29. Susu Bluberry

194 37 9
                                    



JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTAR. NGGAK SUSAH KOK TEKAN BINTANG DI BAWAH :)





Diara mengigit apel hijau di tangannya sambil menatap siaran di TV dengan serius.

Bella datang sambil membawa semangkuk sup sayur, ada ikan bakar dan juga tumis sayuran.
Satu yang harus kalian ketahui jika Diara tidak terlalu pandai memasak. Jadi tugas ini dialih ke Bella.

Bella menyeka peluhnya dan duduk di kursi meja makan. "Siapa yang akan datang?" tanya Bella.

Diara menatap makanan yang sudah tersusun di atas meja.

"Bell, susu bluberry kemarin masih adakan? Sekalian saja ambilkan." Ucap Diara tanpa mengidahkan pertanyaan Bella barusan.

Bella mendengus napas lelah. Ia berjalan ke arah kulkas lalu mengambil beberapa botol.

TOK TOK

Diara terkesiap dan langsung bangkit. Keduanya menatap ke arah pintu. Diara dengan cekatan langsung membersihkan kulit apel di atas meja.

"Tolong bukakan pintu Bell.." pekik Diara dan langsung berlari masuk ke kamar.

"Bellla menatap kakaknya bingung. Ia membuka tutup botol kemudian meminum isinya sampai setengah susu bluberry.

Ia berjalan gontai ke depan. Ia malas sebenarnya tapi mengingat permintaan kakaknya itu jika ada kenalannya yang akan berkunjung ke rumah.

Bella membuka pintu. Disaat itu ia melihat seorang pria berkemeja putih kotak-kotak berdiri di depannya dengan flat shoes.

Bella menatap pria itu tanpa berkedip. Tidak hanya tinggi tapi dia juga tampan. Namun bukan itu yang membuat keterkejutannya bertambah kali lipat.

"Ah.." Bella mengangga.

Pria itu juga menatapnya tak kalah heran. Namun sepersekian detik kemudian ia menarik sudut bibirnya ke atas membentuk sebuah senyuman.

"A-anda.."

"Susu bluberry.." potongnya cepat. Bella mengangguk kaku.

Bella menatap botol susu yang ia pegang di tangannya kemudian menyengir tak enak. "Ah iya benar susu bluberry.."

***

Ruangan serba putih itu terasa sepi dan juga sunyi. Terlihat seorang wanita paruh baya sedang sibuk mengupas apel. Di depannya terbaring seorang remaja laki-laki. Ia tak sadarkan diri.

"Ibu sudah mengupas banyak apel untuk mu. Jadi cepatlah sadar Fauzi.." lirihnya walau tidak ada respon dari siapapun disana.

Sebuah kelopak mata perlahan mengerjap. Berapa kali berkedip sampai benar-benar terbuka, ia menatap kosong ke depannya dengan napas yang masih teratur, tenang seperti biasanya.

"Ada banyak hal yang harus kamu ketahui, Ibu heran Asyila akhir-akhir ini jarang menjenguk mu. Mungkin di.." kalimat Ibu Fauzi terhenti saat ia menatap anaknya. Ada yang berbeda.

Ibu Fauzi menjatuhkan pisau dan buah apel di tangannya lalu bangkit.

"Fauzi... anakku.." air matanya mengenang. Fauzi yang dipanggil masih diam dan tidak merespon.

Seolah sadar dengan keadaan Ibu Fauzi langsung menjauhkan diri. Ia mengusap air matanya.

"Tunggu sebentar, Ibu akan panggilkan Dokter.." ucapnya kemudian keluar dengan cepat.

TIME BLITZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang