Dari kursi belakang Jennie memegangi keningnya, kepalanya masih terasa pusing setelah semalam menghabiskan dua botol soju. Dengan seluruh keadaan yang sangat asing baginya ia terbangun dan segera duduk. Panggilan masuk membangunkan Taeyong yang tertidur. Menyadari siapa yang tengah duduk di kursi kemudi membuat Jennie melihat ke luar kaca mobil.
“Kau sudah bangun? Lain kali kalau mau mabuk kau harus membawa teman, jangan sampai kejadian tadi malam terulang.”
Tak mengerti dengan apa yang Taeyong ucapkan Jennie hanya terdiam.
Taeyong segera menyalakan mobilnya, “Mau kemana kau sekarang? Kau tak mungkin menemui anakmu dengan keadaan seperti ini kan?”
***
Sekali lagi Jennie meminta ijin atasannya untuk tak bekerja hari ini. Ia membersihkan diri dan memesan taxi untuk mengambil mobilnya yang tertinggal di kantor. Setelah kesadarannya kembali ia mengemudikan mobilnya menuju kedai untuk menjemput Ella. Sebenarnya ia juga merasa tak enak karena telah meninggalkan putrinya di rumah Seulgi seharian.
Sementara itu di sebuah rumah seorang ibu dan putranya tengah berdebat. Setelah memutuskan untuk menikah, tiba-tiba saja putranya mengumumkan untuk membatalkannya. Ibu mana yang tak tercengang setelah menyaksikan putranya yang selalu membanggakan kekasihnya tiba-tiba berlaku demikian.
“Apa yang kau pikirkan? Setelah mempersiapkan semuanya sekarang kau mau membatalkannya?”
Anak laki-laki itu masih terdiam hingga ibunya terus-terusan membandingkannya dengan anak temannya “Tidak pernah serius bekerja di kantor ayahmu, bahkan sekarang kamu mau membuat kekacauan Taeyong-ah?”
“Eomma~” Taeyong menatap mata ibunya “Aku ingin menanyakan sesuatu. Jika seorang pria membuat kesalahan bukankah ia harus bertanggungjawab atas kesalahan yang ia perbuat? Bahkan jika wanita yang melakukan kesalahan, ia juga harus bertanggung jawab atas perbuatannya?”
“Tentu saja. Lalu kenapa kau menanyakannya?”
“Aku membuat seorang wanita mengandung dan melarikan diri ke luar negeri. Lalu ketika wanita itu kembali haruskah aku tetap diam saja seakan tak terjadi apa-apa dan memilih menikahi wanita lainnya?”
Dara tercengang mendengar apa yang keluar dari mulut putranya “Apa yang kau bicarakan?”
Di sisi lain Seulgi mengela napas panjang setelah mendengar penjelasan Jennie atas apa yang telah ia lakukan semalaman hingga mengabaikan putrinya sendiri. Ia membawakan sup haejangguk yang telah ia pesan pada restoran yang berada tak jauh dari kedai. Mengamati Jennie memakan sup sangat lahap seperti sedang kelaparan.
“Jenniye-ya~”
“Eung…” wanita itu masih menyeruput sup penawar mabuknya.
“Apa kau yakin tak ingin menikah?”
“Uhuk uhuk” Jennie tersedak mendengar pertanyaan Seulgi yang sangat mendadak.
***
Seorang wanita paruh baya tengah berjalan mengendap-endap mencoba mengawasi keadaan sekitar. Dengan dandanan yang agak mencolok wanita itu mencoba menyembunyikan identitasnya. Di belakangnya seorang pria paruh baya juga tengah melakukan kegiatan serupa. Wanita itu berbisik begitu melihat kehadiran orang yang telah ditunggu-tunggu.
Wanita itu membuka kacamata hitam dan topi yang ia kenakan seraya membisikkan kalimat pada pria yang tengah bersamanya “Yeobo kajja.” Membuat pria itu juga melakukan hal yang sama.
“Omona ige nuguya?” wanita itu menyapa wanita lain yang tengah meletakkan beberapa snack ke keranjang belanjanya.
“Ah nde annyeonghaseyo Dara imo~”
KAMU SEDANG MEMBACA
MOON LOVERS
Historical Fiction>> Season 1 Seorang gadis terbangun di masa Joseon dengan tubuh gemetar setelah mengetahui takdir pasangannya yang telah tercatat dalam sejarah. Dalam perjalanan untuk mengubah takdirnya, ia bertemu dengan seorang pemuda Goryeo yang terdampar di te...