Selamat membaca!!!
Jangan lupa vote and commentIni adalah hari kedua gue berangkat ke sekolah tanpa ojek khusus, mereka adalah papa gue tercinta dan Anjays.
Btw gue panggil Anjas dengan sebutan Anjays(anjay Anjas). Nama panggilan itu gue buat saat si Anjas suka buat gue bete berkubik-kubik, ya jadilah si Anjays.
Seperti keadaan saat ini, Anjas bersama teman se-geng nya sedang ricuh saling ejek nama orang tua nya, meski emang bukan nama sebenarnya yang disebut.
Tapi masih zaman kah? Tapi itu memang benar faktanya
"Piit;"
"Semen holcim;"
"Emon;"
"Woii bisa diam gak sih? Sumpek nih telinga gue," ucap Rani mulai menunjukkan amarahnya.
Tetapi ucapan Rani tidak dihiraukan, mereka malah tetap melanjutkan aktivitas unfaedah nya itu.
"Bagus," ucap Putra sengaja menyindir Mulqi.
"Dasar lo, sariwati roti sariwati," balas Mulqi dengan nada bernyanyi.
"Hahaha bapak nya Mulqi nama nya Agus, dijadiin bagus, lucu lo," ucap Bimbim tergelak.
"Emang gue lucu, tapi lebih dominan ke ganteng," balas Putra dengan PD nya.
"Najis," ucap Mulqi.
"Daripada haram," balas Putra.
"Sama-sama dilarang itu," ucap Bimbim menengahi.
"Ayo lah kita sholat dulu, ntar habis waktu istirahatnya!" ajak Anjas.
"Nanti cekcok nya dilanjutin," lanjut Anjas dengan tawa cekikikan.
"Anjir," ucap Mulqi langsung melenggang pergi bersama teman yang lainnya.
"Eh pril, lo tumben hari ini gak kesiangan?" Tanya Rahma.
"Lo diantar lagi sama Anjas ya?" Tebak Putri.
"Ngaco, gue diantar sama tetangga yang suka ngangkut barang, kebetulan tadi lewat, jadi yaudah gue nebeng aja," ucap gue memberi penjelasan.
"Oh, kirain;"
🐼🐼🐼
Bel tanda pulang akhirnya berdering sangat nyaring. Sontak membuat semua murid berhamburan keluar kelas untuk meninggalkan sekolah yang menjadi rumah keduanya.
Niat pertama gue buat pulang lebih awal jadi diurungkan karena melihat banyaknya antrian di sekitar gerbang sekolah.
Tapi yang bikin gue heran, kenapa di kelas ini cuma ada Anjas dan gue? Perasaan tadi anak-anak yang lainnya masih komplit.
Greget rasanya gue pengen nyapa Anjas, tapi gue juga gak punya keberanian lebih buat sekedar menyapa dia.
Tapi dengan rasa greget dan keringat dingin, akhirnya gue memutuskan untuk menyapa Anjas.
"Jas;"
"Pril;"
"Ck kayak drama di televisi gitu deh suka ngomong barengan," gerutu gue tapi kayaknya masih terdengar Anjas.
"Lo nya aja yang ngasih kode ke gue," sahut Anjas tak mau mengalah.
"Kode pos iya," balas gue seadanya.
"Oh ya, tumben lo belum pulang?" Tanya gue.
"Bukan urusan lo," jawab Anjas sibuk dengan ponselnya.
"Idih jutek amat," balas gue menaikkan sebelah bibir gue ke atas, pertanda tidak suka.
"Untung yang jutek si amat," ucap Anjas dengan muka yang tidak ada niatan untuk bercanda.
"Coba lagi," balas gue merasa tidak terhibur.
"Yaudah gue keluar duluan ya," ucap Anjas mengangkat bokongnya dan melangkah pergi.
"Eh tunggu! Mau kemana?" Tanya gue menghentikan langkahnya.
"Gue mau kumpulan repal dulu," jawab Anjas.
"Gue ikut!" Ucap gue menyusul langkah Anjas.
Langkah jalan Anjas kayak orang yang kebelet kencing, cepet banget. Gue juga tertinggal beberapa langkah, tapi gue gak putus asa buat ngejar langkah Anjas supaya bisa sejajar dengannya.
"Waktu perkumpulan pertama saat itu gimana rasanya?" Tanya gue memecahkan keheningan.
Serem banget sih muka Anjas, gak ada manis-manisnya kek muka gue, batin gue menahan tawa.
"Jawab dong Anjas pertanyaan gue," kesal gue dengan mengguncang lengan Anjas.
Namun perkataan gue tak digubris sama sekali, malahan gue dikasih tatapan mautnya, kan serem. Jadi lebih kayak setan berwajah cogan, hehe.
"Untuk pertemuan kali ini, kita kumpul dilapangan langsung, dan bersiap-siap untuk melakukan lari 5 putaran keliling lapangan!" Pengumuman dari arah sumber suara sekolah, sehingga terdengar ke seluruh penjuru ruangan.
"Lebih baik lo pulang!" Perintah Anjas dengan kata-kata yang penuh penekanan.
"Kalo gak mau gimana?" Tanya gue bersikukuh.
"Gue bakal bully lo," ucap Anjas dengan menunjuk ke arah jidat gue.
"Lo serem ih mirip setan," balas gue apa adanya.
Tapi Anjas pergi begitu aja ninggalin gue.
🐼🐼🐼
"Sebelum melakukan lari, mari kita lakukan pemanasan terlebih dahulu!" Perintah dari seorang cowok berperawakan tinggi, memiliki kulit sawo matang dan lesung pipi di sebelah kanan.
"Kamu! Kenapa gak pakai seragam olahraga repal?" Tanya cowok yang lebih seperti kakak kelas itu menunjuk ke arah gue.
"Ke gue kak?" Jawab gue membalikkan pertanyaan.
"Iya;"
"Gue baru pertama kali kumpul di ekskul ini kak, jadi gak tau apa-apa," ucap gue memberi penjelasan.
"Ohh kalo gitu, kamu memisahkan diri aja dipinggir lapangan, biar nanti gue data," balas cowok berlesung pipi itu.
"Dan yang lainnya silahkan untuk melakukan lari dalam waktu 10 menit!" Perintah cowok berlesung pipi kepada seluruh anggota yang lainnya.
"Oh ya, nama kamu siapa?" Lanjut cowok itu.
"Nama gue April Nurinjani, kelas 10 MIPA 1, alasan gue ikut repal karena ingin merasakan dan mengenal ciptaan tuhan lebih dekat," jawab gue berlebihan.
"Gue cuma tanya nama lo doang kali, tapi gak masalah sih emang bener itu yang mau gue tanyakan," ucap cowok itu sembari tersenyum memperlihatkan lesung pipi nya.
"Perkenalkan nama gue Ropikul Akmal, kelas 11 IPS 1," ucap kak Ropikul memperkenalkan dirinya sendiri.
Tuh kan bener kakak kelas, batin gue merasa benar.
"Oh iya, salam kenal," balas gue dengan ramah.
Makasih yang udah baca cerita iniii
Jangan lupa vote and comment ya!!!Salam cinta
Nuriaprilia23
KAMU SEDANG MEMBACA
Sengklek Boy
Humor[COMPLETED] *Belum direvisi Cover by @Khonguel Highs rank #1 (23-12-2018) in sengklek [ROMANCE IN HUMOR] Gimana sih rasanya kalo jadi cewek takut sama cowok? Ya kali dia bakal jomblo seumur hidup:v Tapi, ada suatu keajaiban yang membuat gue merasa n...