Tamu Menyakitkan.

18.2K 1K 140
                                    

Malam hari yang dingin ini mereka habiskan untuk bercanda di taman belakang villa memandangi hamparan kebun teh yang mengeliling villa tersebut. Langit malam kali ini begitu cerah dengan hiasan bintang berkelap kelip indah di sana. Menyambut kebahagiaan mereka semua yang berada di bumi pada hari ini. Bian seperti biasa sudah berdiri gagah di depan alat pemanggangnya. Tangan kanan pria itu memegang capitan, sibuk membalikkan daging yang terpanggang di atasnya bara api.

Di bangku taman ada Nathan bersama Lea yang sedang menyanyi sambil bermain gitar diikuti oleh keceriaan Lollypop, Bi Asih, Kang Asep dan Bi Minah. Mereka menyanyikan lagu dangdut yang tengah populer pada zaman sekarang. Terlihat keceriaan itu muncul di wajah mereka semua pada malam hari ini. Sementara Davin dan Alsha mereka memilih duduk di atas ayunan. Jauh dari keramaian itu berada, mereka mengasingkan diri dalam kegelapan malam. Mengamati indahnya malam ini yang takkan bisa mereka dapatkan jika berada di kota.

Alsha menjilati es krim kesukaannya lalu menoleh pada Davin yang sibuk memainkan ponselnya. Main games seperti biasa. Alsha mendengus geli, di kirain lagi asik menikmati pemandangan tahunya malah mainan games. "Dav, ke sana yuk." ajak Alsha menunjuk ke arah Lea yang melambaikan tangannya bermaksud mengajak mereka bergabung.

Davin menurunkan ponselnya mengikuti arah tunjuk Alsha lalu kembali pada ponselnya. "Duluan aja."

Alsha mengerucutkan bibirnya sebal. "Ayo sama Davin, ih!"

"Duluan."

"Ih, Davin gak asik!" sebal Alsha turun dari ayunan. Dia menghentakkan kakinya keras menarik lengan Davin supaya ikut dengannya. "Ayo dong! Kan kita liburan ke sini masa Davin jadi asik sendiri?"

"Nanggung." tahu Davin tak bisa dibujuk apapun lagi Alsha pun mengalah dan memutar tubuhnya meninggalkan lelaki itu. Bersungut-sungut Alsha keluar dari keheningan menyambut datangnya suara bising yang mengisi taman belakang.

Namun pergerakannya terhenti ketika rasa sakit itu menghantam punggungnya secara tiba-tiba. Rasa perih menjalar dari area sumsum tulang belakangnya hingga ke sendi-sendi. Alsha berlutut mencengkram erat rerumputan hijau di bawah tubuhnya, membiarkan es krim kesukaannya jatuh tepat di depannya. Ingin menjerit tetapi dia harus bisa tahan. Alsha tak mungkin memberitahu semua orang bahwa dirinya sekarang sedang kesakitan.

Setelah mencoba menekan rasa sakitnya itu Alsha bangkit dari posisinya. Terhuyung menahan keperihan dipunggungnya yang sekarang menjalar ke mata Alsha berjalan masuk ke dalam villa dengan tertatih-tatih menuju lantai dua. Susah payah dia menaiki tangga, darah sudah mengucur keluar dari kedua hidungnya yang mancung tanpa bisa di hentikan.

Gadis itu membanting pintu kamar, Alsha buru-buru menyambar tas kecilnya di samping ranjang. Mencari-cari ketiga obat yang dia perlukan. Air mata tak bisa dielakkan lagi. Tubuhnya melemas jatuh ke sisi ranjang, dia menyandarkan punggungnya yang terasa seperti dibakar lalu meminum ketiga obat itu dalam sekali teguk.

Sakit. Teramat sakit.

Itulah yang Alsha rasakan. Entah bagaimana lagi dia harus jalani kehidupannya dalam kesakitan luar biasa untuk kedua kalinya. Dia pikir setelah Tuhan memberikannya kesempatan kedua untuk hidup maka semuanya akan tampak baik-baik saja. Alsha bisa lagi menjalani aktivitasnya seperti remaja perempuan lainnya, menjalani kehidupan penuh semangat dan keceriaan.

Namun ini semua sungguh di luar dugaan. Semua rencana masa depan Alsha hancur karena pengkhianatan Aglan dan sahabatnya. Lalu ketika dia mulai ingin membangun kerusakan itu kembali penyakitnya yang sudah dinyatakan sembuh malah kembali lagi merusak jaringan di setiap jengkal tubuhnya setiap hari semakin meningkat.

Tak ada lagi yang bisa Alsha lakukan kecuali menunggu datangnya keajaiban dan berharap dengan mengikuti kemoterapi dia bisa sembuh. Mengikuti segala usaha kedokteraan untuk menyembuhkannya kembali. Sekarang disisa-sisa harapannya yang masih tertinggal dia berharap besar. Bila bersama Davin kehidupannya bisa jauh lebih baik daripada sebelumnya. Walau hanya sementara dia merasakan kebahagiaan itu asalkan bersama Davin, Alsha benar-benar sudah bersyukur.

ComeonlateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang