Rapuhnya Rio

1.2K 66 12
                                    

******Happy Reading******





Hai hai hai i'm come back again guys😀😀Semoga kalian suka sama kelanjutan ceritanya😊Dan maafkan jika ceritanya acak-acakan baik itu EYD, diksi, kalimatnya yang berantakan ini. Maklumin lah baru tahap belajar nih😊Maaf juga untuk segala typonya yaa😁

Makasih udah stay sama nih cerita. Makasih for vote and comment dan makasih para readers yang baca nih cerita. Makasih juga buat yang masukin Love For Ify ke reading list kalian. Tetep stay yah sama Love For Ify. Baca terus sampai Love For Ify ending ya😉Oke selamat membaca guys😉




Ternyata Alvin, Gabriel, dan Cakka pergi ke kantin. Sebuah pemandangan yang tidak seperti biasanya karena mereka ke kantin tanpa satu personelnya yakni Rio yang entah dimana sekarang. Mereka bertiga pun tak berniat mencari Rio karena Rio jika seperti ini tak ingin diganggu. Mereka membiarkan Rio sendiri dulu. Nanti mereka akan menanyakan kepada Rio kenapa Rio seperti itu.

Berbeda dengan Alvin, Gabriel dan Cakka yang berada di kantin untuk mengisi perutnya. Di sini di rooftop sekolah Rio tengah memejamkan mata menikmati semilir angin yang menerpa wajah tampannya. Rio merasa tenang dengan suasana rooftop. Baginya rooftop adalah tempat yang pas untuk menenangkan diri. Di sini Rio bisa menjernihkan otaknya dan berpikir dengan tenang. Sejenak dia bisa melupakan rasa sakit yang mendera hatinya tadi pagi. Rasa sakitnya seperti menghilang karena terpaan angin pada tubuhnya.

" Hufttt..."

Rio menghebuskan napasnya perlahan. Bayangan tadi pagi terputar dengan jelas di kepalanya. Bayangan Ify yang tertawa lepas bukan karena dirinya tetapi karena lelaki lain membuat hati Rio sakit. Apakah ini balasan untuk Rio karena menjauhi Ify? Rasanya Rio seperti terkena karma saat ini.

Rio membuka kedua matanya perlahan, tatapannya kosong. Di saat seperti ini Rio selalu merasa sendiri. Dia merasa mebutuhkan sosok ibu yang bisa memeluknya jika dia dalam kondisi seperti ini. Sayangnya hal itu tidak akan terjadi karena mamanya tidak ada di sampingnya saat ini. Bahkan dia lupa kapan terakhir kali mamanya memeluk dirinya. Rio rindu pelukan mamanya yang menenangkan hatinya jika dia gundah seperti ini.

Tak terasa air mata menetes membasahi pipi Rio. Dengan segera dia menghapus air mata itu. Kalau kata orang Rio itu orang yang kuat tapi kenyataannya adalah Rio itu rapuh. Hanya saja Rio begitu pandai menutupi kerapuhannya.

" Halo maa... Rio mau ngomong." kata Rio ketika sang mama mengangkat telepon darinya.

" Aduh Rio ngapain nelpon? Mama lagi sibuk jangan nelpon dulu!" sahut mamanya.

Lalu tut tut tut panggilan telepon itu terputus. Mamanya memutuskan telepon itu sepihak. Padahal belum sempat Rio menanyakan keadaan mamanya. Selalu saja begitu ketika Rio menelpon mamanya. Rio merindukan mamanya hanya itu yang Rio rasakan. Ia ingin mendengar suara mamanya lebih lama lagi. Tapi, selalu saja tak bisa. Begitu pun dengan papanya. Mereka berdua sama saja. Sama-sama gila kerja tanpa memikirkan anak mereka di sini bagaimana. Apakah anaknya baik-baik saja? Itu tak pernah ada di benak kedua orang tua Rio.

Bahkan kedua orang tua Rio mengirim pesan pada Rio hanya saat mereka mengirim uang untuk Rio. Pesan itu hanya memberitahu Rio jika mereka sudah mengirim uang untuknya. Hanya itu, tak pernah mereka menanyakan Rio di Indonesia bagaimana.

Air mata perlahan menetes lagi di pipi Rio. Lama kelamaan semakin deras hingga membuat Rio terisak. Sungguh, Rio tak kuat menahan air matanya. Rasanya ia ingin menangis meraung-raung jika dia ingin kedua orang tuanya meluangkan waktu untuknya. Hanya saja dia seorang laki-laki. Maka tak pantas jika dia menangis seperti itu. Cukup menangis dalam diam yang bisa Rio lakukan.

Rio terus terisak sampai tersedu-sedu menumpahkan kepedihan hatinya. Sampai tubuhnya ikut bergetar. Dia tak peduli kalau ada orang yang melihatnya menangis. Rio sudah tidak kuat menahan rasa sakitnya. Hanya menangis yang membuat Rio sedikit lega.

Begitu banyak beban yang Rio rasakan. Begitu menyedihkannya hidup Rio yang sebenarnya. Rio yang selalu kesepian tanpa kasih sayang. Dan Rio yang merasa benar-benar bahagia jika bersama sahabat-sahabatnya. Jadi, dia akan merelakan semuanya untuk sahabatnya. Apapun itu. Walaupun Rio yang harus menderita.

Jika Gabriel benar-benar menyukai Ify. Maka, Rio akan merelakan itu. Dia tak ingin hubungan persahabatannya rusak. Karena dengan adanya sahabat-sahabatnya itu, Rio merasa tidak sendirian. Dia tak bisa membayangkan kalau dia harus kehilangan salah satu sahabatnya. Membayangkan saja Rio sudah takut.

Tak jauh dari tempat Rio duduk, di belakang sana tepatnya di ambang pintu rooftop, Ify berdiri mematung. Kali ini adalah kali pertama Ify melihat Rio serapuh ini bahkan Rio sampai menangis. Seakan-akan Ify bisa merasakan apa yang Rio rasakan.

Ingin mendekati Rio dan memeluk laki-laki itu berusaha menenangkannya tapi kakinya seakan tidak bisa diajak kompromi. Rasanya sulit untuk mendekat. Yang bisa Ify lakukan hanyalah berdiri mematung sambil meneteskan air mata melihat laki-laki yang dia cintai menangis tersedu-sedu.

Karena tak kuat melihat Rio dalam keadaan seperti itu membuat Ify berlari meninggalkan rooftop. Dia berlari tanpa memperdulikan orang-orang yang melihatnya heran. Yang ingin dia lakukan adalah terus berlari dan berlari. Dan hanya taman belakanglah yang terpikir oleh Ify untuk dia tuju.

Gabriel yang melihat Ify berlari sambil menangis berusaha meneriaki nama Ify agar berhenti. Entah karena Ify yang tak mendengar atau pura-pura tak mendengar pun mengabaikan panggilan Gabriel. Karena merasa khawatir dengan Ify, Gabriel pun mengikuti Ify.

Sampai di taman belakang sekolah Gabriel melihat Ify duduk di bangku taman sambil terisak. Gabriel lantas mendekat ke arah Ify.

" Fy, lhokenapa?" tanya Gabriel sambil duduk di dekat Ify.

Ify menggeleng sambil terus menangis. Gabriel yang melihat itu lantas membawa tubuh Ify ke pelukannya.

Di pelukan Gabriel, Ify menumpahkan air matanya. Gabriel mengelus punggung Ify, berusaha menenangkan gadis itu. Setelah tenang, Ify melepaskan pelukan Gabriel sambil menghapus sisa air matanya. Dia masih menundukkan kepalanya. Tak berani menatap Gabriel.

" Lho kenapa?" tanya Gabriel lembut sambil membingkai wajah Ify dengan kedua tangannya. Hal itu membuat Ify menatap Gabriel.

Ify masih menggeleng enggan bercerita. Gabriel hanya bisa menghembuskan napas.

" Ya sudah kalau lho gak mau cerita. Tapi gue siap jadi pendengar kalau lho mau cerita." kata Gabriel dengan senyuman lembutnya.

Ify hanya mengangguk. Tiba-tiba Gabriel mencium kening Ify. Ify terkejut dengan perlakuan Gabriel. Dengan mulut agak terbuka dan mata sedikit melotot, Ify menatap Gabriel. Gabriel terkekeh geli melihat reaksi gadis itu.

" Kenapa?" tanya Gabriel dengan kekehannya.

" Gak. Ke ke kenapa kamu cium aku?" tanya Ify terbata.

" Emangnya gak boleh ya kalau gue cium lho?" kata Gabriel menggoda Ify.

" Engg ya ya gimana ya? Engg gak boleh lah! Kan aku bukan siapa-siapa kamu." jawab Ify salting.

" Ya udah kalau gitu lho jadi pacar gue aja." ucap Gabriel santai.

" Hahhh."

Ify terkejut, sangat terkejut dengan ucapan Gabriel. Sehingga dia hanya bisa melongo mendengarnya.

" Mau nggak?" tanya Gabriel.

" Ehh ta tapi aku....."

Hmm gimana nih? Gantung kan😀Gabriel nembak Ify. Diterima gak ya? Trus Rio gimana? Hahaha. Gimana menurut kalian? Diterima atau ditolak? Silahkan komen guys!!!! Jangan lupa vote ya😉

Thanks for reading😘😘

LOVE FOR IFYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang