Ajakan Tidak Terduga.

34.2K 2.2K 30
                                    

Davin menelusuri koridor sekolah santai. Bel tanda berakhirnya pelajaran di sekolah sudah dibunyikan sejak beberapa menit yang lalu, koridor tampak lenggang meskipun masih ada suara berisik di sekitaran kelas. Lelaki itu meraih ponselnya di saku celana lalu membuka aplikasi games di sana. Kebiasaannya kalau jalan sendirian tanpa Keenan dia akan memainkan ponselnya sampai ke parkiran. Dengan cekatan Davin bisa mengalahkan lawannya dalam sekali pertandingan. Lelaki itu berteriak pelan, menggumamkan kata copo diiringi kekehan kecil.

"Pokoknya besok Ibu gak mau tahu kamu harus remedial," suara Bu Cintya yang lantang terdengar kesal dari arah ruang guru. "Eh, jangan. Ibu kasih soal saja karena besok libur tiga hari. Mana buku LKSmu? Sini biar Ibu berikan tugas dari sana saja."

Melewati ruang guru. Davin lantas saja berhenti di dekat jendela yang terbuka. Dari sini Davin bisa melihat ada seorang murid perempuan berdiri di depan guru fisika yang terkenal jahanam banget itu. Tampang sang guru memerah sembari tangannya sibuk menunjuk-nunjukkan lembar jawaban yang kosong melompong lalu meletakkannya di atas meja dan menodong gadis berambut pirang itu sambil melotot.

Alsha mendesah pasrah. Dia lupa kalau soalnya tadi ada yang diketahui menggunakan rumus sin, cos dan tan. Padahal rumus yang diberikan Davin sudah sangat lengkap. Bisa saja dia mendapatkan nilai sempurna jika otaknya yang keras tidak lupa berapa sudut istimewa pada sin, cos dan tan. Karena itulah Alsha hanya menuliskan rumusnya saja tanpa jawabannya sama sekali.

Dia mengeluarkan buku tipis dengan tulisan lembar kerja siswa pada Bu Cintya dengan berat hati. "Jangan banyak-banyak ya, Bu." mohon Alsha memelas.

"Enak saja. Karena kamu mendapatkan nilai paling rendah maka remedialmu harus bikin kamu jera. Riki dan Rio saja berhasil dapat KKM masa kamu kalah sama mereka yang begitu?"

Alsha cemberut tidak lagi bisa membantah. Saat Bu Cintya tengah asik mencari soal yang tepat untuknya Davin memilih masuk ke dalam ruang guru. Suaranya yang berat ketika mengucapkan salam sanggup mengalihkan perhatian Bu Cintya sejenak dari buku di hadapannya. Dia tersenyum ramah pada Davin menanyakan apa maksud lelaki itu mendatanginya, Davin menyampaikan maksudnya tersebut kemudian Bu Cintya menganggukkan kepalanya paham.

"Ibu nggak bisa kalau sekarang karena harus segera pulang. Kalau saat pelajaran Ibu saja gimana? Kamu mau?" tawar Bu Cintya baik hati.

Davin mengangguk seraya tersenyum tipis. Tipis sekali hingga tak terlihat. "Yang terpenting saya ulangan." tegasnya.

Davin tak mau banyak protes. Lelaki itu hanya mengangguk lalu beralih menatap Alsha yang manyun. Bibir Davin mengulas senyum geli lalu dia berpamitan pada Bu Cintya untuk segera pulang. Sepeninggal Davin, Alsha mendongakkan kepalanya memandang Bu Cintya memelas guru itu kini sudah menandai LKS Alsha dan mengembalikannya ke gadis itu. Mata Alsha yang memelas berubah jadi membelo saat tahu tugas yang diberikan Bu Cintya ada lima puluh soal. Baru saja Alsha ingin melayangkan protesan ketika Bu Cintya mengancamnya akan menambahkan jadi seratus Alsha menelan kata-katanya kembali. Terpaksa dengan berat hati dia pun memasukkan LKSnya lagi dan pamit untuk keluar.

Alsha berjalan gontai memikirkan nasibnya selama liburan tiga hari itu. Bagaimana dia bisa bersenang-senang kalau dikasih tugas sebanyak itu? Parahnya lagi Alsha tidak tahu apa jawabannya. Ingin meminta tolong Lollypop dan Raya pun rasanya percuma, mereka tidak akan mengerti. Ingin meminta tolong Lea atau Nathan sama saja menenggelamkannya ke samudera atlantika sebab mereka anak IPS. Satu-satunya orang yang bisa menolong Alsha hanyalah; Davin. Namun bagaimana caranya kalau lelaki itu sendiri sangatlah dingin terhadapnya?

"Ekhem."

Deheman keras membuat langkah gontai Alsha tersendat. Dia memutar kepalanya mendapati Davin bersandar pada pilar depan ruang guru, senyuman lebar Alsha terbit di wajah lusuhnya. "Davin!"

Lelaki itu menegakkan tubuhnya saat Alsha berlari kecil kearahnya, dia menatap Alsha dalam. "Butuh bantuan buat ngerjain soal selama liburan?" tawar Davin terdengar pelan dan lembut.

Alsha meremas jemarinya yang bertaut penuh oleh rasa gemas, dia tertawa bahagia dengan wajah yang memerah lalu mengangguk kepalanya berkali-kali tak bisa menyembunyikan kegirangannya saat ini. "Mau! Mau banget!" serunya berbinar-binar senang. Dewi fortuna sedang berpihak padanya saat ini.

ComeonlateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang