30. Bebas

169 34 12
                                    


Di lorong Rumah Sakit Bella, Zian serta beberapa temannya yang lain berjalan menuju kamar Fauzi. Bella harus menunduk karena malu. Zian terus mengoceh sejak ia memberi tahu kalau kemarin ia pergi sendiri menjenguk Fauzi. Ia mulai menuduhnya macam-macam.

"Lalu handphone mu ini tidak ada gunanya?"

"Sudahlah Zian tidak perlu memarahi Bella. Dia juga melakukan hal yang baik." Bela Alvaro. Zian langsung menatapnya tajam, sampai ia tidak berani lagi menyambung obrolannya.

"Pokoknya, aku selalu ada kalau ada apa-apa.Kamu itu babuku!" Zian berjalan mendahului Bella dan yang lainnya. Seolah tidak terima dengan ucapan barusan Bella menyusul Zian dan berdiri di hadapannya dengan kaki yang masih berjalan mundur.

"Tidak berapa hari lagi. Aku senang karena sebentar lagi akan bebas." Bella tersenyum merdeka. Zian semakin kesal.

Luna menggelengkan kepalanya. "Haiss.. mereka berdua."

"Kekanakan sekali kan?" Hanan yang disampingnya menimpali ucapan Luna barusan. Luna mendelik dan langsung pindah ke samping Vania.

Hanan menghembus napas kasar. Luna terang-terangan menghindarinya sekarang.

"Aku akan menyiksa detik-detik kebebasan mu." Ancam Zian. Bella mempercepat langkahnya dan menoleh kebelakang sambil menjulurkan lidahnya mengejek Zian.

"Aku akan kabur.."

BRUK

Tubuh Bella terpental ke belakang saat ia bertabrakan dengan seseorang. Hanya Bella yang jatuh. Zian buru-buru menghampirnya dan langsung membantunya bangkit.

Zian menatap orang itu sementara Bella sibuk membersihkan diri. Teman-temannya yang lain mendekat.

"Asyila.." tunjuk Luna. Asyila mendongak dan menatap semua orang disana dengan tajam. Ia hendak pergi lagi tapi Austin langsung menahan tangannya.

"Apa yang kamu lakukan disini?"

"Lepaskan brengsek!" gertak Asyila menghempaskan tangannya.

"Jawab aku!" bentak Austin tak kalah. Bella menatap keduanya panik kemudian ia menatap ke arah lorong tempat Fauzi berada. Bella menggelengkan kepalanya dengan langkah cepat ia langsung berlari ke kamar Fauzi.

Zian kaget dan langsung menyusul Bella. Kesempatan itu dimanfaatkan Asyila. Ia menginjak kaki Austin dan langsung berlari kencang. Karena tidak mau repot akhirnya Austin lebih memilih menyusul Bella dan yang lain dibandingkan mengejar Asyila.

Langkah Bella terasa berat. Ia takut sesuatu terjadi kepada Fauzi. Ia menarik knop pintu dan memutarnya.

Di saat itu kakinya lunglai dan terasa sangat lemah. Bella menutup mulutnya dengan air mata yang mengenang. Di belakangnya ada Zian yang sama kegetnya.

Di depannya berantakan dengan pecahan beling serta aliran darah yang Bella duga berasal dari Fauzi.

"Tidak Fauzi.."

***

Bella dan yang lainnya menunggu di depan ruang UGD dengan panik. Bella terus saja khawatir ia tidak bisa duduk dan terus saja berjalan memutar membuat Zian pusing melihatnya. Ia sudah memberitahunya dari tadi tapi ia tetap melakukan hal itu.

Austin sama berantakkannya disana. Ia nampak tenang tapi Bella tahu jika ia sedang dalam mood yang tidak baik.

Vania dan Luna sudah pulang dari tadi karena mereka tidak bisa keluar terlalu malam. Sementara beberapa menit yang lalu pihak dari Rumah Sakit sudah memberi tahu masalah ini dengan orang tua Fauzi.

TIME BLITZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang