Koma

2.1K 110 5
                                    

******Happy Reading******


Maaf kalau typo. Maaf kalau cerita ini banyak kesalahan. Maklumilah karena masih amatir😁

Ohhh yaa jangan lupa buat follow akun wattpad ini yaa😀 Tenang ntar aku follback kok. Yah walaupun gak saat kalian follow langsung aku follback karena aku gak mesti on wattpad. Tapi aku follback dihari lainnya. Jadi, intinya pasti aku follback.

Buat para siders, aku gak tau mau bilang apa😢 dimohon untuk menyempatkan mencet tombol bintang hehe. Vote kalian sangat berarti😀Tapi terserah kalian sih aku gak maksa karena itu hak kalian buat nilai cerita ini.

Buat kalian yang aktif ngevote aku ucapin buanyakk terima kasih😘 Berkat kalian aku jadi semangat buat lanjut nih cerita. Walaupun aku updatenya gak menentu. Yah karena masih berstatus pelajar yah gini. Gak mesti bisa cepet update. Kadang tugas numpuk apalagi kalau ada ulangan yang sehari bisa dua mapel atau lebih. Huhh kalau kaya gitu susah kalau mau update.

Sesungguhnya ide udah ngalir aja tapi waktu buat ngetik itu yang susah. Pulang sekolah juga udah sore. Apalagi udah mau PAS( Penilaian Akhir Semester 2). Harus rajin belajar.

Okee mungkin itu pidato singkat yang unfaedah dari saya😊 Sekali lagi makasih buat para readers sekalian. Sekian dan terima kasih.

" Keluarga pasien?" tanya seorang dokter yang baru keluar dari ruangan Ray ditangani.

" Saya kakaknya dok." sahut Ify sambil berjalan menuju dokter itu berada.

" Pasien dalam kondisi kritis. Kanker sudah menyerang seluruh tubuhnya. Apakah adik anda selama ini tidak mendapat perawatan intensif?" tanya dokter itu.

Ify menggelengkan kepala menjawab pertanyaan sang dokter. Dokter itu menghela nafas berat sebelum ia melanjutkan perkataannya.

" Sudah saya duga. Saat ini kita hanya bisa pasrah kepada sang kuasa karena kondisi adik anda sudah sangat parah. Adik anda dinyatakan koma saat ini."

Jederrrrr. Bagaikan ada petir yang menyambar tubuh Ify. Tubuhnya limbung dan hampir saja jatuh ke lantai bila Rio tidak menahannya. Air mata sudah mengumpul di pelupuk mata Ify. Bahkan dalam satu kedipan, air mata itu akan menetes membasahi pipi Ify.

Ify mulai terisak pelan dan lama kelamaan isakannya semakin keras. Rio yang melihat Ify dalam kondisi seperti itu merasa sakit. Rasanya seperti ada jarum yang menikam hatinya. Karena tak kuasa melihatnya, Rio merengkuh tubuh mungil Ify ke dalam pelukannya.

" Kak Ray kak." adu Ify pada Rio yang terdengar pilu di telinga Rio.

" Huss tenang Fy, Ray pasti baik-baik aja kok. Ray anak yang kuat. Percayalah Fy kalau Ray pasti sembuh." ucap Rio menyemangati dan menghibur Ify sambil mengelus rambut Ify. Berusaha menenangkan gadis itu.

Entah malaikat apa yang memasuki tubuh Rio saat ini. Entah dorongan apa yang membuat Rio bertindak seperti itu pada Ify. Memeluk dan menenangkan seorang gadis adalah hal yang gak pernah Rio lakukan dan sekarang ini dia tengah memeluk dan menenangkan Ify. Sungguh Ify sangat beruntung. Memang Rio pernah memeluk seorang wanita tapi tak lain hanyalah ibunya.

Tanpa mereka berdua sadari, ada seseorang yang memperhatikan mereka berdua. Dan kini orang itu tengah memotret mereka berdua dengan diam-diam. Dan jangan lupakan senyum licik yang tersungging di bibir orang itu.

Setelah Rio merasa bahwa Ify sudah tenang kembali. Rio mengajak Ify untuk masuk ke ruang rawat Ray. Setelah melihat Rio dan Ify yang masuk kamar rawat, orang yang memotret Rio dan Ify pun beranjak pergi dari tempatnya tadi masih disertai dengan senyum licik dibibirnya.

^^^^^^

Di ruang rawat Ray, Ify kembali terisak setelah melihat adiknya yang terbaring dengan alat-alat rumah sakit di tubuh Ray. Wajah Ray tampak tenang walaupun terlihat pucat. Dan sekarang Ify baru menyadari bahwa adiknya itu semakin kurus.

Hati Ify kembali teriris melihat adiknya itu. Ia merasa sangat gagal menjadi seorang kakak. Berkali-kali ia merasa gagal menjadi seorang kakak. Ia merasa bersalah kepada orang tuanya karena tidak bisa menjaga Ray dengan baik. Kenapa Tuhan memberikan penyakit yang begitu menyiksa itu kepada sang adik. Kenapa tidak dirinya saja yang menderita penyakit itu. Ia lebih rela kalau seperti itu.

Tapi Tuhan menggariskan bahwa Ray lah yang harus mendapat penyakit tersebut. Apa yang bisa Ify lakukan kalau takdir berkata seperti itu. Mungkin Ify hanya bisa memohon dan berdoa agar adiknya mendapat kesembuhan. Berharap Tuhan masih mengijinkan adiknya itu untuk bernafas dan menjalani kehidupan seperti anak-anak seusia adiknya itu. Bisa bersekolah, bermain dengan teman-teman seumuran. Dan mempunyai banyak teman. Selama ini Ray tak mempunyai teman. Karena kondisi tubuh yang lemah itu membuat Ray hanya bisa diam di rumah saja.

Selain itu, karena Ray adalah anak yang berasal dari keluarga yang jauh dari kata mampu. Membuat mereka tak mau berteman dengan Ray. Karena mereka anak-anak orang kaya yang memandang rendah Ray. Memandang Ray tak pantas untuk berdekatan dengan mereka. Bagi mereka Ray adalah kuman.

Pernah ketika orang tua Ray dan Ify masih hidup. Ray pernah mendekati gerombolan anak yang sedang bermain di tanah lapang. Ternyata tanggapan anak-anak itu sangat menyakitkan. Mereka mencaci bahkan mereka ada yang berbuat kasar pada Ray. Semenjak itu Ray tak pernah berani mendekati anak-anak sebayanya.

" Kak Ray kan koma. Pasti tidak dua tiga hari Ray dirawat mungkin lebih.
Apakah kakak masih mau menanggung biaya perawatan Ray?" tanya Ify pada Rio.

" Kenapa nggak? Uang gue juga gak bakal habis buat bayar perawatan adik lho itu. Lho lupa kalau gue kaya raya?" sewot Rio menjawab pertanyaan Ify.

" Ya nggak sih. Tapi kan aku takutnya gak bisa ngembaliin uang kakak." jujur Ify.

" Terus lho mau adik lho itu gak dirawat di rumah sakit? Lho mau adik lho dibawa pulang? Lho mau adik lho gak sembuh karena gak ada pengobatan hah!" ucap Rio kesal.

" Ya nggak sih. Ify pengen banget Ray dapat pengobatan supaya Ray cepet sembuh. Apa ada sih kakak yang mau adik sakit terus?" protes Ify.

" Makanya gak usah omong mulu! Lho tenang aja biayanya gue yang nanggung. Kalau lho gak bisa ngembaliin tuh uang. Gue juga gak bakal nagih." kata Rio.

" Ehhh gak bisa gitu. Pokoknya kalau nanti Ify punya banyak uang pasti Ify balikin." protes Ify.

" Terserah lho! Emang kapan lho punya banyak uang?" cibir Rio.

" Yaa yaa nanti lah kalau Ify udah sukses hehe." kata Ify dengan cengirannya.

" Ya udah deh kalau gitu. Hehh lho udah makan belum?" tanya Rio pada Ify.

" Belum." sahut Ify singkat.

" Gue beliin makan ya?" tawar Rio.

" Emang gak ngrepotin kakak?" tanya Ify.

" Kalau gue nawarin berarti gue gak merasa direpotin Cupuuuu!" kesal Rio.

" Hehe ya udah kalau gitu Ify mau." kata Ify.

" Tapi jangan ke-geeran dulu. Gue mau beliin lho makan karena gue juga mau cari makan. Gue laper." ucap Rio.

Hati Ify mencelos seketika. Tadi ia merasa sudah berada di awang-awang ehhh dengan santainya Rio menjatuhkannya lagi. Ify kira Rio perhatian padanya ternyata.... Dasar Rio.

Sejenak Ify bisa melupakan kesedihan karena komanya sang adik. Rio berhasil menghibur dan membuat hati Ify tenang. Bahkan membuat hati Ify menghangat karena Rio. Ia masih belum percaya orang yang berada di sampingnya ini adalah Rio. Bario Kenzo Varuna. Orang yang ia cintai dalam diam. Sungguh ini diluar pikirannya. Tak pernah terpikir dirinya akan dekat dengan Rio.


Thanks for reading😘

Okee mungkin segini dulu part ini. Jangan lupa voment yaa😉 Terima kasih.....

LOVE FOR IFYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang