Chapter 8 : Sebuah Permainan
SMA Bakti Jaya
08:13 AMPagi itu seperti biasa, SMA Bakti Jaya sangat ramai dipenuhi dengan Siswa Siswi. Bella adalah salah satu bagian dari mereka. Kini Bella, Ele dan Vania sedang berjalan di Taman Sekolah.
“Ele.. Kak Diara akan pergi lagi ke luar negeri..” curhat Bella.
“Hah? Bukannya Kak Diara baru saja kembali dari Jepang?” tanya Ele. Bella yang mendengar itu hanya mengangguk pelan sementara Vania yang berada di samping mereka terus mengunyah cemilan dan mencoba memahami apa yang dibicarakan Bella dan Ele.
“Kali ini Kak Diara akan pergi selama satu minggu. Entahlah atasannya itu sangat membutuhkan Kakakku, padahal ku pikir Kak Diara baru saja bekerja tapi dia sudah mendapatkan jabatan yang cukup tinggi..”
“Memangnya apa pekerjaan Kakak mu?” tanya Vania.
“Oh, Kak Diara bekerja di Perusaan BJ, ia menjabat sebagai wakil sekretaris.” jawab Bella.
“Wah, hebat! Bukankah itu perusahaan yang besar?”
“Kak Diara memang pekerja keras.” timpal Ele.
“Teman-teman, cemilanku habis. Apakah kita harus membelinya ke Kantin?” ucap Vania tiba-tiba yang menyimpang dari pembicaraan.
Bella dan Ele menoleh. Bedanya Bella mengangguk dan tersenyum cerah sedangkan Ele hanya menggeleng pelan.“Aku harus pergi ke suatu tempat. Kalian pergi saja.” kata Ele.
“Baiklah kita akan bertemu di Kelas nanti.”
Setelah mengatakan itu Ele dan Bella bersama Vania berpisah dengan tujuan yang berbeda. Bella dan Vania berjalan menuju Kantin.
“Ele pasti ke Perpustakaan.”
“Sepertinya ia sangat antusias jika menyangkut pelajaran.”
“Baiklah kita akan membelikannya cemilan.”
Bella dan Vania mempercepat langkah. Tapi, tanpa diduga di arah jam sembilan, dimana kantin itu berada, Bella melihat para anggota BLITZ.
Bella sontak langsung terdiam dan membalik badannya.
“Van, tiba-tiba aku keblet.”
“Bicara apa? Disana ada Kak Alvaro. Ayo pergi!” tanpa mendapatkan persetujuan, Vania langsung menarik tangan Bella ke Kantin. Bella hanya bisa pasrah sambil menenangkan diri dan berusaha tampil seolah tidak terjadi apa-apa.
Sesampai di Kantin Vania langsung tersenyum cerah apalagi saat melihat Alvaro disana yang juga menatapnya.
“Selamat pagi Kak.” sapa Vania. Alvaro tersenyum manis sedangkan Bella yang kesal dengan sikap Vania langsung berjalan mendahuluinya.
“Hai, siapa nama mu?” tanya Alvaro kepada Vania.
Vania tampak salah tingkah sambil menunjuk dirinya. Ia masih belum percaya jika pertanyaan itu untuknya.
“Ah, Vania. Avania Brandi Kak.” kata Vania.
“Vania, kenapa hanya berdiri, ayo bergabung!” teriak Hanan. Alvaro hanya mengangguk.
Vania duduk di sebelah Alvaro. Ia melihat banyak sekali Siswi-siswi di sekeliling anggota BLITZ. Sebagian dari mereka adalah Kakak kelas.
Vania harus menelan kenyataan bahwa mereka sangat cantik. Tapi tidak apa, yang penting ada Alvaro disana. Vania menatap Bella di sebrang sambil berkata dalam hati. “Maafkan aku Bella.”
***
Sementara itu, Zian dari tadi memperhatikan Bella sejak ia datang ke Kantin tadi dan sepertinya keberadaan Zian tidak berpengaruh sama sekali. Padahal mereka sudah bertemu mata tadi. Ayolah, Zian hanya ingin melihat espreksi ketakutan yang Bella tunjukkan.“Zian, kue ini enak. Ayo buka mulut mu, aaa..”
“Hei, singkirkan tangan mu. Kamu membuat Zian merasa terganggu!”
“Apa kamu bilang?”
Zian menatap bosan siswi-siswi yang entah sejak kapan berada di sekitarnya. Dengan malas Zian bangkit dan menyandang tas.
Sikapnya barusan tentu saja mengundang perhatian. Alvaro memperhatikan Zian. Sebenarnya ia tahu tujuan Zian.
Alvaro hanya tersenyum licik sambil berkata dalam hati. “Aku mempercayakan mu, Zian.”
***
Di Kantin paling ujung tampak Bella yang sedang memilih buah. Ia mengambil buah pisang dan apel. Tapi, tiba-tiba saja apel yang ia pegang direbut seseorang. Bela menoleh ke belakang dan melihat Zian disana yang sedang mengigit apelnya tadi.
Tanpa mengatakan apapun, Bella langsung berbalik. Jujur, ia tidak mau lagi bermasalah dengan Zian.
Tapi sepertinya ia harus memikirkannya lain hari karena Zian yang tiba-tiba menarik tangannya hingga ia kembali berbalik.
“Apa kamu tidak lelah?” tanya Zian.
“Aku? Lelah?”
“Jangan bodoh Bella. Aku bertanya apa kamu tidak lelah terus menghindari ku?” suara Zian naik satu oktaf.
“Kak, kecilkan suara mu. Semua orang melihat kita.” cicit Bella.
Bella mulai tidak nyaman saat orang-orang di Kantin mulai memperhatikannya. Apalagi ada yang jelas-jelas membicarakannya dengan Zian.
“Kamu takut..?” Zian mendekat.
“Kak..”
“Bawa ini ke Kelas ku sekarang!” perintah Zian sambil melempar tasnya kepada Bella. Bella tampak bingung.
“Itu tugas pertama mu, ayolah Babu ku.” kata Zian sambil menekan setiap kalimatnya.
Bella menggeram kesal. Ingin sekali ia mengatai Zian saat itu. Tapi ia ingat saat ini keadaan tidak mendukunngnya, jadi terpaksa ia mengekori Zian yang sudah beberapa langkah di depannya.
***
Di SMA Bakti Jaya seorang pria berjalan dengan cepat. Koridor sekolah sangat sepi saat itu. Ia berhenti di salah satu ruangan yang berada di ujung Sekolah. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri sebelum memasuki ruangan itu. Sangat mencurigakan.
“Jadi apa kamu sudah menemukan anak itu?” suara tadi langsung menyapa begitu pria itu masuk.
“Belum Bos..” jawabnya pelan.
“Dasar tidak berguna!” teriak pria yang duduk di kursi. Ia langsung menghempas koran ke meja. “Dengar! Jika rahasia ini sampai terbongkar, aku akan habis!”
“Tapi Bos, kemarin aku menemukan ini.” Pria itu mengeluarkan sebuah gelang perak dengan bandul ‘B’ dari saku jaketnya.
Pria di depannya itu tersenyum sambil menerima gelang itu.“Jadi dia perempuan?” pria itu terkekeh pelan. “Cari data nama Siswi dengan inisial ini. Lalu bawa dia kepada ku.” Perintahnya.
“Baik Bos.” Ucapnya kemudian pergi dari ruangan itu.
“Aku mempercayai mu. Rudi..”
***
Halo semua, maaf lama tapi aku nggak bohong kan?
Pleasee jangan lupa Vote Koment dan Follow akun saya untuk info penting.

KAMU SEDANG MEMBACA
TIME BLITZ
Teen Fiction[TAMAT] Bella baru saja menjadi salah satu siswa di sekolah ternama di Jakarta. SMA Bakti Jaya yang banyak mendapat sorotan karena banyaknya prestasi. Namun di hari pertamanya pun, ia sudah mendapatkan masalah dan terlibat dengan Blitz. Salah satu...