Kabar Alsha.

52.4K 3K 56
                                    

Siang itu Davin termenung di dalam kamar inap. Dia sudah menjalani masa kritisnya selama dua puluh empat jam. Kekurangan banyak darah cukup membuat Davin nyaris merenggang nyawa. Lelaki itu menatap lurus langit-langit kamar inap. Semenjak kesadaran Davin kembali dia semakin enggan mengeluarkan suara barang sedikit pun. Matanya pun tak mau bergerak kemana-mana selain lurus memandangi langit kamar. Kembali seperti dirinya yang lama tiap kali delusi itu menyerang kesehatannya.

Lollypop masuk ke dalam lengkap dengan seragam sekolah. Dia membawakan seikat bunga Lily warna putih, menaruhnya di samping nakas keranjang Davin. Lalu menghampiri Kakak kembarnya itu.

"Siang, Bang! Hari ini pulang cepet soalnya ada rapat besar guru sama pemilik yayasan."

Hanya desisan angin menjawab perkataan Lollypop. Gadis itu tersenyum miris mengelus rambut tebal Davin. "Hari ini Alsha gak masuk sekolah," Lollypop menyematkan jemarinya di antara jemari dingin Davin. Berharap dengan mengatakan nama Alsha lelaki itu bisa sedikit memberikan respons. "Kak Lea juga gak masuk. Kalau Kak Lea sih sakit tapi kalau Alsha gak tahu, gak ada keterangan. Anak kelas lo udah ribut banget nanyain lo, padahal gue baru masuk hari ini tapi rasanya gue kayak udah berabad-abad di sekolah. Gerah banget deh dengerin ocehan mereka tentang lo."

Davin diam tak membalas apapun. Seperti seonggok boneka berbentuk manusia, Davin benar-benar tak berkutik sama sekali. Tatapannya kosong. Pikirannya penuh hingga rasanya untuk berpikir sekali saja bisa membuat otaknya hancur berantakan.

Lollypop mendesah putus asa. Setiap kali Davin delusi, beginilah hasilnya. Seperti mayat hidup. Kehampaan akan meliputi diri Davin lagi, jika tidak diajak bicara dan berusaha mengalihkan perhatiannya Davin tidak bisa lepas dari efek delusinya tersebut. Dering ponsel Lollypop menyentak tangannya dari jemari Davin, segera dia mengambil ponsel itu lalu mengangkatnya.

"Lolly, tadi di sekolah ngapain aja?"

Lollypop sedikit mengintip layar ponselnya sekadar ingin tahu siapa yang menelepon. "Alsha. Kok sambutannya gini?" tanyanya menahan senyum geli.

"Hehe iya iya. Assalammualaikum, Lolly. Maaf mengganggu waktunya. Saya hanya ingin bertanya perihal kejadian apa saja yang saya lewati selama seharian ini?"

Lollypop tergelak, menutupi mulutnya yang mengeluarkan suara tawa. "Formal amat geli deh!" ledeknya lalu dia menggelengkan kepala meski tahu Alsha tidak akan lihat. "Gak ada apa-apa. Soalnya sekarang pulang cepat ada rapat besar guru sama pemilik yayasan. Kenapa kamu hari ini gak masuk? Jagain Kak Lea?"

Terdengar ringisan di seberang telepon. “Anu... Aku bolos.”

Bolos?"

"Iya. Aku kesiangan parah gara-gara bantuin Edgar!”

Kening Lollypop langsung berkerut-kerut. "Edgar? Kesiangan? Bolos? Apa sih gak ngerti."

Alsha menghela napasnya panjang. Percuma menjelaskan lewat telepon pasti Lollypop takkan paham juga. "Sekarang berarti kamu sudah di rumahkan? Aku ke sana ya! Nanti aku jelasin di sana."

Lollypop buru-buru mengelak. "Bukan! aku di Rumah Sakit dekat sekolah!" sejurus kemudian Lollypop sadar akan apa yang baru saja dia ucapkan. "Eh, bukan! Ngg... Aa-Akuu..."

“Rumah sakit Matahari? Oke. Tunggu aku di lobby.”

ComeonlateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang