16.Cabul

209 49 20
                                    

Chapter 16 : Cabul

Bella kembali menatap surat di tangannya yang baru ia terima itu. Dan berapa kalipun ia menatap surat itu rasanya matanya tidak bisa berhenti untuk mengeluarkan air.

Ele dan Vania yang dari tadi menenangkan Bella akhirnya menghampiri Bella lagi. Mereka berdua duduk di samping Bella dan mengusap kepala dan air matanya.

"Tidak apa-apa Bell, hanya dua minggu. Aku akan sering mengabari mu tentang tugas kita." hibur Ele.

"Ini ba-baru surat skor besok-besoknya lagi aku akan mendapatkan su-surat keluar dari sekolah ini, hiks." isak Bella.

"Jangan berpikir seperti itu Bella."

"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana nanti jika Kak Diara tahu masalah ini. A-aku tidak bisa melihatnya kecewa.." tangis Bella semakin menjadi.

Ele dan Vania tidak tahu lagi harus berbuat apa. Sekolah sudah dibubarkan setengah jam yang lalu dan Bella masih saja setia di kelas menatap surat itu dengan tatapan kosong.

Di luar kelas yang sudah sepi ada Zian sedang menyender di dinding. Tidak ada yang mengetahui keberadaanya. Sedari tadi ia hanya mendengar percakapan ketiga orang itu.

Zian menghela napas. Ia tahu masalah ini tapi ia tidak menyangka jika Bella akan bertindak sejauh ini. Zian berjalan memasuki kelas yang membuat Ele dan Vania kaget dengan kedatangannya yang tiba-tiba.

Melihat Zian. Bella langsung menghapus air matanya dan memalingkan wajah.

"Kenapa kesini? Pergi sana!" usir Bella.

Zian tidak menghiraukan Bella. Ia langsung mengambil tas Bella kemudian menarik tangannya.

"Terimakasih sudah bersama Bella. Sekarang kalian bisa pulang." ucap Zian kepada Ele dan Vania sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan kelas.

Bella memberontak selama perjalanan. Zian tetap menahan tangannya sampai Bella lelah dan akhirnya pasrah.

Zian membawa Bella ke dalam mobil dan akhirya mereka berdua pergi dari kawasan sekolah. Bella tidak tahu Zian akan membawanya kemana, karena hatinya dalam suasana yang buruk jadi dia tidak akan memulai percakapan ataupun bertanya.

"Kepala udang.." panggil Zian pada akhirnya. Bella bergeming dan tidak merespon sama sekali. Zian menghela napas panjang lalu menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

Ia mengambil kertas di tangan Bella yang dari tadi gadis itu pegang. Zian mulai membaca isi surat itu.

"Surat skors selama dua minggu?" Zian menatap Bella. Tanpa sadar kini mata Bella sudah membentuk sungai kecil. Tak lama dari itu terdengar suara isak kecil serta bahu Bella yang naik turun karena menahan tangis. Bella sengaja menunduk untuk menyembunyikan air matanya.

Zian yang menyadari itu perlahan mendekat dan menarik Bella ke dalam pelukannya. Seketika tangis Bella pecah.

"Hiks, Zi, a-aku takut.."

Zian kembali menghela napas. Ia mendengus kepala Bella pelan.

"Jangan menangis. Tidak ada yang bisa membuat mu keluar dari sekolah. Aku jamin itu.."

***

Sementara itu di ruang Kepala Sekolah, Pak Yudi bersama dengan beberapa guru masih sibuk berkutik dengan dokument tadi. Beberapa dari guru disana sibuk juga merangkai kembali dokument yang dirobek Bella dan sebagaiannya lagi memeriksa presentasi.

Alvaro juga ikut berkecipung disana, hanya saja ia malah sibuk bermain dengan handphonenya.

"Kenapa harus diperiksa? Sudah jelas anak itu salah!" ucap Pak Reza. Pak Yudi yang mendengar itu langsung menoleh ke arahnya.

TIME BLITZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang