Bella membuka matanya perlahan. Pandangannya kabur sesaat sebelum ia mengerjapkan matanya berapa kali.
Dimana ia?
Bella menatap ke sekelilingnya dengan bingung. Rasanya tempat ini sangat asing. Gelap, sempit dan juga sedikit bau.
Bella hendak berdiri sebelum rasa sakit di sekitar pergelangan kaki dan tangan menyerangnya. Tangan dan kakinya diikat dan ia terduduk di sebuah kursi dengan keadaan seperti itu.
Bella mengeser-geserkan kursi berusaha untuk bergerak dan melepaskan ikatan itu. Untunglah mulutnya tidak ditutup atau dilakban seperti penculikan biasanya.
"Ck, sia-sia saja.."
Bella membulatkan matanya dan langsung menoleh ke belakang. Bodohnya ia baru menyadari jika ada Luna disana.
Ia lupa jika Luna harus sampai terseret ke masalah ini karenanya."Luna sekarang kita dimana? Kita diculik ya?"
Luna lagi-lagi berdecak.
"Anak SD pun tahu situasi sekarang.."
Mira menunduk sedih. Ia sudah berapa kali berusaha membuka ikatan itu tapi tetap saja tidak terlepas.
Tiba-tiba ia teringat akan dalang semua ini. Pak Reza.
Hanya orang itu yang membuatnya dan Luna seperti ini."Luna.. Aku minta maaf yah.. Karena aku, kamu jadi ikut-ikutan diculik.." sesal Bella.
Luna menyunggingkan senyum kecut."Sudah tugas ku melindungi teman kelas ku."
Bella yang mendengar itu hanya tersenyum."Sekarang kita harus memikirkan cara bagaimana agar kita bisa keluar dari ruangan ini.."
"Tenang saja. Aku sudah menghubungi Alvaro. Mereka pasti akan melacak kita.." ucap Luna. Bella yang mendengar nama Alvaro langsung terdiam. Rasanya ia sedikit sebal mendengar nama orang itu.
"Kamu masih membawa handphone mu?"
Luna mengangguk. "Ada di kantong, tapi aku kesusahan untuk mengambilnya."
"Aku akan mengambilnya.." tawar Bella.
"Ambilah.."
Perlahan Bella menggeser kursinya. Rasanya sangat sulit tapi karena terus berusaha ia berhasil mendekati saku rok Luna.
Bella berusaha berdiri dan mengambil benda persegi itu dari sakunya dan Bella berhasil.
"Sekarang apa yang harus ku lakukan..."
"Letakkan benda itu di lantai. Aku akan mengetiknya dengan kaki ku."
Bella mengangguk dan menjatuhkan handphone ke lantai. Luna langsung melepaskan sepatunya dan mulai menggeser layar handphonenya. Entah apa yang ia lakukan yang jelas Bella terus mengawasi sekitar untuk berjaga-jaga.
Di kejauhan Bella mendengar suara telapak kaki mendekat. Bella yang mendengar itu langsung memberi kode kepada Luna agar menyembunyikan handphonenya.
CEKLEK
Pintu terbuka dan seorang laki-laki paruh baya masuk. Luna langsung menginjak handphonenya dan berpura-pura pingsan.
Bella masih membuka matanya dan menatap laki-laki itu yang semakin mendekat dan tersenyum penuh arti kepadanya.
Dia Pak Reza."Kalian sudah sadar? Baguslah karena aku akan meberikan kabar bahagia untuk kalian.."
Bella memalingkan wajahnya kasar saat Pak Reza hendak menyentuh wajahnya.
"Jangan pernah sentuh saya!" Kecam Bella dengan ketus.
Pak Reza yang mendengar itu hanya tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME BLITZ
Roman pour Adolescents[TAMAT] Bella baru saja menjadi salah satu siswa di sekolah ternama di Jakarta. SMA Bakti Jaya yang banyak mendapat sorotan karena banyaknya prestasi. Namun di hari pertamanya pun, ia sudah mendapatkan masalah dan terlibat dengan Blitz. Salah satu...