Di tengah kehampaan ini, seseorang hadir dalam hidup Davin. Mengajarkan lelaki itu betapa berharganya kehidupan bila dia sia-siakan hanya karena sebuah luka akan kenangan buruk masa lalunya. Berbagai perasaan yang sebelumnya tidak pernah dia rasakan kini mulai merasuki dirinya secara perlahan, sulit sekali baginya menolak perasaan-perasaan itu untuk masuk karena setiap menitnya perasaan itu akan bertambah besar seiring pikirannya semakin dipenuhi oleh Alsha.
Davin ingin kembali ke Jakarta sekadar bercerita dengan Maya tentang perasaan asing yang muncul dihatinya ini. Apakah baik atau tidak. Tapi Davin yang cemerlang sesungguhnya tidak terlalu bodoh, dia tahu perasaan itu adalah kemajuan psikisnya. Perasaan yang saat ini dirasakanya jelas sekali perasaan kasmaran. Dia sedang dilanda jatuh cinta, jatuh pada gadis yang saat ini sedang ada di depan sepedanya.
Kedua kaki Alsha dengan gesit mengayuh pedal sepeda kencang, menyusuri tiap jalanan setapak di Desa sepi ini pada siang hari. Tawa gadis itu meledak tiap kali mendengar suara teriakan Davin menyuruhnya berhenti di belakang. Sesekali dia menoleh sekadar meledek Davin dari kejauhan.
"AYO DONG KEJAR ALSHA!" teriak gadis itu penuh semangat membelah terpaan angin pada siang hari yang terasa sejuk.
Di belakangnya, Davin mendengus geli dengan kaki yang terus mengayuh pedal sekencang mungkin. Berusaha membalap Alsha yang sayangnya semakin dikejar gadis itu semakin jauh. Padahal keringat sudah membasahi baju Davin setengahnya. Memang terik matahari di Bandung siang ini tak seterik matahari di Jakarta tapikan lelah juga kalau diajak keliling Desa pakai sepeda. Sudah gitu pakai acara balapan segala pula.
Dengan jemari yang sudah menggenggam erat setang pada sepeda. Alsha tersenyum lebar menyambut kibasan angin di wajahnya yang memerah. Rasa tenang menyusup pada relung hati Alsha yang tersembunyi di bawah tekanan rasa sakit. Menerbangkan setiap luka dari hati Alsha yang rapuh. Berharap setelahnya ada hati baru yang siap menyimpan segala kenangan indahnya bersama Davin.
Begitu banyak hal yang Alsha lakukan akhir-akhir ini sejak kedatangannya ke Indonesia. Mengejar lelaki yang sekarang berada di belakangnya adalah garis besar dari hal tersebut. Selama dia berada di sini tak sebersit rasa pun hatinya menyesal telah menyukai Davin sejak dia bertemu dengan lelaki itu. Davin memang terlihat dingin. Davin memang terlihat jauh.
Tetapi Alsha selalu mempercayai apa kata hatinya, bahwa lelaki itu sebetulnya sangat hangat dan dekat padanya. Sikap Davin pun sudah menunjukkan perubahan besar semenjak kemarin-kemarin. Walau tak di sadari Alsha bisa merasakan kalau Davin sudah bisa menerima Alsha dalam kehidupannya.
Meskipun Davin belum mengucapkan kalau dia menerima kehadiran Alsha. Gadis itu sudah cukup senang akan perhatian sedikit Davin padanya. Mungkin perjuangan Alsha belum maksimal sekarang. Dia harus berusaha keras hingga akhirnya berhasil mendapatkan perhatian Davin seutuhnya.
Harapannya pada Davin terlanjur melambung tinggi hingga tak sanggup lagi untuk diraih, walau terkadang Alsha tahu harapan itu bisa saja menyakitkannya tetapi sesakit apapun itu dia berani bertaruh akan menanggungnya demi sebuah cinta. Lebih baik dia jatuh akibat menaruh harapan pada cinta daripada tidak pernah sama sekali merasakan apa itu jatuh cinta.
"Ah, capek!" mendadak Alsha mengerem sepedanya di dekat sawah. Alih-alih menggunakan penyanggah sepeda dia malah menurunkan kedua kakinya sebagai penopang supaya tak jatuh.
Davin berhenti tepat di sebelah Alsha. Napasnya memburu tak beraturan akibat terlalu lelah mengejar Alsha, namun Davin tidak memprotes sama sekali dengan begini hatinya yang selama ini membeku perlahan mulai terkikis terbawa oleh angin. Alsha tertawa girang memandangi bayangan samar gunung yang terlihat dari tempatnya. Lalu gadis itu menoleh pada Davin, tawanya makin tersembur kala melihat wajah Davin yang merah padam. Keringat mengucur darimana-mana. Telunjuk basah Alsha mencolek lengan Davin usil.
"Gak pernah olahraga ya? Segini aja masa udah keringatan."
Davin mendelik keki tapi suaranya yang berat enggan untuk keluar. Diamnya Davin, dianggap iyaan bagi Alsha. Gadis itu tertawa keras semakin mencolek-colek lengan Davin, dia bersiul-siul meledeki Davin yang payah karena baru segitu saja sudah berkeringat berulang kali. Wajahnya yang terkesan jahil lama kelamaan malah kelihatan seperti samsak di mata Davin. Habisan nyebelin parah! Sampai entah ke berapa kalinya gadis itu mencolek Davin, dia menepis colekkan itu kencang membuat keseimbangan tubuh Alsha jadi menghilang.
"Da-Davin!" pekik Alsha panik berusaha menapaki kakinya yang terangkat saking kagetnya menerima tepisan tangan Davin.
Sama halnya dengan Alsha, Davin pun langsung sigap menarik lengan gadis itu kala melihat tubuhnya goyah ke samping kiri. Dia menarik Alsha keras hingga kepala gadis itu berbenturan dengan dadanya yang basah. Debaran kencang pada dada Davin berhasil menghangatkan pipi gadis itu. Davin memeluk Alsha erat. Jantung Davin nyaris melorot ke perut mengetahui bahwa Alsha akan terjatuh ke tanah karena dirinya, membuat hati Davin langsung menjerit untuk memberi pertolongan.Tanpa bisa dicegah lagi tubuhnya pun langsung bergerak di luar kendali.
Sori. sesal Davin datar. Sesungguhnya dia sangat khawatir dan panik setengah mati tapi tak mungkin dia menunjukkan itu semua di depan Alsha. Dia belum menyakinkan hatinya sendiri atas perasaan yang kini hinggap dihatinya itu.Dia memegang kedua pundak Alsha memastikan gadis itu bisa duduk dengan sempurna kembali di jok sepeda matanya yang memancarkan kecemasan tak luput dari perhatian Alsha, dia tersenyum mesem-mesem. "Dav, kamu gak sakit kan, ya?" tanyanya usil yang hanya dibalas kernyitan dahi lelaki itu, Alsha tersenyum menunjuk dada Davin yang berdebar. "Kok degupnya kencang banget ya, Dav?"
Davin mendengus menyentil dahi Alsha pelan lalu memegang setang sepedanya, dia mengangkat kedua kakinya menaruh kembali di atas pedal. Meninggalkan Alsha yang cemberut total kemudian melongok mendapati dirinya di tinggal Davin begitu saja. "DAVIN!" jerit Alsha mengejar Davin di depan, dia mengayuh sepedanya kencang melintasi persawahan menghijau di sisi kanan kiri. "RESEK IH DITINGGALIN!"
Davin melambaikan sebelah tangannya ke udara lelaki itu tertawa keras sambil berteriak kegirangan. Untuk pertama kalinya hati Davin menghangat bahkan sampai ke relung hatinya. Rasanya angin telah menebarkan benih kesejukan di hatinya yang gersang. Memberikan sayap sayap kecil pada waktu agar bergerak sedikit lamban supaya lelaki itu bisa merasakan betapa bahagianya dia ketika bersama Alsha.
"AYO KEJAR GUE, SHA!"
Bersama Alsha, Davin merasakan arti sesungguhnya dari kehidupan yang sebelumnya begitu monoton baginya jalani seorang diri. Dan bersama Davin, Alsha merasakan perasaan yang lebih kuat dari rasa cintanya terdahulu bersama Aglan, sepertinya menyukai Davin memang pilihan yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Comeonlate
Teen FictionSiapa sangka dikejar-kejar oleh cewek cantik menggemaskan dari London bukanlah ketiban durian runtuh melainkan malapetaka bagi kehidupan seorang Davin. Semenjak kedatangan absurdnya Alsha ke Indonesia membuat Davin harus ekstra berhati-hati tiap kal...