“Ah geugae~ kau tau kan tempat wisata kerajaan yang sering digunakan untuk filming drama era Joseon.” Jennie enggan menjelaskan kalimatnya lebih detail.
“Sudah malam, sebaiknya kau segera tidur Taeyong ssi.”
Jennie membongkar almari dalam ruangan itu untuk menemukan selimut lain yang bisa ia gunakan. Menyeret sofa yang berada tepat di depan ranjang yang akan tuan rumah gunakan menuju pojok ruangan kemudian meletakkan selimut disana. Gadis itu memilih untuk berdiri di depan jendela kembali, ia meminta namja yang telah terbaring di atas ranjang itu untuk lekas tidur.
Seperti dejavu, Jennie melambaikan tangannya untuk memastikan pria itu benar-benar telah terlelap. Setelah benar-benar memastikan pria itu tidak sedang pura-pura tertidur, Jennie segera berbaring diatas sofa menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Dalam sekejap ia langsung terlelap.
Taeyong terbangun begitu mendapati mimpi aneh. Terlihat dengan jelas dalam mimpinya jika ia memberikan bouquet bunga dan memeluk seorang wanita dalam sebuah perayaan. Tak hanya itu, ia melihat Jennie menyaksikannya dari kejauhan dengan air mata yang tertahan di pelupuk matanya. Jennie menutup mulut dengan tangannya dan segera berlari, namun ia tetap tinggal disana tanpa berniat mengejar kepergian Jennie.
“Yeonhui-ya!” Taeyong terbangun dengan keringat di sekujur tubuhnya.
Melihat Jennie yang tangah terlelap tanpa terbangun bahkan dengan gangguan teriakannya saat bangun tadi, Taeyong mengambil sebuah bantal yang menganggur di sebelahnya. Berdiri mendekati Jennie yang berbaring membelakanginya. Dengan hati-hati Taeyong mengangkat kepala Jennie agar bisa menyelipkan bantal yang ia bawa. Bantal itu telah berhasil ia letakkan untuk menyangga kepala Jennie, namun Jennie terbangun dengan pandangan yang masih kabur. Taeyong teringat akan sebuah kejadian yang pernah ia lalui, ia mendekatkan wajahnya dengan jarak beberapa centimeter. Hampir saja ia berhasil mengecup bibir Jennie, jika gadis itu tak mengangkat selimutnya setelah pandangannya tak lagi kabur.
***
Bunyi alarm yang berasal dari ponsel Jennie berdering begitu keras, membuat anak manusia itu terbangun. Keduanya terbangun dengan rambut acak-acakan. Setelah mengecek notifikasi ponselnya, Jennie segera bergegas menuju kamar mandi. Namun ia mengurungkan niatnya untuk masuk karena Taeyong juga telah berdiri di depan pintu yang sama. Ia mempersilahkan Taeyong untuk membersihkan badanya terlebih dahulu.
Lima menit berlalu dan pintu terbuka “Jennie-ya, bisakah kau mengajariku cara memakai semua ini.” Taeyong menunjukkan sikat gigi lengkap dengan pasta gigi dan cangkir.
“Ah gurae~”
Jennie memulai penjelasannya dengan memutar tutup pasta gigi dan menuangkan sedikit di atas salah satu dari sikat gigi yang berada disana. Ia melanjutkan penjelasannya dengan menggerakkan sikat gigi itu di dalam mulutnya. Lee Taeyong menerima penjelasan itu dan mengikutinya. Keduanya memandang bayangan mereka saat menggerakkan sikat naik dan turun dan sedikit tertawa kecil. Setelah dirasa cukup, Jennie membuang busa dalam mulutnya dan mengambil air untuk berkumur.
“Jangan ditelan. Arra?” Jennie meletakkan kembali cangkir yang ia gunakan untuk berkumur.
Selesai dengan pemanis bibir yang ia kenakan, Jennie segera berlari menuju pintu gerbang rumah Taeyong. Ia menolak untuk berangkat dengan diantar mobil pribadi keluarga Taeyong. Membuat tuan muda itu mengikutinya berjalan menuju halte bus terdekat. Pengguna transportasi umum pagi itu begitu banyak hingga menyebabkan mereka harus berdiri. Jennie menabrak dada Taeyong ketika supir bus tiba-tiba menginjak pedal rem. Sedikit mengeluh dengan keberadaan seorang namja yang kini mulai mengikutinya, namun Jennie memilih diam agar tak menyebabkan masalah jika harus terlambat mendatangi kelas pagi.
Sekumpulan yeoja dengan rambut warna-warni telah berkumpul di taman depan Universitas Hanyang. Jennie segera menghampiri mereka. Mengajak ketiga gadis itu untuk segera menunggu di depan kelas sebelum Professor Lee sampai di depan kelas. Meninggalkan Taeyong yang telah ditunggu sekumpulan kawan-kawannya.
Sekumpulan namja dan yeoja dengan rambut berwarna-warni itu kini telah memutuskan untuk berdamai satu sama lain. Mereka berkumpul di salah satu spot pondok kecil milik cafetaria. Salah satu yeoja dengan warna rambut paling mencolok membawakan beberapa minuman bubble dingin yang telah mereka pesan.
"Minuman apa ini?" manusia purba itu kembali menanyai hal aneh yang baru ia temui.
"Igeoneun bubble tea, minuman teh yang dicampur susu. Dulu kau sangat menyukainya hyeong." namja berkebangsaan Thailand itu menjelaskan minuman yang akan mereka konsumsi.
"Kalian berasal dari departemen tari, apakah menyenangkan?" yeoja dengan warna rambut merah menanyakan pendapat para namja yang berbeda departemen dengannya.
"Aniyo, kami menyukainya. Ten hyeong dan aku mahasiswa kelas internasional, kami suka menari dari sebelum datang ke Korea." kini giliran namja berkebangsaan China yang menjawab.
"Geundae apa kalian semua orang korea asli?" namja dengan dimple di pipinya memberi pertanyaan.
"Ani, keluargaku tinggal di Australia dan Lisa dari Thailand." Chaeyoung menjawab pertanyaan yang Jaehyun ajukan.
"Whoa Ten dan Lisa orang Thailand." Jaehyun bertepuk tangan.
"Swadekha~"
"Swadekap~"
"Kalian sama-sama orang Thailand tapi kepribadian kalian sungguh sangat bertolak belakang ckckck." Jennie geleng-geleng kepala memberi argumennya.
"Ah geundae Lisa-ya apa kau membawa karet kucir rambut? Hari ini panas sekali." Jennie mengibaskan tangan untuk mengipasi kepalanya yang kepanasan.
"Ah ani eonni, tapi aku membawa ini. Aku membelinya saat ada festival budaya Goryeo kemarin." Lisa menunjukkan sebuah binyeo kayu.
"Ah gurae, gomawo Lisa-ya." Jennie mengambil binyeo yang Lisa tawarkan.
Binyeo itu kini tersemat di rambut cokelat Jennie. Taeyong yang sedari tadi terdiam menganga menyaksikan Jennie memakai binyeo kayu itu. Ia teringat akan satu hal. Pandangannya kembali saat seorang wanita dengan wajah yang sama menggunakan barang serupa. Di sebuah pondok kecil, Ia dengan jubah pakaian bangsawan terduduk menyaksikan wanita itu memainkan kuku jari-jarinya tanpa berani menatap dirinya.
"Yeonhui-ya." Hampir saja Taeyong mengucapkan nama itu dengan keras, namun suara bising mesin generator listrik mengalahkan panggilan lirihnya.
"Eo~ eonni, it suit you well." Chaeyong mengacungkan kedua ibu jarinya seraya memberikan pujian.
+000+
Maaf ya, 3 minggu berturut-turut nggak ada update ff. Seiring berjalannya semester, author sampai juga pada tugas akhir skripsi yang nggak cukup bikin pusing. Tapi juga bikin malu dan stress ㅠㅠ Doakan saya mendapat kelancaran memperbaiki proposal skripsi supaya bisa update ff dengan tepat yaa kawan semua... 🙇 Thank you 💕

KAMU SEDANG MEMBACA
MOON LOVERS
Ficción histórica>> Season 1 Seorang gadis terbangun di masa Joseon dengan tubuh gemetar setelah mengetahui takdir pasangannya yang telah tercatat dalam sejarah. Dalam perjalanan untuk mengubah takdirnya, ia bertemu dengan seorang pemuda Goryeo yang terdampar di te...