Pertemuan Kita.

73K 4.6K 100
                                    

Pagi-pagi koridor SMA Matahari sudah dipenuhi oleh para siswa yang ingin melihat lembaran-lembaran berisikan data kelas beserta nama mereka di mading. Berbondong-bondong mereka bergerumul seperti kumpulan semut memperebutkan makanan.
Berbeda dengan Davin. Lelaki itu bersandar pada salah satu pilar dekat lapangan, memandangi sahabatnya. Keenan Jayanto, yang masuk ke sana berdesak-desakkan demi melihat namanya. Padahal Davin sudah tahu dimana Keenan berada hanya saja Keenan tak bertanya pada Davin jadi ya Davin biarkan saja dia mencari.

“Kak...”

Mata Davin memicing saat melihat seorang gadis dengan seragam SMPnya menyodorkan Davin paper bag warna hitam. Dia membaca asal sekolah gadis itu yang ternyata sama dengan sekolahnya dulu, Davin diam seribu bahasa membuat gadis itu bergetar memikirkan banyak hal.

“Kak Davin, ini buat Kakak,” katanya gemetaran memberikan kue bikinannya yang terbungkus cantik pada Davin. “Aku berjuang banget buat masuk ke sekolah ini demi Kakak. Aku suka banget sama Kakak.”

Sekalipun pengucapannya diutarakan dengan ketulusan Davin tidak berpengaruh sama sekali. Dia tetap pada posisinya tidak mempedulikan gadis itu sama sekali yang sudah gemetar ketakutan karena dicuekin dan malu dilihatin. Sampai sesosok lelaki berperawakan tinggi dengan kacamata yang tersampir di hidungnya muncul mengambil paper bag itu santai.

“Gue ngewakilin Davin,” celetuk Keenan menyengir lebar mengerling pada Davin yang hanya di balas acuh. “Makasih katanya.”

Gadis itu bergerak canggung, dia berharap Davin mengatakan sebuah kalimat barang sedikit pun tak apa asalkan dia bisa mendengarkan suaranya namun bermenit-menit berlalu Davin tidak juga membuka suara. Terpaksa gadis itu pun hengkang dari tempatnya setelah melempar senyum pada Keenan dan Davin.

Selepas kepergian gadis itu Keenan mendengus meninju pelan lengan Davin sebagai tanda protes. “Bro, sadis amat lo.”

“Makasih.”

Keenan menggelengkan kepalanya lagi tidak begitu memusingkan sikap Davin yang dingin. Dia menimang-nimang paper bag itu sambil berpikir. “Vin,” panggil Keenan ikut bersandar di pilar. Davin tidak menyahut tapi Keenan tahu jelas dia mendengarnya. “Katanya ada anak baru dari London.”

“Hm.”

“Nah, ini paper bag gue cium-cium baunya enak. Kayaknya kue nih.” tebak Keenan menyengir.

Davin mulai mengerti kemana arah pembicaraan ini. Dia menegakkan tubuhnya dan menatap Keenan tajam. “Lo buang juga gue gak peduli.”

Keenan mencebikkan bibirnya menggenggam paper bag itu. “Gue kasih ke anak baru gak masalah kan?” tanyanya memastikan yang di balas anggukkan kepala Davin. “Ya udah...”

Hallo, excuse me. Can i ask you for a some question?

Suara lembut dengan aksen kebaratan itu menarik perhatian Keenan serta Davin untuk memutar kepala ke belakang tubuhnya. Keenan yang mengetahui gadis itu adalah murid baru lantas saja mendorong Davin menjauh.

Hai, oh of course.”

Alsha tersenyum simpul, diam-diam dia memperhatikan Davin yang lebih memilih memandangi mading. “Aku anak baru di sini. Boleh aku bertanya dimana ruang kepala sekolah berada?” tanya Alsha sopan.

Keenan tersenyum semringah tak menyangka gadis itu lancar berbahasa Indonesia. Dia menunjuk ke sebuah lorong samping mading. “Ruangannya penuh sama kaca dan terlihat banyak piala serta piagam. Ada tulisan ruang kepala sekolah di atasnya. Tepat di samping kanan waktu kamu masuk ke lorong itu. Nah, itu ruangannya.” papar Keenan.

Alsha tersenyum sopan mengucapkan terima kasih. Sebelum gadis itu beranjak Keenan memberikan paper bag itu ke depan wajah Alsha yang mengerut bingung. “Ini apa?”

“Buat kamu. Selamat datang di SMA Matahari.”

Alsha terkekeh menerima paper bag itu. Sekali lagi sebelum melangkah dia menatap Davin lembut. Hatinya berdebar mengetahui kalau dirinya satu sekolah dengan Davin, lelaki yang dilihatnya di foto Nathan sewaktu di London.

“Hallo, Davin...”

Davin menoleh cepat ke arah Alsha namun gadis itu sudah pergi meninggalkannya. Davin mengernyit bingung. Mungkin bisikkan tadi hanyalah ilusinasinya saja.

•••••

Sahabat dekat Davin banget nih:

Keenan Jayanto

Keenan Jayanto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ComeonlateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang