CH3 - NEON NUGUYA?

1K 122 1
                                    

“Siapa kalian? Kenapa kalian terus-terusan memanggilku Taeyong? Ada dimana aku sekarang?”  namja itu terbangun dan melontarkan ribuan pertanyaan yang muncul dalam benak pikirannya.

“Hyeong, wae irae? Solma~”

“Eish jinjja… I gijibae. Jaehyun-ah, Taeyong hyeong kehilangan ingatannya gara-gara yeoja itu. Awas saja besok sampai bertemu dengannya, akan kubenturkan kepalanya!”

Seorang wanita paruh baya muncul dengan kacamata hitam dan topinya di salah satu ruangan pusat kesehatan Universitas. Mendengar kabar puteranya yang terbentur bola basket wanita itu terlihat begitu panik. Salah satu staff pusat kesehatan mengantarnya menuju ruangan tempat puteranya berbaring. Kedatangannya disambut oleh dua orang yang sedari tadi setia menunggui temannya siuman.

Tak menunggu waktu lama beberapa body guard membawa Taeyong ke dalam mobil. Nyonya Lee memasuki mobil dan meminta sopir menjalankan mobilnya. Mobil itu melaju dengan kecepatan rata-rata dan berhenti tepat di sebuah rumah sakit. Body guard langsung membopong Taeyong menuju bed perawatan walaupun itu dilakukan dengan sedikit perlawanan oleh majikannya.

Dokter segera menangani namja yang baru saja memasuki IGD rumah sakit. Ia menggunakan stetoskop untuk memeriksa denyut nadi dan menggunakan peralatan pemeriksaan lainnya.

“Putera Anda mengalami benturan keras di kepalanya, beruntungnya ia tidak mengalami gegar otak. Tapi benturan itu membuat putera Anda tidak mengingat satu hal pun. Saya akan memberikan resep obat untuk memulihkan kondisi fisiknya. Mungkin butuh waktu agak lama untuk membuatnya mengingat semuanya.” Dokter itu segera pergi setelah memberikan penjelasan panjang lebarnya.

“Taeyong-ah waeniriya?” wanita itu menghampiri puteranya yang masih terduduk di kasur perawatan.

“Kau siapa?”

“Ah sepertinya kau memang benar-benar kehilangan ingatanmu.” Merasa frustasi, wanita paruh baya itu membawa pulang anaknya yang masih dalam kondisi tak mengingat apapun.

***

Segerombolan anak laki-laki terlihat sedang mengunjungi sebuah rumah mewah dengan buah-buahan di tangan mereka. Namja dengan rambut warna-warni itu menekan bel yang terpampang di depan gerbang tinggi yang menutupi isi di dalamya. Tak berapa lama muncul petugas keamanan yang mempersilahkan mereka masuk. Tak butuh waktu lama bagi petugas keamanan itu untuk mengenali mereka seiring dengan seringnya mereka mendatangi tempat itu.

Wanita paruh baya itu mempersilahkan teman-teman putranya masuk ke ruang pribadi anak kesayangannya. Tiga hari sudah  satu-satunya anak laki-laki di rumah itu mengurung diri di dalam kamarnya. Tak mau makan, mandi dan melakukan kegiatan lainnya. Mungkin ia mulai frustasi melihat tingkah anaknya yang berubah drastis begitu sebuah kecelakaan kecil terjadi.

"Hyeong, gwaenchana?"

"Hyeong kau ini kenapa?"

"Hyeong!!"

"Hyeong!!"

Beribu tanya terlontar dari mulut segerombolan namja yang mencoba menghibur teman karibnya itu. Namun tak ada satupun yang terjawab.

"Oppa~" kini seorang yeoja muncul dari balik pintu dengan bucket bunga dan sekeranjang buah-buahan.

Yeoja itu terlihat bergelayutan di lengan Taeyong dengan manja, namun namja yang digelayuti hanya terdiam memasang tatapan aneh padanya.

"Wonbin mama! Sudah kubilang kau harus tau mana batasanmu!" namja itu berteriak seakan memberi penolakan, namun kata-kata yang ia ucapkan sungguh berada diluar dugaan.

Seorang namja terlihat frustasi dan terus mendengus "Ya! Ini semua akibat ulah monster satu itu. Dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya!"

"Aku akan bicara pada eomeonim untuk menghukum yeoja mengerikan itu."

Benar saja seorang namja dengan rambut paling normal untuk ukuran siswa menghampiri pemilik rumah sekaligus ibu Taeyong. Ia menceritakan kejadian yang sesungguhnya terjadi. Seluruhnya sesuai dengan apa yang ia lihat saat itu. Wanita itu terlihat mengerti dan langsung menelpon pihak Universitas untuk mengkonfirmasi data pribadi mahasiswi yang dimaksud.

Ponsel Jennie bergetar. Sebuah nomor telepon asing muncul di layar ponselnya, memaksanya untuk menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan yang masuk.

"Yeobo seyo?" Jennie mengangkat panggilan itu seraya mengucapkan salam.

"Yeobo seyo. Jennie?" sebuah suara memastikan identitas penerima panggilan sesuai dengan subjek yang ia maksudkan.

"Ah nde. Nugu..seyo...?" Jennie mengerutkan dahi meminta penjelasan atas identitas penelepon.

"Nan Dara-ya. Kudengar kau yang menyebabkan sebagian besar memori anakku hilang. Bisakah kita bertemu untuk memastikannya?"

"Ah geugo.... saya tidak bermaksud melakukannya dengan sengaja. Eo.. eoh.."

"Ne ne ne kau bisa menjelaskannya saat kita bertemu nanti. Akan kukirimkan alamat dan waktu pertemuannya padamu. See you~"

"Heol daebak. Tamatlah riwayatku."

+000+

MOON LOVERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang