam kaya gini. Kamu jadi gak keurus. Kamu sakit aja kakak baru tahu sekarang. Maafin kakak." sesal Ify sambil membawa adiknya ke dekapannya. Berusaha agar adiknya tidak kedinginan lagi.

" Gapapa kak. Kan kakak kerja buat aku juga." jawab Ray berusaha menenangkan sang kakak.

" Enggak Ray. Kakak gak berguna bagi kamu. Kakak gak bisa apa-apa disaat kamu kesakitan kaya gini." ucap Ify dengan suara bergetar.

Ify berusaha menahan air matanya. Ia tak mau tampak lemah di depan Ray. Hanya dia yang bisa menyemangati bocah itu. Jika ia lemah di hadapan Ray. Maka Ray akan kehilangan semangatnya. Ia tak mau hal itu terjadi.

" Kamu tunggu di sini ya? Kakak mau ke tetangga sebelah dulu." pamitnya pada sang adik.

Ray hanya bisa menganggukkan kepala menanggapinya. Karna hanya itu yang bisa dia lakukan. Ia tak punya cukup tenaga untuk menjawab dengan kata-kata. Rasa sakit di kepalanya membuat dia kehilangan tenaga. Dia sedari tadi menahan untuk tidak tampak begitu kesakitan di depan sang kakak. Dia tak mau membuat kakaknya itu semakin khawatir pada dirinya.

Ia merasa kasihan pada sang kakak yang harus mengurus orang penyakitan sepertinya. Ia selalu membebani kakaknya. Ia selalu membuat sang kakak khawatir. Sungguh Ray benci akan dirinya yang lemah ini. Kakaknya yang bekerja susah payah sedangkan dirinya hanya bisa tidur di kamarnya.

Sesampainya di rumah sang tetangga, Ify langsung mengatakan maksud serta tujuannya ke rumah tersebut. Yakni untuk meminjam uang. Ia mengatakan bahwa adiknya kambuh lagi dan ia ingin membawa sang adik ke rumah sakit. Ia ingin memeriksakan sang adik, tapi ia tak punya uang.

Akhirnya sang tetangga mau meminjami Ify uang. Ia merasa kasihan juga pada Ify. Tapi si tetangga hanya bisa meminjami untuk periksa saja tidak untuk menginap di rumah sakit. Tetangganya hanya punya uang sebesar itu. Ia juga punya tanggungan membiayai anaknya yang kuliah.

Ify sudah sangat bersyukur akan hal itu. Seenggaknya ia bisa membawa adiknya ke dokter dan membeli obat pereda rasa sakit untuk Ray. Dengan tergesa-gesa ia kembali ke rumahnya. Langsung Ify membawa Ray ke rumah sakit dibantu tetangganya tadi.

Sesampainya di rumah sakit, setelah dokter memeriksa keadaan Ray. Dokter itu memanggil Ify ke ruangannya.

" Adik kamu sudah semakin parah fy. Kankernya sudah mulai masuk kestadium akhir. Butuh penanganan khusus untuk hal itu. Obat pereda sakit tidak menjamin kesehatan Ray." ucap dokter itu pada Ify.

" Saya tidak punya uang untuk biaya pengobatan dok. Dari dulu saya ingin Ray mendapat perawatan khusus. Tapi apa yang bisa saya lakukan." adu Ify pada dokter itu.

" Saya akan membantu biaya Ray selama dirawat di rumah sakit ini. Jadi Ray akan dirawat beberapa hari disini. Tapi saya hanya bisa membiayai sampai deman Ray sembuh. Setelah itu, kamu bisa membawa Ray pulang." tawar dokter tersebut.

" Iya dok. Itu sudah sangat membantu saya. Terima kasih dok." ucap Ify.

" Oh ya. Ini resep obat untuk Ray nanti. Tolong kamu beli di apotek dekat rumah sakit ini." tambah sang dokter.

" Iya dok. Sekali lagi terima kasih atas bantuan anda." ucap Ify.

Setelah itu, Ify pergi ke apotek untuk membeli obat sang adik menggunakan uang yang ia pinjam dari tetangganya. Dalam hati Ify tak henti-hentinya mengucap syukur. Akan kebaikan tetangganya yang mau membantu meminjami uang dan kebaikan sang dokter yang bersedia membayar biaya perawatan adiknya. Ify berpikir suatu saat nanti jika ia sudah sukses ia akan mengganti kebaikan mereka berdua.

Sesampainya di apotek, ia memberikan resep tersebut kepada penjaga apotek. Setelah mendapat obat yang dimaksud ia segera kembali ke rumah sakit. Ia khawatir akan Ray yang ia tinggal sendiri. Ia takut Ray butuh apa-apa dan Ify tidak ada disana.

Ketika membuka pintu rawat Ray. Ify menghela nafas lega karena Ray masih tertidur. Tak lama kemudian suster masuk ke ruang rawat Ray membawa nampan berisi makanan.

" Tolong jika pasien sudah bangun. Dimohon untuk memakan makanan ini!" perintah suster itu pada Ify sambil meletakkannya di atas meja.

" Baik sus." jawab Ify.

Dan suster itu keluar dari ruangan. Ify memandangi adiknya yang masih terlelap.

" Akhirnya kamu bisa dirawat di rumah sakit Ray." ucap Ify sambil mengusap kepala Ray pelan.

" Cepat sembuh ya?" ucapnya lagi.

Ray merasa terusik dalam tidurnya. Perlahan-lahan ia mulai membuka kedua matanya. Ia merasakan sakit dikepalanya sudah tidak ia rasakan lagi.

" Aduh kakak ganggu tidur kamu ya? Maaf ya?" sesal Ify pada adiknya. Ia berpikir bahwa adiknya terbangun karena ulahnya.

Ray hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

" Ya sudah. Sekarang Ray makan dulu ya." pinta Ify pada adiknya.

Ray menganggukkan kepala lagi. Ify pun mulai menyuapi adiknya. Ia tersenyum kala adiknya memakan makanannya dengan semangat. Padahal biasanya kalau orang sakit itu susah disuruh makan. Ia salut akan semangat Ray menghadapi penyakit ini.

Tak selang beberapa menit makanan dipiring sudah habis. Ify meletakkan piring itu ke atas nampan. Lalu ia mengambil air putih untuk adiknya minum.

" Masih ada yang sakit Ray?" tanyanya.

" Udah nggak kak, cuma pusing sedikit." jawab Ray. Jawaban Ray membuat Ify semakin tenang.

" Sekarang Ray tidur lagi. Kata dokter Ray harus banyak tidur." perintah Ify sembari menyelimuti adiknya.

Ray mengangguk dan tak selang lama Ray tertidur lagi. Kala Ray tertidur, Ify meninggalkan adiknya untuk pergi ke kantin rumah sakit. Ia lapar. Rasanya perut Ify sudah berdemo meminta makan sedari tadi.

Sesampainya di sana. Ify langsung memesan nasi satu bungkus dan air putih. Setelah mendapat makanannya, ia kembali ke ruangan rawat adiknya. Ia berencana untuk makan di sana saja sambil menunggu dan menjaga adiknya itu.

Thanks for reading😘😘

Sekali lagi silahkan vote ya? Atau coment juga bisa. Supaya aku semangat nulis kalau banyak yang vote😊😊. Jangan jadi pembaca gelap ya☺.

Makasih buat yang vote and coment di part" sebelumnya😊😊.

LOVE FOR IFYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang