Meskipun Alsha bingung mengapa Lollypop bisa ada di Rumah Sakit tak urung gadis itu menyetop taksi untuk mengantarnya ke Rumah Sakit tersebut kebetulan sekalian saja dia bertemu dengan Dokter Frans nanti.
Tadi, Alsha pun akhirnya kembali pulang ke rumah. Setelah mengobati Edgar, Alsha memilih untuk bolos daripada terkena hukuman. Malas soalnya, hukumannya disuruh sikatin toilet sampai kinclong. Kan, tidak banget. Mending di rumah tiduran.
Sesampainya di Rumah Sakit, Alsha langsung disambut oleh tarikan tangannya mengarah ke taman Rumah Sakit sebelum ke ruangan Davin. Lollypop mengajaknya duduk di hadapan sungai buatan lalu menyuruh Alsha menceritakan apa yang terjadi. Setelah menceritakan semuanya Lollypop lantas berdiri heboh mengecek tubuh Alsha barangkali ada yang lecet namun ternyata tidak ada. Temannya itu dalam keadaan super baik-baik saja. Setelah yakin Alsha tidak mengalami luka sedikit pun Lollypop memberanikan diri memboyong Alsha ke rumah sakit sebab gadis itu terus menanyakan kenapa Lollypop bisa ada di sini.
Saat ini hal pertama yang bisa Alsha lakukan hanya bengong di depan pintu kamar inap. Melihat Davin yang sekarang terlelap damai. Wajah lelaki itu tampak tenang di saat tidur, seperti bayi mungil yang baru lahir ke dunia. Sangat menggemaskan. Berbeda di sebelahnya Lollypop bernapas lega. Paling tidak Alsha tak harus melihat bagaimana kondisi asli Davin saat ini.
"Sha, masuk dong. Ngapain di situ?" ajak Lollypop menarik tangan Alsha untuk masuk. Selain itu dia pun juga lega tahu kalau Alsha ternyata tidak mengalami luka karena menolong Edgar tadi.
Alsha menyengir lebar dia menggeret kursi lipat hitam ke samping tempat tidur Davin. Menumpukan dagunya kepada kedua telapak tangan. Memperhatikan Davin yang pucat pasi dengan selang masih terpasang disekujur tubuh, spontan kening Alsha mengernyit bingung walau tertutupi selimut jelas dia bisa melihatnya.
"Davin kenapa dipakaikan selang, Lols?" tanyanya heran.
Lollypop meneguk ludahnya susah payah. Dia membuang pandangan enggan menatap Alsha. "Oh, itu karena semalam dia sempat melemah kondisinya. Makanya dipakaikan selang."
Bukan. Bukan itu jawaban yang ingin Alsha dengar dari Lollypop. Alsha jelas tahu kalau Lollypop tidak sepenuhnya jujur. Sebagai seseorang yang pernah mengalami penyakit mematikan Alsha tentu saja hapal mengapa pasien di Rumah Sakit menggunakan selang di area dadanya. Dan untuk urusan Davin dia tidak mengerti mengapa semua orang seakan-akan menyembunyikan semuanya dari Alsha. Namun Alsha dapat memahami kalau dia orang baru di ke kehidupan semuanya, tidak mungkin kan dia langsung diberi kepercayaan untuk memegang sebuah rahasia?
Ketika matanya sedang meliar memperhatikan bagian tubuh Davin yang lain dia terkejut mendapati perban mengelilingi pergelangan tangan kiri Davin. Perban yang terlihat masih baru itu mengguncang tubuh Alsha, serentak dia bangkit dari duduknya lalu mengambil tangan Davin panik.
"Lolly, tangan Davin kenapa?" cemasnya tidak keruan.
Lollypop mengedipkan matanya cepat. Dia lupa untuk menutupi tangan Davin yang terluka supaya tidak ketahuan oleh Alsha. "Oh, itu kena pecahan gelas."
"Pecahan gelas?"
"Iya," Lollypop mengangguk ragu. "Dia gak sengaja mecahin gelas dan pas mau ngambil, pecahannya ngenain tangan dia."
Alsha bersikeras menggeleng. Masa sih kena pecahan kaca sewaktu mau mengambilnya sampai terkena pergelangan tangan? Nyaris urat nadi begini malah. Alsha tahu Davin tidak mungkin seceroboh itu. "Lols, kok bisa sampai gini? Nyaris kena urat nadi loh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Comeonlate
Teen FictionSiapa sangka dikejar-kejar oleh cewek cantik menggemaskan dari London bukanlah ketiban durian runtuh melainkan malapetaka bagi kehidupan seorang Davin. Semenjak kedatangan absurdnya Alsha ke Indonesia membuat Davin harus ekstra berhati-hati tiap kal...