Di UKS, Davin meringis saat suster penjaga UKS pada hari itu mengobati jahitan diluka pergelangan tangannya yang agak terbuka. Sepuluh kapas sudah dihabiskan untuk membasuh luka Davin yang terus mengaliri darah. Suster yang mengobatinya pun ikut meringis perih melihatnya.
"Ck, gue kan udah bilang sama lo biar gue aja yang tulis catatan lo," protes Keenan memberikan obat merah pada suster, dia mendecak jengkel menyentil kening Davin. "Kurang-kurangin deh kepala batu lo itu."
Davin mendesah berat namun dia malas membalas ucapan Keenan. Davin membiarkan Keenan membantu suster itu membalut luka Davin memakai kain basa yang baru. Rasa sakit yang tadi dirasakannya perlahan mulai menghilang berganti dengan kelegaan luar biasa dihati mengetahui Alsha telah melalui ulangan susulan fisikanya dengan lancar dan baik berkat rumus yang sudah susah payah dicatatnya ituyang dikira Keenan adalah catatan untuk melengkapi buku catatannya.
Lelaki itu tahu karena tadi Davin mendekati anak perempuan terpintar di kelasnya untuk menanyakan soal apa saja yang akan keluar ketika ulangan fisika nanti. Davin tahu gadis itu menyukainya maka waktu Davin bertanya dengan senang hati dia langsung memberikan catatan fisikanya yang super lengkap itu untuk dipelajari Davin, dia kira Davin akan menggunakannya untuk belajar ternyata dia menggunakannya untuk menulis rumus dikertas kecil buat Alsha.
Tanpa sengaja semalam Davin mencuri dengar di kamar Lollypop yang sedang menelepon Alsha. Lollypop mengingatkan Alsha agar belajar karena gadis itu akan ulangan susulan. Awalnya Davin tampak cuek saja toh itu bukan urusannya tapi ketika dia melihat wajah pucat Alsha pada jam istirahat pertama tadi pikiran Davin berubah tiga ratus enam puluh derajat. Keenan bahkan sampai menggaruk kepalanya bingung kenapa Davin jadi sibuk dengan buku catatan gadis terpintar di kelasnya, setahu Keenan Davin tidak mau berbicara dengan gadis itu karena sikapnya yang sangat egois selalu ingin jadi juara satukecuali pada Davin dia siap mengalah.
Beruntung Davin membawa sapu tangan untuk dikembalikan ke gadis itu dan lebih beruntungnya lagi Pak Sanusi memanggil Bu Cintya karena ada tamu. Jadi, dia punya alasan mengapa datang ke kelas Alsha dan memberikan sontekan rumus itu padanya tanpa harus menimbulkan kecurigaan apapun.
"Makasih, Bu."
Begitu selesai diobati Davin menggeser tubuhnya ke tengah ranjang, dia mencopot sepatu menyuruh Keenan duduk di kaki ranjang. "Hordennya tutup dong," perintah Davin menunjuk horden jendela depan ranjangnya yang terbuka pada Keenan yang sedang tersenyum ramah pada suster wanita yang kini sudah kembali ke tempatnya. "Sinarnya cerah banget ke sini." keluh lelaki itu lagi.
Kalau saja Keenan tidak ingat sahabat baiknya itu sedang sakit, berani jamin sepatu yang ada di bawah ranjang UKS melayang ke wajah lelaki berwajah lempeng tersebut. Bersungut-sungut Keenan berjalan kearah jendela dan menarik hordennya hingga tertutup rapi. Dia membalikkan tubuh memandangi Davin yang tengah menutup mata dengan tubuh yang sudah direbahkan di ranjang seluruhnya.
"Vin."
"Hm."
"Lo nulis tadi gila-gilaan bukan buat catatan lo kan?" tanya Keenan menyelidik, dipikir Davin mungkin Keenan tidak tahu jelas lelaki itu tadi mengecek catatan Davin sewaktu dia melesat pergi keluar kelas saat guru bahasa Indonesia tidak ada, Keenan mengikuti kemana pergi dan dia tersadar ketika tahu Davin masuk ke dalam kelas Alsha sambil menyelipkan kertas rumus itu di balik lipatan sapu tangan.
Davin tidak menjawab sama sekali dia berpura-pura tidur di hadapan Keenan membuat lelaki mendengus kesal. Keenan melirik jam tangannya, jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang itu artinya sebentar lagi jam istirahat kedua akan segera berbunyi. Dia malas sendirian di kelas atau berada di ruang OSIS bersama Reza, lagipula kalau dia di sana Reza tidak akan meladeninya karena sibuk mengurusi acara reuni akbar yang akan di mulai sebulan lagi. Padahal jangka waktunya masih lama tapi dia menyiapkannya dari sekarang.
Keenan memilih ranjang sebelah Davin yang kosong, dia ikut merebahkan diri di sana. Mata Keenan tidak bisa terpejamalih-alih memejamkan mata dia malah memiringkan kepalanya menatap Davin dari samping. Sekarang Keenan bisa berpikir jernih, Davin yang tidak pernah memberi atau melakukan apapun demi seorang perempuan, Davin yang tidak pernah mau repot-repot menyusahkan dirinya sendiri demi seorang perempuan, Davin yang tidak pernah mau berbicara dengan seorang perempuan dan Davin yang selalu cuek dengan semuanya kini tampak menyamar di pandangannya berganti dengan kehangatan Davin yang lama.
Sekelebat keceriaan Davin mulai terlihat disosoknya yang saat ini ada di samping Keenan. Mungkin senyum Davin memang belum kembali sepenuhnya tapi paling tidak mengetahui rasa kepedulian itu kembali menempel dihati beku Davin membuat Keenan dapat bernapas lega. Davin pasti tidak menyadari semua perlakuannya tapi Keenan jelas memahami semua perubahannya, walau masih terlihat samar Keenan bisa melihat Davin sedang mencoba membuka hatinya untuk Alsha. Semua itu terbukti dari sikap Davin yang perlahan mulai berubah; memberi apalagi merelakan dirinya sampai terluka lagi bukanlah Davin yang sekarang, tapi Davin yang lalu.
Tapi kalau kini lelaki itu melakukan hal tersebut. Itu artinya Davin yang lama menemukan jalannya untuk kembali kepermukaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Comeonlate
Teen FictionSiapa sangka dikejar-kejar oleh cewek cantik menggemaskan dari London bukanlah ketiban durian runtuh melainkan malapetaka bagi kehidupan seorang Davin. Semenjak kedatangan absurdnya Alsha ke Indonesia membuat Davin harus ekstra berhati-hati tiap kal...