Gustano Karay Prasetya

2K 100 0
                                    

******Happy Reading******


Maaf kalau ada typonya.



     Ketika memasuki rumah reyot miliknya. Sepi yang Ify rasakan. Pasti adiknya berada di kamarnya. Karna sang adik lebih suka menunggu Ify pulang di dalam kamar. Selain itu, Ify juga melarang sang adik untuk keluar rumah karena takut adiknya akan kenapa- napa.

Adik Ify menderita penyakit kanker darah. Kanker itu sudah berkembang sampai stadium tiga. Sebenarnya Ify sangat ingin membawa sang adik ke rumah sakit. Tapi apa daya ia tak punya biaya. Ia hanya membeli obat pereda rasa sakit ketika adiknya itu kambuh.

Gustano Karay Prasetya adalah nama adik Ify. Bocah berusia 7 tahun yang harus merasakan kesakitan dalam hidupnya. Tidak bisa berbaur layaknya bocah seusianya. Kesehariannya hanya di dalam rumah. Bahkan ia tidak sekolah. Ia mengenal baca tulis dari sang kakak.

Tapi Ray adalah bocah yang kuat. Ia selalu tabah ketika rasa sakit menyerang tubuhnya. Ia tampak ceria seakan- akan hidupnya baik- baik saja. Ia tak pernah mengeluh akan pahitnya kehidupan yang ia miliki. Bahkan ia merasa bersyukur karena nemiliki kakak seperti Ify. Kakak yang penyayang dan sabar dalam merawatnya selama ini.

" Udah makan Ray?" tanya Ify kepada sang adik.

" Udah kak. Kak Ify baru pulang? Kok baju kakak kotor?" jawab dan tanyanya.

" Iya Ray. Tadi kakak terpleset. Kamu lagi ngapain?" tanya Ify lagi.

" Lagi membaca buku yang kakak berikan kemarin." jawab Ray sambil tersenyum.

" Oh. Ya udah kakak ke kamar dulu mau ganti baju sekalian nyuci baju tetangga depan, ya?" pamit Ify.

" Iya kak."

Ify berjalan menuju kamarnya. Setelah selesai ganti baju ia kembali mencuci baju pelanggannya. Yah Ify bekerja sebagai pencuci baju. Tak banyak upah yang ia dapat tapi lumayanlah buat makan.

Selain itu, ia akan menjual kue milik tetangganya. Ia akan mendapat upah dari hasil jualan ini. Ia tidak bisa berjualan dengan modal sendiri, karena ia tak punya uang untuk membeli bahan. Upahnya akan ditambah dengan upah mencuci. Uangnya untuk makan dan obat sang adik.

Ify merasa bersyukur atas kehidupannya yang seperti ini. Ia tak pernah mengeluh sekalipun ia dalam kesulitan pun. Ia adalah gadis yang pekerja keras dan pantang menyerah.

Ify telah selesai mencuci. Kemudian menjemurnya. Lalu ia berangkat menuju rumah tetangganya yang biasa ia jualkan kuenya. Cukup dengan berjalan beberapa langkah, sampailah ia di rumah yang dimaksud.

Ify langsung mengambil kuenya. Lalu ia berangkat menjajakan kuenya. Ia menjajakan kue ke sekeliling rumah dan jalanan dekat rumahnya. Ia tampak selalu tersenyum saat menjajakan kuenya. Karena keramahannya kue itu pun laku terjual.

Saat Ify menjajakan kue di jalan raya. Sivia tak sengaja melihatnya. Ketika menyeberang, Sivia tersenyum evil dan dengan sengaja menjalankan mobilnya ke arah Ify.

Cittttttt

Tiba- tibaa mobil Sivia berhenti mendadak di dekat Ify. Via tampak tersenyum puas karena melihat Ify terkejut. Ia memang sengaja tak menabrakkan mobilnya. Via tak sekejam itu, ia hanya mengerjai Ify.

" Hehh cupu!!!! Lho gak punya mata ya? Nyebrang asal nyelonong aja!!! Kalau mobil gue nabrak lho gimana? Entar mobil gue hilang kemewahannya karena kesentuh tubuh kotor lho!!!" bentak Via.

" Maaf Vi, aku kurang hati- hati. Tadi aku mau nyebrang udah sepi kok." protes Ify.

" Sepi apaan!!! Buktinya ada mobil gue!!! Lho gak punya mata ya!!! bentaknya sekali lagi.

" Maaf vi." sahut Ify lirih.

Sivia pun tak memperdulikan Ify. Ia masuk ke dalam mobilnya. Dalam hatinya ia merasa puas berhasil mengerjai Ify. Ify menghela nafas lega ketika mobil Via melaju dan perlahan mulai menjauhi dirinya.

Kue Ify terjual semuanya. Ia sangat senang kuenya laku. Ia segera kembali ke rumah. Ia merasa tak tenang bila harus meninggalkan rumah lama- lama. Yah faktor utamanya adalah adiknya yang sendirian di rumah. Sebelum ke rumah terlebih dahulu ia menyerahkan uang jualannya kepada sang pemilik. Ify diberi uang lima ribu karena total uang dagangannya adalah dua puluh ribu.

Bagi Ify uang lima ribu sangat berarti untuknya. Untuk mendapatkannya saja perlu bersusah payah kerja. Harus rela bermandi keringat. Tapi apakah anak orang-orang kaya menganggap uang lima ribu berarti? Pasti jawabannya tidak. Karena ia tidak merasakan susahnya mencari uang, mereka hanya meminta pada orang tuanya tanpa memikirkan orang tuanya lelah mencari uang. Dan mereka dengan bangganya menghambur-hamburkan uang itu untuk berbelanja barang yang tidak penting. Sungguh memiriskan.

Apakah Ify tak punya lelah?  Sedari pulang sekolah ia tak pernah istirahat sedikitpun. Pulang sekolah langsung mencuci dan sekarang berjualan. Tampak keringat mengucur di pelipis Ify. Selain itu terlihat jelas wajah kelelahannya. Tapi ia berusaha menutupi itu di depan orang lain.

Thanks for reading😘😘

LOVE FOR IFYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang