Rasanya Davin ingin memutar balik waktu menjadi kembali ke dua jam yang lalu. Dia ingin menarik kata-katanya yang saat itu menawarkan diri untuk membantu Alsha mengerjakan soal karena merasa kasihan saat tahu gadis itu menerima lima puluh soal untuk dikerjakan seorang diri. Sungguh Davin menyesali perbuatannya karena Alsha ternyata memang pantas untuk mendapatkan tugas sebanyak itu. Sebab gadis itu sama sekali tidak mengerti fisika.
"Ngerti gak?" untuk sekian kalinya Davin bertanya ke Alsha sambil menunjuk jawaban soal fisika yang sudah dijelaskan berulang-ulang kalinya. Padahal bagi Davin materi pada bab pertama fisika yang menerangkan tentang persamaan gerak itu tidak sulit cenderung sangat mudah bagi otaknya yang cemerlang.
Masih sama, Alsha menggeleng frustrasi. "Gak ngerti!" kesalnya cemberut membuang buku tulisnya ke bawah meja lalu menurunkan kepalanya ke atas meja, menumpukan dahinya di sana. Susah ah pusing. keluh Alsha putus asa.
Davin menghembuskan napas keras-keras. Ampun deh. Alsha ini otaknya bebel banget, padahal Davin sudah menjelaskan berkali-kali tapi tetap saja tak mengerti juga. Entah apa yang ada dipikiran gadis itu hingga materi segini mudahnya dia tak kunjung mengerti. "Ini omeganya harus di cari dulu, baru lo bisa cari frekuensi kelajuan linear pada titik luar, ulang Davin berusaha sabar. Kalau udah lo hitung berapa sudut yang ditempuh selama sepuluh sekon."
Alsha diam kemudian mendongakkan kepalanya lagi, dia menatap buku yang dipenuhi oleh angka-angka itu dengan serius. Mencerna ulang apa yang baru saja dijelaskan Davin juga mengingat bagaimana tadi Davin mengerjakan dan menjelaskannya.
"Oh Iya! Iya ngerti!" seru Alsha bersemangat lalu dia mengambil kertas polio untuk mengerjakan soal nomor dua yang sudah diajarkan oleh Davin memakai contoh soal lain.
Diam-diam Davin tersenyum miring. Lucu juga Alsha kalau lagi serius begini, wajahnya yang selalu ceria itu kini kelihatan berantakan banget cuma gara-gara soal fisika. Bibirnya mengerucut dengan kening berlipat-lipat. Menarik banget buat Davin perhatiin. Alsha mengangkat kepalanya lagi dia bersorak senang sebab menemukan jawabannya tepat dengan pilihan yang ada di soal kemudian dia beralih lagi ke materi selanjutnya, materi yang sangat tidak dia mengerti; Gerak parabola.
"Aku gak mau belajar yang ini! Lewatin aja!" pekiknya tiba-tiba menutup soal yang bersoalkan materi itu membuat alis Davin terangkat tinggi memperhatikannya aneh. Alsha memanyunkan bibirnya tahu tingkahnya pasti terlihat aneh dimata Davin. "Aku gak ngerti soalnya."
Tuk.
"Makanya belajar," kata Davin memukul punggung tangan Alsha hingga dia bisa melihat soalnya. Davin membaca soal itu baik-baik lalu sekelebat rumus muncul diotak-otaknya secara acak dengan sendirinya otak Davin memisahkan mana rumus yang bisa digunakan untuk menghitung itu dan yang tidak, saat dia berhasil menemukan rumusnya, Davin segera berdeham. "Ini sinnya tiga puluh tujuh dera--"
“--Alsha gak ngerti, Davin!"
Davin mengernyit bingung. "Lo gak hapal sudut istimewa?" tanya Davin skeptis yang langsung diangguki kepala oleh gadis itu, Davin menatap Alsha tercengang. "Yang benar saja sudut istimewa semudah itu dia tidak hapal? Kebangetan! Kalau gitu lo harus hapalin semuanya! Sekarang." tegas Davin kejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Comeonlate
Teen FictionSiapa sangka dikejar-kejar oleh cewek cantik menggemaskan dari London bukanlah ketiban durian runtuh melainkan malapetaka bagi kehidupan seorang Davin. Semenjak kedatangan absurdnya Alsha ke Indonesia membuat Davin harus ekstra berhati-hati tiap kal...