Ali terbangun merasakan kepalanya berdenyut dan pandangannya kabur. Ia menyesuaikan cahaya yang masuk lalu memperhatikan sekeliling dan menyadari, ia tertidur dilantai. Apa ia terjatuh? Ia memegang sikunya yang sakit sepertinya lebam, apakah ia jatuh saat ia tidur?
Tapi mengapa ia tak mengingat apapun. Terakhir yang ia ingat adalah duduk bersama Fajar dan Frans kemudian Roni datang membawa sake. Ali menggerakkan kepalanya pelan agar tak terus berdenyut.
"Sake!" seru Ali cepat menyadari dirinya mabuk kemarin.
"Mabuk benar-benar tak enak, menyakitkan, mengapa orang-orang menyukai hal tersebut, aku menyesal menerima gelas dari Roni!" seru Ali mencoba bangun dan bersiap. Kalau bukan untuk menghormati ia tak akan meneguk sake, baru pertama kali ia mabuk seperti ini.
Ali memperhatikan mantel yang cukup familiar, mengapa ada mantel Prilly di sini. Ia menaruh kembali mantel tersebut ke kursi karena berada di atas kasurnya dan segera bersiap melihat jam menunjukkan pukul 8.
***
Ali masuk ke dalam restoran perlahan mencari sosok yang ia kenal. Ia berjalan mendekat melihat Prilly duduk sendiri.
"Kurcil, mantelmu!" ucap Ali menyerahkan mantel tapi Prilly terlihat tak minat menatapnya.
"Kenapa?" tanya Ali bingung.
"Dilarang berbicara, aku marah!" seru Prilly kesal tak mau menatap Ali.
"Apa sesuatu terjadi?" tanya Ali bingung.
"Kamu mikir aja sendiri apa yang terjadi!" seru Prilly kesal.
"Kamu marah?" Prilly melirik Ali sebentar kemudian sibuk meminum minumannya.
"Iya!" seru Prilly sekali lagi menatap Ali sengit.
Ali bingung, Apa yang terjadi? Mengapa gadis ini marah padanya? Apa yang ia perbuat padanya? Apakah ketika mabuk ia melakukan sesuatu yang aneh atau hal yang tidak tidak?
Ali menaruh mantel tersebut dan berjalan pergi. Ia duduk sambil sesekali memegang kepalanya yang berdenyut. Prilly menggigit bibirnya setelah melihat Ali berlalu dan duduk disebrangnya, mengapa wajah Ali terlihat lemas.
"Pagi Ali, bagaimana keadaan kamu setelah mabuk?" tanya Frans tertawa melihat Ali sepertinya masih merasakan pengaruh sake.
"Hai om, kepalaku cukup sakit, kita akan flight ke Korea kan siang ini?" tanya Ali berusaha menahan denyut dikepalanya.
Prilly yang mendengar menoleh menatap Ali sedikit khawatir. Tapi mengapa ia kesal hanya karena nama Laras yang keluar? Apakah ia mengharapkan namanya? Apa yang sebenarnya ia mau?
Prilly... wake up! mengapa kamu harus merasa kehilangan tatapan tajam mister padamu. diakan menyebalkan,galak lagi!
Prilly terdiam mendadak ia kembali mengingat kejadian tadi malam tapi tak membuat ia kesal, ia sekarang menjadi malu mengingat kejadian Ali hampir menciumnya.
Prilly menutup wajahnya. Malu kejadian semalam. "Prilly, sudah sarapan? aku membawa roti panggang selai kacang!" ucap Wonbin membuat Prilly tersenyum.
"Oppa masih ingat?" tanya Prilly bingung.
"Iya, bagaimana tidak, beberapa tahun lalu ada yang ribut hanya karena kehilangan selai kacang!" ucap Wonbin santai membuat Prilly tertawa.
Sedangkan Ali menikmati kopinya dalam diam. Ia tak mengingat apapun kejadian semalam, bagaimana ia sampai dikamar, mengapa ia dilantai, apa yang ia lakukan sampai Prilly semarah itu padanya. Tapi mengapa ia peduli, bukankah itu bagus?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Is A Stranger (END)
RomanceGadis berisik dan menyebalkan yang ia sebut si kurcil selalu menggangu kerja, kalau bukan karena kerja ia tak mungkin mengikuti tour ini, ia juga mengalami patah hati membuat ia mengiyakan perintah bosnya untuk pergi ke luar negeri menikmati hal hal...