Mundur atau Terus Berjuang

1.5K 85 6
                                    

******Happy Reading******



Maaf yaa aku ngaret lagi. Gak bisa update cepet😢. Minggu- minggu ini bener-bener sibuk banget. Sekali lagi maaf yaa.

Untuk yang udah komen supaya lanjut maaf baru bisa update sekarang.

Makasih buat para readers yang bersedia membaca dan menunggu kelanjutan cerita ini.

Makasih buat yang udah like maupun komen. Makasih yaaa.

Rio mengacak rambutnya frustasi setelah sadar dari lamunannya. Bayangan masa lalunya yang kelam kembali berputar-putar di pikirannya. Sekarang dia benar-benar kembali ke dunia nyata setelah momen dimana orang yang paling ia sayangi memutuskan meninggalkan dirinya.

Dan setelah kejadian pemutusan itu terjadi, sifat Rio berbalik 180° dari sikapnya ketika masih bersama gadisnya itu. Itulah titik awal Rio menjadi cuek dan dingin. Dan sampai sekarang ini Rio tidak tau dimana Dea berada. Rio tak peduli akan hal itu.

Sejenak Rio melupakan masa lalunya itu. Tiba-tiba bayangan Ify terlintas dalam pikirannya. Bayangan-bayangan saat dia sedang bersama Ify. Dimana dia dan Ify berada dalam satu mobil walaupun hanya keheningan yang terjadi dalam mobil itu.

Dimana dia dan Ify yang bermalam di rumah sakit untuk menunggui Ray si bocah kecil yang mempunyai penyakit kanker yang tak lain adalah adik Ify satu-satunya. Dimana Rio kepergok oleh sahabat-sahabatnya sedang makan bersama Ify di restoran itu sebelum pergi ke rumah sakit.

Sampai terlintas bayangan-bayangan waktu Rio masih sering membully Ify dengan kata-kata menyakitkan yang keluar dari mulutnya. Rio meringis mengingat ucapan-ucapan kejam itu. Kenapa dulu dia sampai sebegitu bencinya kepada Ify? Padahal jika diingat-ingat Ify tidak ada salah kepadanya.

Dulu Rio bahagia jika membully Ify, bahkan mengolok-oloknya. Bahagia ketika menyaksikan ketakutan di wajah Ify saat ia bully. Bahkan hatinya bersorak senang ketika melihat air mata jatuh dari pelupuk mata Ify.

Tapi kenapa sekarang hatinya begitu sakit ketika air mata menetes dari pelupuk mata gadis itu? Hatinya teriris ketika melihat gadis itu sedih dan kacau. Dia merasa marah dan tidak terima melihat Ify bersama dengan laki-laki selain dirinya. Bahkan dia merasa kehilangan, dia merasa bagian dari hidupnya ada yang menghilang ketika dia menjauhi Ify.

Rasanya ia ingin selalu berada di dekat Ify. Menjadi penghibur disaat Ify sedih. Menjadi sandaran untuk menumpahkan segala beban hidup gadis itu. Menjadi pendengar segala keluh kesah gadis itu. Pokoknya ia ingin menjadi orang yang penting dihidup gadis itu.

Apakah ia sudah jatuh cinta pada Ify? Apakah luka dihatinya karena Dea sudah sembuh berkat kehadiran Ify? Dia bimbang, dilain sisi dia benar-benar butuh Ify di dekatnya tapi ia takut jika ia menyerahkan hatinya pada Ify ia akan disakiti seperti dulu lagi.

Rio belum benar-benar sembuh dari traumanya tentang cinta. Dia masih takut untuk jatuh cinta lagi. Tapi, dia ingin Ify menjadi miliknya. Dia ingin Ify menjadi bagian dari hidupnya. Dia ingin Ify menjadi warna dihidupnya.

Tapi, bagaimana dengan Gabriel? Rio bingung. Sahabatnya itu terlihat mempunyai perasaan lebih pada Ify. Dilihat dari kedekatan Gabriel dan Ify serta perhatian-perhatian Gabriel pada Ify jelas membuktikan bahwa Gabriel suka pada Ify. Selain itu, itu kali pertama Gabriel dekat dengan perempuan bahkan memberikan perhatian selain ibunya.

Rio tidak ingin hubungan persahabatannya dari kecil dengan Gabriel rusak hanya karena perempuan. Apalagi setelah mengingat pertengkaran tadi cukup membuat Rio benar-benar dilema. Pertengkaran itu adalah kali pertama mereka selama mereka bersahabat. Biasanya setiap ada masalah, masalah itu mereka selesaikan dengan baik-baik tanpa emosi. Entah kenapa tadi Gabriel lepas kontrol tak bisa mengendalikan emosinya.

Tidak mencapai titik temu, tidak menemukan apa yang harus ia lakukan membuat Rio memutuskan untuk tidur. Ia mulai memejamkan mata. Tak selang lama, Rio sudah terbang ke alam mimpi. Mungkin karena ia merasa lelah pikiran membuatnya cepat tertidur. Rio berharap semoga esok pagi sesudah bangun tidur dia menemukan jalan keluar dari permasalahannya itu.

^^^^^^

Pagi telah tiba. Sinar matahari sudah mulai masuk ke kamar Rio melalui celah-celah jendela. Sinar matahari itu menerpa wajah Rio membuat tidurnya terusik. Dengam malas Rio membuka kedua matanya walaupun tampak masih menyipit.

" Hoamm."

Kemudian Rio mendudukkan badannya sambil mengucek kedua matanya. Setelah kesadarannya terkumpul barulah ia melihat jam yang tergantung di dinding kamarnya. Pukul 06.15. Lalu, ia melangkahkan kakinya ke kamar mandi.

Setelah lima belas menit Rio sudah lengkap tinggal berangkat. Tepat setengah tujuh Rio mulai meninggalkan parkiran rumahnya menuju ke sekolah tercinta dengan mengendarai mobilnya. Perjalanan menuju sekolah menghabiskam waktu lima belas menit.

Pukul 06.45, mobil Rio memasuki gerbang sekolah. Setelah memakirkan mobilnya, Rio mulai berjalan memasuki sekolah itu. Entah kenapa Rio ingin pergi ke taman terlebih dahulu sebelum masuk ke kelas. Akhirnya Rio pun pergi ke taman sekolah.

Pemandangan menyakitkan menyambut Rio ketika ia hendak masuk ke area taman. Di sana, di bangku taman yang berada di bawah pohon tampak Gabriel dan Ify sedang bercengkrama sesekali tertawa bersama.

Raut kebahagian terpancar dari wajah Ify. Rio menyunggingkan senyum miris. Pagi ini ada saja yang membuat moodnya hancur. Di sana mereka tertawa bahagia tetapi di sini Rio tertawa miris. Haruskah Rio mundur sebelum berjuang ataukah dia akan tetap berjuang? Sungguh Rio bingung karena ini.

Karena tak kuat menyaksikan kedekatan mereka, Rio memutuskan untuk berbalik badan menjauh dari taman menuju ke kelas. Sepanjang perjalanan ke kelas, pikiran Rio hanya terfokus pada Ify dan Gabriel. Ia menyesal kenapa ia menjauhi Ify. Kalau saja ia tak menjauhi Ify pasti ia dan Ify masih sedekat dulu. Kalau saja dulu ia tak mempertahankan ego dan gengsinya pasti keadaanya tidak akan seperti ini. Seandainya waktu bisa diputar kembali. Rio ingin memutar waktu disaat ia menjauhi Ify dan yang ia lakukan pasti ia tidak akan menjauhi Ify. Ya! Penyesalan memang selalu berada di akhir. Kalau bukan di akhir bukan penyesalan namanya.

Tak terasa sampailah Rio di kelasnya. Di dalam sana sudah ada dua sahabatnya yaitu, Cakka dan Alvin yang tampak sibuk masing-masing. Alvin yang tampak asik membaca buku sedangkan Cakka yang tampak menyisir rambutnya dilengkapi kaca kecil di depannya.

Rio mulai melangkahkan kaki masuk ke kelas. Dua sahabatnya itu masih belum menyadari kehadiran Rio. Setelah Rio meletakkan tasnya di atas kursi barulah kedua sohibnya itu menyadari kehadirannya. Lantas Alvin dan Cakka menolehkan pandangannya ke arah Rio.

Seketika dahi Alvin dan Cakka berkerut setelah melihat Rio. Rio tampak menahan emosi. Sorot matanya pun menggambarkan kesedihan, penyesalan dan keputus- asaan.

" Kenapa, Yo?" tanya Alvin ketika Rio sudah mendudukkan pantatnya di atas kursi. Yang dibalas gelengan kepala dari Rio sebelum Rio menenggelamkan kepalanya di atas meja.

Alvin menatap Cakka seolah bertanya sedangkan Cakka hanya menggedikkan bahu tanda ia juga tak tau. Nanti juga pasti cerita kalau waktunya tepat pikir Alvin dan Cakka.






Thanks for reading😘😘

Jangan lupa vote dan komen yah guys😊

Jangan lupa follow juga yaa😉

LOVE FOR IFYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang