Ketidak Hadiranmu.

51.7K 3.4K 85
                                    

Hari ini Davin, Lollypop dan Nathan tidak hadir di sekolah. Membuat tanda tanya besar bagi warga sekolah pasalnya ini pertama kalinya mereka bertiga tidak masuk sekolah tanpa keterangan apapun. Alsha yang baru memasuki kelasnya setelah acara pindahan dari laboratorium biologi langsung terduduk dengan tampang wajah bodoh, dia menaruh tasnya di atas meja lalu membukanya dan memperhatikan hoodie Davin yang kemarin dia pakai untuk menghangatkan tubuhnya.

Semalaman Alsha tidak bisa tidur memikirkan mengapa tindakan Davin yang seperti itu sanggup membuatnya sulit bernapas. Bagi Alsha itulah mengapa Davin selama ini selalu dieluk-elukkan banyak perempuan dan banyak yang ingin menjadikan Davin miliknya sebab sikap Davin yang susah ditebak serta kepribadiannya yang misteriuslah yang membuat sosoknya digila-gilai banyak perempuan.

Dan sikap Davin yang kemarin sungguh menciptakan senyuman kebahagiaan itu terbit di wajah Alsha, tidak mengapa pernyataan cintanya kemarin tak dianggap sama sekali dengan Davin yang terpenting Davin mengetahui bahwa dirinya menyukai lelaki itu. Dia mengikuti saran Fanny untuk membuka hatinya bersama orang yang baru, percuma saja Alsha menguncinya hanya karena rasa sakitnya terhadap Aglan.

Toh, setiap orang memiliki sikap yang berbeda. Jangan pernah takut jatuh cinta karena takut disakiti kembali sebab belum tentu cintamu yang sekarang akan menyakiti siapa tahu yang sekarang justru yang akan menyembuhkan.
Oleh karena itu Alsha bersungguh-sungguh telah menjatuhkan hatinya pada Davin. Davin yang berbeda, Davin yang unik tidak akan mungkin menyakiti hatinya seperti Aglan. Mungkin, Davin akan menyakitinya dengan cara lain tapi apapun itu Alsha percaya meskipun lelaki itu dingin dan kasar hingga mampu membuat hatinya sakit dia tidak akan mungkin sampai mengkhianati Alsha. Sungguh Alsha mempercayai Davin segenap jiwa.

Lamunan gadis itu buyar saat mendengar suara Anta dan Raya ribut di luar kelas, mereka seperti berdiskusi dengan seseorang di luar kelas tapi suara mereka yang keras membuat Alsha dapat mendengarnya samar-samar. Dia beranjak dari duduknya melangkah pelan kearah pintu, dia mengintip sedikit dari balik daun pintu terlihat Keenan berdiri di sana sambil berbisik pada keduanya seraya membungkukan tubuh seakan pembicaraan ketiganya sangatlah rahasia.

Merasa ada yang memperhatikan Keenan melirik tepat ke dalam kelas seorang gadis berambut pirang muncul dari balik daun pintu sambil melengkungkan senyuman ramahnya.
Keenan berdeham menyudahi pembicaraan seriusnya bersama Raya dan Anta. Dia tersenyum menyambut Alsha. "Hai, Sha." sapanya ramah.

Alsha melangkah maju mendekat kearah mereka, begitu sampai Alsha langsung mengerutkan keningnya penasaran. "Kalian lagi ngomongin apa sih kok kelihatannya serius gitu? Terus juga kencang banget deh sampai kedengaran dari dalam."

Keenan, Raya dan Anta saling melempar lirikkan memberi isyarat siapa yang akan menjelaskannya pada Alsha tentang apa yang mereka bicarakan tadi. Tidak mungkin mereka bercerita pada Alsha bahwa kondisi Davin saat ini tengah jatuh sakit dan dirawat di Rumah Sakit, karena Nathan sempat bilang tadi di telepon untuk tidak memberitahu siapapun kalau Davin dirawat.

Raya berdeham pelan dia merangkul bahu Alsha lembut. "Oh itu tadi aku sama Anta lagi nanya ulangan fisika susah apa enggak ke Keenan besok kan kita ulangan tuh tapi dia gak mau kasih tahu ya sudah sama Anta dijitak deh eh Keenan malah balas ngejitak Jadi, ya gitu deh heheheh Kamu bisa bayangin sendirikan gimana?" tanya Raya salah tingkah dia menggaruk kepalanya bingung harus mengatakan apalagi sewaktu Alsha menaikkan alisnya curiga, terpaksa Raya memukul lengan Anta dan Keenan meminta bantuan kedua lelaki itu menyakinkan Alsha. "Iya kan, Nan, Nta?" mata Raya melotot pada keduanya yang langsung ditanggapi anggukkan kepala.

Alsha terkekeh menganggukkan kepalanya mengerti. Dia tersenyum pada Keenan lembut matanya yang berwarna biru sangat meneduhkan hati siapapun itu yang melihatnya. "Davin kenapa gak masuk hari ini, Nan? Lollypop dan Kak Nata juga."

"Enggak tahu," balas Keenan cepat selang beberapa detik berikutnya dia berdeham membenarkan ucapannya pada Alsha. "Maksudnya aku enggak tahu mereka kemana gak biasa-biasanya mereka gini. Reza juga gak tahu." jelasnya.

Walau perasaan Alsha mengatakan ada yang aneh dan terlihat seperti ada sesuatu yang disembunyikan darinya gadis itu tetap memberikan senyuman terbaiknya untuk Keenan. Mungkin Davin tidak masuk sekolah karena malas bertemu dengannya gara-gara kejadian kemarin atau mungkin juga Davin sakit sehabis menyelamkan diri menolong Alsha. Manapun itu yang benar Alsha tidak bisa menebaknya lebih banyak lagi.

"Omong-omong Sha pagi ini aku dengar katanya kemarin kamu terima tantangan Jenny buat berenang sambil nahan napas ya? Lalu Davin dating nolongin kamu dan langsung mengomeli Jenny?" cecarnya menaikkan sebelah alis berusaha mengalihkan pembicaraan. Dia penasaran apakah gosip itu benar atau tidak karena beritanya menyebar cepat ketika dia memasuki kelas.

Alsha tersenyum lemah. "Ya seperti yang kamu dengar," jawab Alsha sekenanya, dia menatap Keenan dalam hatinya masih tak bisa tenang kalau tidak mengetahui keadaan Davin pasti Keenan tahu walau hanya sedikit informasi. "Kamu serius gak tahu kenapa Davin gak masuk?"

Keenan menerima sinyal kekhawatiran dari radar yang Alsha berikan padanya. Dia membuang pandangan menatap ke gedung sebelah, memikirkan adakah cara lain supaya gadis itu mau mengalihkan topik atau bagaimana caranya agar dia bisa kabur masuk ke kelasnya supaya tidak menjawab apapun dari segala pertanyaan Alsha. Di kelas Keenan bisa bungkam tapi di depan Alsha yang memasang wajah super lusuh itu jelas Keenan tidak bisa menyembunyikan rahasia itu. Dengan jelas dia melihat bahwa Alsha sangat mengkhawatirkan Davin.

Sejenak Keenan menangkap pasangan suami istri yang baru saja masuk ke dalam ruang kepala sekolah seberang gedung tempatnya berdiri. Dia pikir mungkin saja dia hanya salah lihat tapi beberapa kali matanya mengerjap-ngerjap Keenan tahu betul siapa mereka. Orang tua Davin. Alarm dalam tubuh Keenan bereaksi cepat memberinya peringatan keras. Segera Keenan menegakkan tubuhnya lalu berucap tegas.

"Aku kabarin kalau udah dapat informasinya."

Keenan bersandar pada kap mobil mewah milik Bian. Menunggu sang empunya mobil keluar dari gedung sekolahan. Tangannya memutar ponsel yang sejak tadi dia mainkan dalam waktunya menunggu Bian. Tidak salah lagi kedatangan kedua orang tua Davin pasti berhubungan erat dengan sakit yang saat ini dialami Davin, Nathan hanya memberitahunya kalau lelaki itu terkena tipus tapi jauh dari yang bisa Nathan mengerti Keenan memahami ada yang tak beres.

“Loh, Nan? Kamu gak belajar? tanya Bian begitu sampai diparkiran terkejut melihat sahabat baik anak lelaki keduanya itu ada di depan mobil.

Keenan langsung menegakkan tubuhnya, menghela napas lega karena akhirnya Bian dan Caramel keluar juga setelah sekian lamanya menunggu di luar. Terpanggang oleh teriknya sinar matahari. "Siang Tante... Om.” Keenan mencium punggung tangan kedua orang tua Davin penuh sopan santun.
Caramel melemparkan senyuman hangatnya. Matanya yang sembab tak luput dari perhatian seorang Keenan. Dia tahu pasti ada suatu hal terjadi pada Davin.

“Siang, Keenan. Kamu ngapain disini? Memang tidak ada guru?"

Keenan tersenyum sopan. "Tan, aku langsung aja mau nanya."

Walau yakin apa yang ingin di bicarakan Keenan adalah masalah Davin. Caramel tetap menyahuti. "Apa?"

“Davin gak masuk hari ini pasti ada sesuatu yang terjadi 'kan, Tante?

ComeonlateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang