EPILOG

1.3K 97 6
                                    

>>1 tahun kemudian<<

Seorang pria mengenakan jas hitam menggandeng putrinya yang tampak cantik dengan balutan gaun putih. Seperti seorang putri dari negeri dongeng seorang anak berusia empat tahun tersenyum manis dari kursi depan bersama kedua nenek dan seorang kakeknya. Melewati karpet merah akhirnya mereka sampai di depan pastor dan seorang pria yang telah mengenakan tuxedo putih.

“I, Taeyong, take you Jennie to be the wife of my days, the companion of my house, the friend of my life. We shall bear together whatever trouble and sorrow life may lay upon us, and we shall share together whatever good and joyful things life may bring us. With these words, and all the words of my heart, I marry you and bind my life to yours.”

“Today, surrounded by people who love us, I choose you Taeyong to be my partner. I am proud to be your wife and to join my life with yours. I vow to support you, push you, inspire you, and above all love you, for better or worse, in sickness and health, for richer or poorer, as long as we both shall live.”

Selesai mengucapkan janji pernikahan, kedua mempelai saling bertukar cincin. Jennie memasangkan cincin di jari manis pria yang baru saja resmi menjadi suaminya. Sementara Taeyong memasangkan cincin pasangannya pada jari manis wanita yang baru saja menjadi istrinya. Mereka tersenyum pada tamu undangan.

“Ppoppohae!! Ppoppohae!!” Ten yang ditunjuk sebagai MC berteriak dan diikuti semua audience dalam ruangan.

Jennie tersenyum kikuk “Eiiy mwoya…”

Taeyong memegangi pipi mempelai wanitanya dan memberikan kedupan lembut di dahi yang mengundang suara dari para tamu “Eiyyyy~”

Seakan mengerti dengan permintaan para tamu undangan Taeyong menatap mata pengantin wanitanya, sedetik kemudian ia melaksanakan tugasnya. Mengecup bibir pengantin wanita yang membuat pipinya menjadi merah. Jennie, pengantin wanitanya mencubit lengan pengantin prianya karena tindakan mendadaknya yang dilakukan di depan umum.

“Auu sakit.” Taeyong menjerit kesakitan selagi memegangi lengannya.

Jennie memberikan tatapan tajamnya “Kenapa kau melakukannya di depan Ella?”

“Mianhae, mereka yang memintaku melakukannya.” Taeyong tersenyum menatap pengantin wanitanya yang tak pernah berubah.

Acara dilanjutkan dengan sesi pengambilan gambar. Dimulai dengan mengambil gambar keluarga kemudian diikuti kerabat serta rekan yang menghadiri acara. Ella tersenyum meladeni candaan paman dan kakeknya yang memiliki selera humor yang tinggi. Dengan senyum merekah Jennie memanggil putrinya untuk mengambil gambar dengannya. Taeyong menggendong dan mengecup kening putrinya.

ELLA POV

“Appa!” aku mengejar ayahku yang sudah mahir bermain ice skating, sementara ibuku menjagaku dari belakang supaya aku tak terjatuh saat meluncur.

“Ayo kejar appa kalau bisa Ella-ya!” lagi-lagi ayahku melirik ke arahku dan terus meremehkanku, ini membuatku kesal.

“Ella-ya, hati-hati nanti kau jatuh lagi.” Teriak ibu dari belakang.

Karena tak kunjung mengejar ayah, aku menyerah dan memeluk ibu “Eomma~”

“Apa kau senang?” ibu berjongkok dan menatapku.

“Tentu saja, eomma yang terbaik.” Aku mengacungkan ibu jari ke arah ibu.

“Aigoo anak ibu sudah pintar menggunakan bahasa Korea.”

“Gereom appanen?” tiba-tiba saja ayah sudah berlari mendekat.

Aku memalingkan wajahku karena tak bisa mengejar ayah dan ia selalu tau cara untuk menggodaku.

MOON LOVERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang