Begitu turun dari anak tangga terakhir, Davin langsung memandang Alsha sinis. Dari balik pandangan itu sesungguhnya Davin sedang mengecek keadaan Alsha apakah dalam keadaan baik-baik saja atau malah terluka. Diam-diam dia bernapas lega karena gadis itu baik-baik saja dengan senyuman manis yang bertengger apik di wajahnya.
“Davin, gimana kabarnya? Kamu udah mendingan?” tanya Alsha gugup di bawah tatapan menyeramkan Davin.
Davin duduk di single sofa depan Alsha, dia menaruh sikunya di paha lalu menopang dagu. Matanya yang tajam meneliti wajah Alsha dengan saksama. Walaupun senyumannya tetap memberi kesan ceria namun pucatnya bibir gadis itu tak bisa Davin hindari.
Alsha sadar bahwa dirinya sedang diperhatikan, dia bergerak tidak nyaman bukan hanya karena kemoterapinya hari ini melainkan juga karena tatapan Davin yang sangat menusuk. Sepertinya Alsha harus segera memberikan cupcake dan hoodie itu ke Davin lalu pulang ke rumah sebelum Davin sadar bahwa dirinya tengah menahan kesakitan.
“Dav, aku gak bisa lama-lama,” katanya gugup menaruh hoodie dan sekotak makanan warna pink itu di atas meja yang menjadi pemisah antara mereka berdua. “Aku harus buru-buru pulang. Ada urusan soalnya.”
Alsha berdiri dari duduknya dengan segera, masih dengan menunduk Alsha tidak berani menatap Davin. Tanpa pamit atau ucapan lagi kakinya yang bergetar keluar dari rumah Davin dan masuk ke dalam mobil yang terparkir di bawah rindangnya pohon mangga. Bukan maksud Alsha bersikap tidak sopan hanya saja rasa mual dan sakit yang dia alami setelah kemoterapi pertamanya ini sungguh membuat Alsha jadi lemah dan ingin kembali ke rumah secepatnya. Dia berniat agak lamaan di rumah Davin tapi ternyata kesehatannya yang tak mendukung membuat Alsha mengurungkan niatnya itu.
Davin sendiri mengernyitkan keningnya memandangi dinding yang terbuat dari kaca tebal yang mengarah ke tempat mobil gadis itu, ketika sopir pribadi Lea membawa Alsha pergi Davin mengambil kotak makanan itu lalu membukanya. Empat buah cupcake dengan topping bergambar piano, huruf D, emoticon senyum dan love menarik perhatiannya. Sudut bibir Davin perlahan menaik lalu dia melihat secarik kertas tertempel di dalam penutupnya, dia mencabut kertas itu lalu membacanya.
Davin jaga kesehatan ya. Jangan sampai sakit lagi. Miss you, Dav *chu~
-Alsha-
KAMU SEDANG MEMBACA
Comeonlate
Teen FictionSiapa sangka dikejar-kejar oleh cewek cantik menggemaskan dari London bukanlah ketiban durian runtuh melainkan malapetaka bagi kehidupan seorang Davin. Semenjak kedatangan absurdnya Alsha ke Indonesia membuat Davin harus ekstra berhati-hati tiap kal...