Persahabatan Baru Dimulai.

54.5K 3.4K 78
                                    

Bersungut-sungut Alsha melangkahkan kaki menuju tikungan di seberang jalan. Dia merutuki hari sialnya di pagi hari ini. Lea lagi tak enak badan sementara dia tak bisa naik mobil maka dari itu terpaksa Alsha harus berjalan kaki ke halte. Rasanya sejak kemarin semangat hidup Alsha diserap oleh sesuatu yang bertenaga besar, hingga sanggup membuat gadis itu jadi linglung dalam sekejap. Alsha tahu bahwa ada sesuatu yang berusaha disembunyikan oleh orang-orang di sekitarnya. Entah dalam hal yang baik atau buruk. Gadis itu tak mengerti. Terlebih lagi soal Davin.

Kepalanya cukup mumet memikirkan pertemuannya bersama Dokter Frans yang akan berlangsung hari ini untuk memastikan apakah dirinya baik-baik saja atau tidak tapi kalau mengingat nada bicara Dokter Frans kemarin, hati Alsha jadi tidak tenang. Dia terus memanjatkan doa supaya Tuhan memberikan kemurahan hatiNya untuk tidak mengembalikan penyakit itu menggerogoti tubuhnya lagi.

"Sialan!"

Mata Alsha yang setengah tertutup lesu kini membelo sempurna. Tubuhnya pun langsung menegak ketika mendengar suara benda yang jatuh dari arah tikungan. Kakinya secara otomatis bergerak cepat menapaki aspal. Ketika sampai, buru-buru dia menyembunyikan tubuhnya, sedikit melongokkan wajah. Melihat apa yang terjadi. Dan, tubuhnya pun menegang. Berjarak beberapa meter dari tempatnya berdiri. Alsha melihat menggunakan kedua matanya yang jelas masih normal. Lelaki itu. Edgar. Lagi di keroyok massal.

"Berani banget lo ikut campur urusan gue!" keras seorang lelaki memukul rahang Edgar ganas. Dari jarak tak seberapa jauhnya Alsha meringis melihat darah mengucur dari mulut Edgar. lelaki itu meludah, membuang darahnya ke aspal lalu tersenyum mengejek.

“Lo pikir lo siapa berani ngatur-ngatur hidup gue? Edgar tertawa seraya bangkit dari posisi terjengkangnya. Mengingat posisi Edgar yang menghadap langsung ke arah Alsha, mau tak mau lelaki itu terkejut mendapati seorang gadis mengenakan seragam yang sama dengannya sedang mengintip di balik tembok. Edgar mendesis sinis. Kembali menatap lelaki itu beringas. "Terserah gue mau lakuin apaan. Ya itu hak gue bukan lo."

Menggertak gigi kesal, lelaki di depan Edgar langsung menerjang kembali. Dibantu oleh lima orang dia memukul perut Edgar lalu menendangnya hingga terpental menghantam pohon. Edgar langsung mengerang keras kesakitan. Tapi, lelaki-lelaki berpenampilan berandal itu tak berhenti memukuli Edgar tanpa ampun. Alsha buru-buru mengambil tindakan. Sedikit memaki karena pagi ini jalanan tampak sepi. Tak ada pilihan lain Alsha keluar dari tempat persembunyiaannya. Modal nekat juga keberanian seujung kuku, Alsha mengambil beberapa kerikil lalu melempar kerikil itu ke arah anak lelaki yang berniat menendang wajah Edgar lagi.

“Apaan sih lo?! Pergi sana! Lo mau gue pukul juga?! bentak mereka terusik akan kelakuan Alsha.

Nyali Alsha menciut. Dia mengkerut takut dipelotot begitu. Namun dia juga tak bisa diam saja melihat Edgar dipukulin. Walaupun lelaki itu sudah melotot dari tadi menyuruh Alsha untuk pergi meninggalkannya. Tapi, tetap saja Alsha tak akan mau. Usut punya usut katanya Edgar baru saja sembuh dari sakit demamnya lusa kemarin. Maka dari itu Alsha mau membantu Edgar karena yakin pasti lelaki itu masih lemas.

Alsha mondar-mandir berusaha mencari ide. Lalu matanya tertumbuk pada sarang semut di bawah pohon. Dia meneguk ludahnya ngeri. Mungkin dengan ini bisa membantu Edgar meskipun harus mengorbankan tangannya sendiri akan digigit semut merah itu lebih baik ketimbang membiarkan Edgar di keroyok. Dengan tangan gemetaran Alsha mengorek sarang itu memakai kayu yang dipegangnya. Ketika dia berhasil mengambil tepat dimana semut itu bersarang Alsha langsung lari terbirit-birit menghampiri Edgar.

Tanpa berpikir lagi Alsha menyodokkan kayunya ke tubuh para lelaki itu masing-masing. Menyalurkan semut merah itu ke tubuh di hadapannya. Awalnya mereka berhenti lalu membalikkan tubuh berniat memukul Alsha tapi seketika membeku saat merasakan sesuatu yang tajam menusuk permukaan kulit. Alsha tak melewatkan kesempatan emas begitu saja. Ketika kawanan para lelaki berandal itu sedang berasik masyuk menggaruk tubuh mereka dengan wajah memerah padam. Alsha memapah tubuh berat Edgar menjauh.

"Dasar bodoh."

Alsha mendelik, menarik sebelah tangan Edgar supaya lebih menempel pada pundaknya. "Kamu tuh harus diajarin sopan santun. Kalau ditolong bilangnya makasih bukan malah ngatain gitu."

Edgar tak menjawab. Dia menoleh kebelakang, melihat orang-orang tadi seperti cacing kepanasan menggaruk tubuh mereka yang merah-merah digigit semut. Lelaki berwajah tegas itu menggelengkan kepalanya tidak percaya kalau dia baru saja ditolong oleh seorang gadis.

Dia menoleh menghadap Alsha mengeluarkan senyum tipisnya yang menawan. "Gue bawa mobil. Di dekat jembatan setelah tikungan, mobil gue ada di sana."

Alsha menatap Edgar terperangah. "Terus kamu mau bawa mobilnya gitu?" cicit Alsha.

Edgar terkekeh pelan. "Atau lo yang mau bawa mobilnya?" tawar Edgar menaik turunkan alisnya jenakan, segera Alsha menggelengkan kepalanya yang disambut gelak tawa lelaki itu. 'Ya udah makanya gak usah banyak tanya." tandas Edgar tersenyum.

Sesaat mereka terdiam. Alsha mulai berspekulasi kalau Edgar bukanlah sosok yang begitu buruk seperti yang selama ini orang-orang bicarakan tentangnya. Mungkin penampilan lelaki itu memang menunjukkan dirinya nakal tapi dari sorot matanya yang lembut Alsha tahu orang lain tidak bisa menilai Edgar hanya karena penampilan luarnya saja, mereka perlu mengenalnya lebih dalam baru bisa menilai.

"Lollypop masih belum ada kabar?"

"Apa?"

“Mobil gue di sana. Di jembatan setelah tikungan."

Alsha mengerutkan keningnya bingung. Dia rasa tadi bukan itulah yang didengarnya. Dia tadi mendengar kalau Edgar menanyakan kabar Lollypop yang masih tak jelas. Walau suaranya kecil Alsha masih bisa mendengar tapi Alsha menggelengkan kepalanya dia malas berpikir apapun lagi.

ComeonlateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang