Alsha menghela napas memandangi guyuran air hujan membasahi bumi. Dia melirik ke arah jam tangannya, pukul tujuh lewat sepuluh malam. Dalam kondisi perut yang keroncongan setengah mati dan kepala yang sudah pusing karena telat makan, tenaganya hari ini benar-benar terkuras habis.
Dia mengambil duduk di bangku halte melindungi dirinya dari percikan air hujan. Matanya yang biru memperhatikan kapas yang ada di lipatan siku dalamnya, darah baru saja diambilnya di Rumah Sakit untuk memastikan apakah sel kanker itu muncul lagi menggerogoti sel darah merahnya.
Dia mendesah pasrah melempar pandangan seluruhnya menatap jalanan yang dihujani oleh langit. Bagi setiap orang, hujan memiliki makna yang berbeda-beda. Bagi petani, hujan menandakan kesuburan dan kemakmuran. Bagi sebagian orang yang memiliki masa pedih di masa lalu, hujan mengingatkan mereka akan peristiwa kelam yang pernah mereka alami. Bagi dua orang, sejoli hujan membawa suasana romantis yang menghangatkan hubungan asmara mereka.
Dan bagi anak-anak, hujan merupakan saat yang paling di nanti untuk bermain dan bersenang-senang. Sedangkan bagi Alsha, hujan adalah sebuah tangisan dari langit yang tengah bersedih hati. Dia tak begitu menyukai hujan karena rintiknya air mengingatkan Alsha pada kenangannya bersama Aglan di London.
Dia tak begitu suka harus mengingat lelaki itu lagi tapi kenangan datangnya tak bisa diperkirakan apalagi dihentikan dan ditahan. Oleh karena itu setiap kali kenangan indahnya bersama Aglan mulai muncul dipermukaan Alsha segera menutup matanya menepis pikiran itu jauh-jauh.
Keningnya berkerut dalam ketika getaran ponsel di tasnya terasa hingga ke tubuhnya, dia teringat kalau ponsel Davin masih ada padanya. Gadis itu langsung menyambar ponsel Davin melihat nama Lollypop tertera di layar sebagai sang penelfon. Ragu-ragu Alsha mengangkat telfonnya dan langsung disembur oleh ketusan Davin.
“Balikin hape gue! Gila kali lo bisa-bisanya ngambil hape gue.”
Alsha meneguk ludahnya susah payah, dia bingung harus menjawab bagaimana apalagi suara Davin jelas terdengar emosi namun teriakan lelaki itu memutuskan Alsha untuk angkat suara. “Davin... Davin ini aku.” cicit Alsha takut-takut.
Davin membungkam mulutnya di seberang telfon kening lelaki itu mengerut ketika mendengar suara Alsha yang menjawab panggilan telfonnya. Lollypop dan Nathan yang memperhatikan Davin jadi ikut diam menunggu respon Adiknya itu setelah menelfon sang-pencuri-ponselnya. Selang beberapa menit berikutnya ekspresi Davin yang semula keras jadi makin mengeras bahkan tangannya mencengkram erat ponsel Lollypop yang ada di telinganya. Dia berdesis sinis lewat telfon.
“Kasih tahu gue lo ada dimana.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Comeonlate
Teen FictionSiapa sangka dikejar-kejar oleh cewek cantik menggemaskan dari London bukanlah ketiban durian runtuh melainkan malapetaka bagi kehidupan seorang Davin. Semenjak kedatangan absurdnya Alsha ke Indonesia membuat Davin harus ekstra berhati-hati tiap kal...