24.Better

202 41 8
                                    

SMA Bakti Jaya

06:15 AM

Bella sampai di sekolah kurang lebih sepuluh menit yang lalu dan tujuh menit terakhir ia pakai untuk berdiam diri dengan tatapan kosong menatap gedung sekolahnya. Aneh memang. Ia juga menyadari itu. Tapi rasanya saat ia kembali diterima menginjak kaki ke sekolah ini ada hal tersendiri yang ia rasakan.

Bella melangkah pelan melewati koridor sambil bersenandung kecil. Langkahnya santai dengan mata yang terus menatap sekitar. Tak jarang juga ia melihat tatapan siswa siswi di sekitar bahkan ada yang terang-terangan yang membisikkannya. Bella tidak terlalu memperdulikan itu.

Ia senang hari ini. Senang karena ia kembali bersekolah. Senang Kak Diara pulang hari ini dan senang karena Zian tidak datang ke rumah menjemputnya dan senang laki-laki itu tidak menganggunya.

"Kepala Udang!"

Langkah Bella terhenti. Senyumnya luntur seketika dengan tatapan kosong ke depan. Ini belum lewat 24 jam sejak ia bertemu laki-laki itu. Ia tidak mau melihatnya. Bella tidak mau. Ia menggelengkan kepalanya pelan lalu seolah tanpa beban ia kembali melangkah.

"Berhenti disana!" lagi suara itu menginstrupsinya. Bella tidak perduli dan terus maju. Anggap saja panggilan itu bukan untuknya.

Zian kesal karena diabaikan. Dengan langkah cepat ia langsung menyusul dan menarik lengan Bella sampai gadis itu berbalik.

"Apa sih?!"

Zian mendengus dan langsung menarik tangan Bella menjauh dari keramain koridor. Tepat dugaan Bella mereka pergi ke belakang sekolah. Apa yang laki-laki itu pikirkan.

Bella menarik tangannya kasar saat kaki Zian berhenti. Ia menatap Zian tajam lalu mengelus tangannya.

"Sebenarnya ada apa?" tanya Bella lagi. Zian membuka tas kemudian mengeluarkan Papper bag dan menunjukkanya di depan wajah Bella.

Bella terdiam tidak mengerti. "Apa ini?"

Zian rolling eyes. "Kamu pikir siapa lagi yang punya miniset berwarna pink barbie seperti ini?"

Bella membulatkan matanya dan langsung merebut papper bag di tangan Zian. Bella mengecek isinya kemudian sebelum ia terbelalak kaget dan langsung memeluk benda itu erat.

Wajahnya memerah seketika. Mana mungkin seorang laki-laki membawa benda itu ke sekolah.

"Wah aib yah.."

"Pokoknya awas kalau kamu kasih tahu orang." Ancam Bella.

Zian mendekat dan memilin ujung rambut Bella dengan jarinya. Matanya menatap lurus Bella. Tak lama senyum menggoda Zian terbit.

Bella menahan napasnya. Demi tuhan! Zian belum pernah seberani ini dengannya.

"Memangnya aku harus menuruti perintah Babuku sendiri?"

Perasaan Bella tidak nyaman. Ia terus mundur dengan tatapan ke ujung sepatunya. Jika menatap Zian ia hanya akan menghabiskan pasukan oksigen di paru-parunya.

PLAK!

Bella terperanjat mendengar suara itu. Bella mendapati Zian menatap ke arah yang sama saat suara tamparan itu menyita perhatian mereka.

Pelan-pelan Zian menarik tangan Bella mengikuti langkahnya. Mereka mengendap-endap dan bersembunyi di balik tembok.

".. Hiks, kenapa kamu memukulku?"

"Kamu pantas menerimanya, dasar murahan!"

Bella melebarkan matanya saat menangkap sepasang siswa dan siswi yang berada tidak terlalu jauh dari mereka. Bella pikir hanya ia dan Zian yang berada disana mengingat tempat ini sangat jarah dijamah.

TIME BLITZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang