21.Pahlawan

210 47 23
                                    

Gavino menyetir mobil dengan serius. Setelah memberi tahu Zian lokasinya ia langsung pergi dengan mobil layaknya pembalap pro. Gavino sampai kewalahan menyusulnya.

"Kita tidak boleh kehilangan anak itu. Bisa gawat kalau dia sampai duluan.." ucap Austin. Gavino mengangguk tanda mengerti kemudian ia menambah kecepatan mobilnya.

"Sepertinya dugaan ku mengenai Zian benar.." ucap Alvaro tiba-tiba.
Hanan dan Austin menatapnya bingung.

"Sepertinya ia memang menaruh perasaan kepada Bella."

Hanan nampak berpikir. "Yah aku cukup setuju. Kalau tidak kenapa dia harus bersikap seperi ini?"

Mendengar respon dari Hanan. Alvaro langsung menunduk. Entah kenapa ia merasa aneh saat mendengar itu.

Austin yang menangkap perubahan itu kembali mengeluarkan pertanyaan.

"Memangnya kenapa? Apa kamu juga menyukai Bella?" Penuturan Austin barusan berhasil membuat Alvaro menatap ke arahnya.

Alvaro terdiam sejenak kemudian menggeleng pelan.

"Tidak, aku hanya merasa bersalah.."

Austin menyenderkan punggungnya di kursi mobil sambil menatap keluar.

"Kalau begitu minta maaflah dan tunjukkan rasa bersalah mu."

Alvaro kembali terdiam. Ia menopang dagu dan menatap keluar jendela.
Ia tidak tahu apa yang ia pikirkan dan apa yang ia rasakan.

***

"Iya, barangnya sudah bersama saya dan mereka masih aman dan bagus.." ucap Pak Reza lewat handphonenya.

Bella dan Luna yang mulutnya baru saja diikat dengan slayer tidak bisa berbicara lebih. Berteriakpun mereka susah.

Entah dengan siapa Pak Reza berbicara yang jelas Bella yakin jika ada hubungannya dengan mereka.

Tak lama dari itu Pak Reza menyudahi percakapannya di handphone dan langsung menghadap Bella dan Luna.

Dari arah pintu tiba-tiba saja seorang Pria masuk dan ia adalah orang yang tadi datang kerumahnya. Ia yang tadi akan menculiknya dan yang sudah Luna pukul.

Bella menatap perban yang melingkar di kepalanya. Masih ada bercak darah disana. Sepertinya Luna terlalu kuat memukulnya.

"Kenapa lama sekali? Cepat bantu aku membawa anak ini ke dalam mobil." Marah Pak Reza begitu Pria itu berdiri di depannya.

Pria itu hanya mengangguk kemudian berjalan ke arah Bella dan Luna. Target pertamanya adalah Luna, saat ia menyentuh tali ikatan, Luna langsung berontak menolak untuk dibawa pergi.
Sepertinya ia tahu kemana tujuan ia akan dibawa.

"Heemmmmm...!"  Teriak Luna tertahan dalam ikatan di mulutnya.
Pria itu semakin kasar memperlakukan Luna. Saat ia sudah berhasil mencapai ikatan tersebut ia langsung mengendong Luna di bahu layaknya mengendong karung beras.

Bella juga ikut berontak saat Luna mulai dibawa pergi. Itu artinya tidak lama lagi ialah yang selanjutnya.

Bella menatap Pak Reza dengan tatapan memohon agar mereka dilepaskan tapi Pak Reza tidak peduli dan lanjut fokus dengan handphonenya.

Bella akan pasrah. Ia tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Ia ingin menangis tapi tidak ada gunanya. Ia teringat akan Kak Diara, saat ia tahu jika Bella diculik pasti ia sangat cemas.
Bella tidak sanggup membayangkan ekspresinya.

Lalu.. Zian! Kemana laki-laki itu? Bella membutuhkannya sekarang. Entah kenapa sekarang Bella sangat mengharapkan kedatangan laki-laki itu. Zian yang selalu datang saat ia dalam kesusahan.
Yah.. laki-laki itu terkadang bertindak layaknya pahlawan.

TIME BLITZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang