“Apa kau gila? Kau ingin membunuh anak tidak berdosa ini?”
Teriakan nyaring Seulgi terdengar sampai telinga Taeil yang masih duduk di meja kasir. Tak begitu jelas apa yang ia dengarkan dan kini ia ingin memastikannya. “Siapa yang ingin membunuh siapa?” Moon Taeil muncul dari daun pintu yang terbuka.
Seulgi tercengang, ia tak menyadari jika teriakannya akan membuatnya dalam masalah besar. Jennie terdiam, ia kembali menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Gadis itu benar-benar tidak dalam mood mendengarkan celotehan Taeil apalagi harus menjelaskan anak permasalahan yang tengah terjadi. Seisi ruangan terdiam, tak ada yang ingin memberikan penjelasan.
Menyadari situasi yang ada Seulgi berdiri, menggiring Taeil keluar dan segera menutup pintu kamar. Ia membawa Taeil menuju dapur dan bersiap memberikan penjelasan singkat. “Jadi sebenarnya Jennie hamil.”
Taeil tercengang “Apa? Hamil?”
Mendengar suara Taeil yang meledak, Seulgi segera membungkam mulut pria itu “Ssstt! Jangan keras-keras, Jennie sekarang pasti tersinggung mendengar teriakanmu!”
“Eo, mian. Memang siapa laki-laki yang menghamilinya?”
“Entahlah, dia tak mengatakannya. Pokoknya jangan ganggu Jennie saat ini.”
***
>>1 bulan kemudian<<
Seorang gadis dengan selembar kecil kertas bertuliskan sebuah alamat di tangannya tengah berjalan mengendap-endap memastikan tempat yang ia datangi benar adanya. Ia terus berjalan memasuki sebuah rumah dengan pintu gerbang tinggi. Baru saja ia akan memasuki rumah itu seorang dengan tubuh lebih tinggi darinya mencegahnya. Satu tangan orang misterius itu membungkam mulut Jennie dan satu tangan lainnya menahan tangannya. Pria dengan pakaian serba hitam termasuk topi dan masker hitam itu membawa Jennie menjauhi rumah yang terlihat suram itu.
“Lepaskan!” Jennie terus berteriak agar pria yang menyeretnya mau melepaskannya.
Setelah cukup jauh dari rumah aneh, pria itu akhirnya melepaskan Jennie. Ia membuka topi dan masker yang menutupi setengah wajahnya.
“Ten?” Jennie berteriak begitu mengetahui siapa pelaku yang telah menculiknya.Jennie memberikan tatapan tajam “Mwohaneungoya?”
Ten membalas tatapan tajam yang Jennie lontarkan “Seharusnya itu pertanyaan yang kuajukan padamu? Kenapa kau ada disana?”
Jennie berbalik, ia berniat kembali ke rumah yang awalnya akan ia datangi. Baru selangkah kakinya berjalan sebuah tangan menahannya “Kau pergi kesana untuk menggugurkan kandunganmu?”Mata Jennie memerah, ia ingin menangis saat itu juga.
“Darimana kau tau?”
“Seminggu yang lalu, bukankah kau terbangun di pusat kesehatan?”
#Flashback
Dengan sepatu hak, baju putih dan bawahan rok hitam Jennie berjalan menuju ruangan professor untuk menyerahkan proposal pengajuan percepatan tugas akhir. Dalam pikirannya, ia ingin segera menyelesaikan studinya jika memungkinkan. Setumpuk berkas tengah berada di tangannya, sepertinya ia telah membuat keputusan tentang apa yang akan ia lakukan.
Baru saja memasuki koridor, Jennie kini menghentikan langkah kakinya. Ia meletakkan tumpukan kertasnya pada kursi yang berada di sepanjang sisi koridor. Kepalanya tiba-tiba terasa pusing, ia duduk dan melihat jam yang tersemat di tangan kirinya. Jam tengah menunjukkan pukul 11.45, lima belas menit sebelum istirahat makan siang. Kembali berkas itu ia angkat, namun baru selangkah berjalan ia terjatuh dan tak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOON LOVERS
Historical Fiction>> Season 1 Seorang gadis terbangun di masa Joseon dengan tubuh gemetar setelah mengetahui takdir pasangannya yang telah tercatat dalam sejarah. Dalam perjalanan untuk mengubah takdirnya, ia bertemu dengan seorang pemuda Goryeo yang terdampar di te...