Chapter 19 : Penculikan
Luna menatap bingung saat menemukan Bella datang ke Sekolah. Tidak seperti biasanya, kali ini ia memakai hodie dan juga training yang kebesaran. Entah apa yang ia lakukan tapi dari pengelihatannya, Bella terus mengendap-endap seperti tikus yang akan mencuri makanan.
Luna yakin jika Bella sudah melihat kejadian di Aula tadi.
Ia mendengus. Sekarang ia kehilangan jejak Bella saat ia memutuskan untuk mengikutinya dari sekolah tadi. Luna juga tidak tahu Bella akan pergi kemana, tapi ia yakin Bella akan pulang ke Rumah. Sampai disana nanti Luna akan mencoba menajaknya berbicara.
Di persimpangan, Luna melihat Bella dan ia hendak menyebrang. Luna terus mengikutinya dan sampai ke menit-menit berikutnya Bella akhirnya sampai ke rumahnya dan masuk.
Luna keluar dari tempat pesenmbunyian dan menatap rumah Bella. Sederhana adalah kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan rumahnya. Namun rumahnya bersih dan rapi.
Luna memutuskan untuk masuk ke rumah Bella dan saat ia menginjkakan kakinya di teras rumah, ia mendengar suara teriakan Bella dari dalam rumah.
"Jangan mendekat!"
Luna terkejut dan langsung mengintip ke dalam. Saat itu pula ia melihat seorang pria yang mencoba mendekati Bella.
Ia melebarkan matanya saat ia melihat wajah Pria itu. Luna ingat jika Pria itu adalah orang yang sama dengan orang yang ia temui di ruang arsip beberapa hari yang lalu. Luna yakin jika Bella sudah lama diincar oleh orang ini. Buktinya saat itu ia terus mencari data tentang Bella.
Cih, makanya ia memperingati Bella saat itu
Luna meraih handphone mengetik sesuatu di sana. Pandangan matanya menoleh ke sekitar sampai ia melihat sebuah vas keramik di atas meja tamu.
"Aaaaaaaaa!" teriak Bella.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Luna langsung meraih vas tersebut dan berlari ke arah Pria yang terus menyekap Bella.
"PRANG!"
Luna memecahkan vas tersebut tepat di kepala bagian belakang Pria itu. suasana menjadi hening seketika. Ia melihat pecahan keramik di atas lantai dan juga bercak darah di tangannya, Luna mengalihkan tatapannya ke Bella.
Tubuh Bella bergetar hebat. Ia pasti sangat ketakutan. Luna memberi kode kepada Bella agar ia segera berlari dan Bella mengerti kode tersebut. Luna mengibaskan tangannya selagi Pria itu berusaha mengembalikan kesadarannya.
"Lari Bell!"
Luna menarik tangan Bella dan mereka berdua langsung lari menuju pintu.
"BUGH!"
Bella terkejut setengah mati saat tiba-tiba tubuh Luna tumbang dan pingsan. Ia sangat panik dan menoleh ke belakang. Saat itu pupil matanya melebar.
"Kalian tidak akan ku biarkan lolos.."
Bella tergagagp sambil menunjuk orang itu dengan tangan bergetar.
"P-pak Re-reza?"
***
Bunyi gores pena dan deritan spidol dipapan tulis mendominasi suasana kelas. Pelajaran Matematika sedang berlangsung dengan Bu Guru yang sedang mencatat rumus di papan tulis, sementara murid menyalinnya ke buku catatan.
Zian yang duduk paling belakang terus bergerak tidak nyaman. Dari tadi entah kenapa ia gelisah, dimulai dari kedatangan Ayahnya yang tidak diundang. Memang ayahnya adalah Direktur sekolah ini tapi ia tidak menyangka jika masalah ini harus sampai ke telinga Ayahnya. Dan lagi sebenarnya ada hal lain yang ia pikirkan.
Austin yang duduk di sebelahnya menatapnya bosan. "Jika memang khawatir kenapa tidak pulang saja?"
Zian mengabaikannya dengan menyibukkan diri dengan menulis.
Alvaro lebih memilih memainkan handphone sedangan Hanan dan Gavino nyaris dua jam ini tertidur di dalam kelas dan Zian yakin mereka sudah membentuk pulau di buku pelajaran.
Alvaro melebarkan matanya saat melihat sebuah pesan masuk terlebih lagi dari Luna. Tidak biasanya ia mengirim pesan.
Tumben
Alvaro membuka pesan tersebut. Detik berikutnya ia menleh ke belakang dengan malas. Zian menatapnya dengan datar. Alvaro menghela napas.
"Sepertinya peliharaan mu kabur dari rumah. Luna mengirim pesan katanya Bella pulang ke rumahnya dan ia sedang bersama Pria lain."
"BRUK!"
Zian memukul meja, ia bangkit dengan tangan yang menggepal. Kegiatan di kelas langsung berhenti dan kini semua pasang mata menatapnya penuh tanya. Bahkan Gavino dan Hanan sampai terbangun dari tidurnya.
"Apa Bella berkhianat? Ah, bukan dia selingkuh!"
Zian berjalan keluar kelas dengan berlari tanpa memperdulikan Alvaro dan Bu Guru yang sedang mengajar di kelas. Alvaro dan yang lainnya tambah bingung.
Bu Guru menghela napas. "Semuanya tolong lanjutkan pelajarannya."
"Zian marah ya?"
"Ada apa dengannya?"
Alvaro berdecak kesal mendengar pertanyaan dari Hanan dan Gavino. "Bukannya sudah ku katakan jika Bella seling-.."
"Bodoh.." potong Austin tiba-tiba. Gavino, Hanan dan Alvaro menoleh ke arahnya. Austin merapikan buku-buku kemudian bangkit yang membuatnya menjadi pusat perhatian di kelas.
"Bella dalam bahaya.."
***
VOTE DAN KOMENTAR!!
BIAR NANA SEMANGAT!!
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME BLITZ
Roman pour Adolescents[TAMAT] Bella baru saja menjadi salah satu siswa di sekolah ternama di Jakarta. SMA Bakti Jaya yang banyak mendapat sorotan karena banyaknya prestasi. Namun di hari pertamanya pun, ia sudah mendapatkan masalah dan terlibat dengan Blitz. Salah satu...