Catatan Kecil Untukmu, Bodoh.

58.8K 3.1K 91
                                    

Davin mengerjapkan matanya, cahaya pada terangnya lampu di atas ranjangnya membuat mata lelaki itu sedikit menyipit. Dia mengerutkan kening merasakan ada beban berat di lengan kanannya. Sedikit menggeser tubuh dia melihat seorang gadis berambut pirang tertidur didekatnya dengan kepala yang bersandar pada lengan. Kekosongan dihatinya perlana-lahan mulai menghilang digantikan dengan rasa lega bisa melihat gadis itu lagi kini ada didekatnya.

Tapi buru-buru Davin menepisnya. Tidak, dia belum siap untuk seperti ini. Davin menggoyangkan lengannya bermaksud membangunkan Alsha namun sepuluh menit sudah berlalu gadis itu tak kunjung membuka mata. Davin mendesah berat menatap sekeliling ruangannya yang sepi. Hanya mereka berdua yang ada di sana.

Ketika tangan kanannya terangkat berupaya menarik paksa agar Alsha bangun, tanpa sengaja dia menyenggol sebuah benda berentuk persegi panjang mini. Dia melihat ke bawah punggung tangannya dan mendapati buku kecil berwarna cokelat kalem itu ada di sana. Mengerutkan kening penasaran Davin mengambilnya pelan-pelan lalu membukanya dengan tangan kiri yang masih terasa perih.

Alshary Itzel Avyanna.

Davin tersenyum tipis begitu membaca tulisan tangan Alsha di depan buku itu. Dia membalikkan lembarnya ke halaman pertama lalu membalikkannya ke lembar selanjutnya namun buku itu masih kosong dan tampak belum tercoret sama sekali. Davin memutuskan membuka lembar pertama tadi dan membaca sebuah tulisan singkat tercoret di sana.

Aku baru beli buku diary. Yang kemarin aku tinggalkan di London sekarang aku mau nulis lagi... Enaknya halaman pertama aku menceritakan apa ya?

Davin jadi teringat setiap seminggu sekali dia harus memeriksakan diri ke Rumah Sakit untuk bertemu dengan Maya Psikiaternya itu. Setiap kali dia berkunjung Maya akan memberikan satu kertas HVS dan menyuruh Davin menuliskan perasaannya selama seminggu penuh. Demi melihat perkembangan psikisnya selama ini tapi yang ditulis Davin tidak pernah berubah. Dia hanya mengurutkan kegiatannya dari pagi hingga kembali pagi dari senin sampai minggu, begitu seterusnya sampai membuat Maya kelimpungan mengobati psikisnya yang tak ada kemajuan.

Namun kemarin sungguh perubahan yang mengagumkan. Davin bisa menuliskan banyak tentang perasaannya yang bercampur aduk saat kedatangan Alsha di sekitarnya. Awalnya dia segan untuk mencurahkan seluruhnya tapi setelah dibujuk oleh Maya dan Ibunya Davin pun menurut untuk menuliskannya. Maya berkata kalau Davin sulit mengungkapkan cukup disiratkan lewat tulisan. Kadang ucapan akan jauh lebih bermakna jika disampaikan lewat aksara.

Maka dari itu ketika matanya menangkap sebuah pulpen kecil di tengah-tengah buku itu dia mengambilnya dan menggoreskan tulisan acak-acakan karena kesusahannya menulis dalam keadaan tangan terbebani kepala Alsha. Dia tersenyum menuliskan kata-kata itu di halaman pertama pada lembar buku itu.

Meredamkan api bukan dengan cara disiram air. Tapi beri semburan air padasumbernya supaya cepat meredam. Paham maksud gue kan?

-D.

ComeonlateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang