33. Matahari

162 32 15
                                        

"Jadi Kakak sengaja ninggalin kita di Bandara waktu itu?" pekik Bella setelah mendengar keseluruhan cerita Diara. Kai yang di sebelahnya hanya menyengir karena merasa puas dengan ekspresi Bella.

"Maaf ya, ini semua ide Kai." Bela Kak Diara. Bella langsung melirik ke arah Kai. Kai langsung berhenti terkekeh dan menampilakwan wajah bersalahnya.

"Hah.. jadi sekarang Kakak tinggal di hotel ini?" mata Bella menyapu seisi lobi di dalam pintu masuk itu. Diara mengangguk.

"Maafkan Kakak ya. Kakak janji setelah ini kita akan bersenang-senang."

Bella menatap kakaknya seolah mencari kebenaran. Jujur, sebenarnya ia agak kesal dengan Kakaknya. Bella menarik napas kemudian mengangguk. Diara kesenangan dan langsung memeluknya.

"Kalau begitu, ayo sekarang ke kamar Kakak. Kita ganti baju dan pergi jalan-jalan." Diara menarik tangan Bella mendekati lift. Meninggalkan Kai dan Zian, keduanya bertukar pandang kemudian diam-diam tertawa.

"Mau menumpang di kamar ku?" tawar Kai.

"Tidak perlu." Zian berlalu meninggal Kai dan berjalan melewati lift. Kai menyusulnya dan mereka berdua sama-sama menunggu.

"Jangan begitu gengsi." Ucapnya kemudian. Zian yang sedang memainkan handphonenya sedikit melirik.

Kai menoleh ke arahnya. "Aku hanya tidak ingin membuat mu menyesal nanti."

Zian masih diam mencerna kalimat Kakaknya barusan.

"Setidaknya aku pernah menjadi seorang Kakak yang baik untuk mu." Kai melempar senyum ke arahnya namun ekspresi Zian tetap sama sampai pintu lift terbuka keduanya masuk bersamaan.

"Apa yang ingin kau katakan?"

***

Bella menatap sekitarnya dengan senang. Suasana sangan tenang ditambah deru angin pantai yang lembut. Tak jauh dari tempatnya duduk ada alunan musik gitar beserta nyanyian asing yang ia tidak tahu.

Ia benar-benar menikmatinya. Diara sibuk mengecat kukunya dibantu Kai. Ia tidak melihat Zian sejak mereka berpisah di hotel tadi, sebenaranya ia mencari-cari keberadaan laki-laki itu.

Kai yang sepertinya menyadari gerak-gerik Bella langsung bertanya.

"Zian sedang sibuk. Dia akan datang sebentar lagi?"

"Sibuk? Apa yang dia lakukan Kak?"

Kai mengedikkan bahunya kemudian kembali bercanda gurau dengan Diara. Bella mengambil handphonenya dan membuka pesan. Zian memang tidak menghubunginya, kenapa laki-laki itu tiba-tiba menghilang.

"Bella.." panggil Kai. Bella menarik atensinya menghadap Kai. Keduanya merubah posisi duduk, tampaknya ada pembicaraan yang sedikit serius disini.

"Menurut mu bagaimana Zian itu?"

Bella tercekat mendengar pertanyaan Kai barusan. Ia tersenyum getir dan salah tingkah.

"Zian.. yah dia menyebalkan sekali. Aku kesal dengannya. Ia membuat ku banyak merasa susah.."

Kai tertawa mendengar perkataan Bella barusan. Bella langsung menutup mulutnya ia seperti merasa salah karena mengatakan keburukkan adiknya di depan Kakaknya sendiri.

"Ma-maafkan aku Kak.." Bella tersenyum bersalah. Kai menggelengkan kepalanya.

"Tidak-tidak kamu benar. Dia memang seperti itu, jangan merasa sungkan untuk itu."

Kini giliran Bella yang tertawa.

"Yah, dia juga pemaksa, bodoh, keras kepala, tidak mau kalah entahlah aku kadang menyerah menghadapinya." Timpal Bella lagi.

TIME BLITZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang