Selamat membaca!!!
Jangan lupa vote and commentSaat kemarin tahu kalau Anjas mengantar jemput Mei, gue jadi enggan berbicara lagi dengan Anjas. Ada rasa canggung. Lagi pula, hari ini pun Anjas enggak mengajakku bicara meskipun hanya sekadar menyapa.
Kelihatannya Anjas terlalu sibuk mengurusi urusan Mei hingga dia melupakan gue. Apa gue sudah dianggap tidak penting lagi? Lalu, mau dibawa ke mana hati gue jika sudah terpikat olehnya?
Sejauh ini, gue hanya merasa nyaman saat berada di dekat Anjas. Mungkin, sedikit menyukainya. Belum atau bahkan tidak mencintainya. Gue takut jatuh yang sedalam-dalamnya saat sakit hati. Dari pada hal itu sampai terjadi, lebih baik gue tidak memulai atau mencoba untuk jatuh cinta.
"April!" teguran itu mengagetkan gue.
"Jangan bengong aja dong! Gue punya berita bagus loh," ucap Putri dengan wajah yang berbinar-binar.
"Apa?"
"Ghifar deket lagi sama gue!" teriak Putri heboh.
"Kata Ghifar, dia merasa bersalah karena udah mengabaikan gue demi si adik kelas itu," terang Putri kegirangan.
Gue tersenyum melihat Putri yang sudah ceria kembali seperti dulu lagi.
"Baguslah kalau begitu," ujar gue.
"Cie ... yang PDKT-an lagi," ledek Rahma.
"Bau-bau jadian nih!" ucap Fathin setengah menyindir.
"Apaan sih, baru juga deket lagi," elak Putri tersipu malu.
Hari ini jam pelajaran ketiga dan keempat kosong. Guru mata pelajaran yang bersangkutan sedang mengikuti rapat tentang kurikulum baru bersama guru yang lainnya. Bukan hal aneh lagi jika semua murid bersorak-sorai kemenangan. Padahal, gue sedikit kecewa karena melewati pelajaran yang gue suka; Bahasa Jerman.
"Oh, iya gue lupa ngasih tau kalian!" pekik Putri.
"Sore nanti gue bakalan ada pertandingan basket lawan SMA sebelah. Kalian nonton gue, ya?" ucap Putri sambil memasang wajah penuh iba.
"Tandingnya juga di sana?" tanya Fathin.
"Enggak. Di stadion tempat biasa gue latihan," jawab Putri.
"Ah, itu."
"Kalau gue sih, oke aja selagi ada yang ngangkut gue ke sana," ucap Rahma sambil cengengesan.
"Lagi pula kalau ngajak Bramasta pasti akan ditolak, males!" imbuh Rahma lagi.
"Iya, tenang aja. Lo 'kan bareng gue," ujar Putri.
"Hari ini gue enggak bawa motor. Gue naik apa coba?" keluh Fathin.
Putri menjentikkan jarinya di depan wajah Fathin.
"Lo ajak Firdaus aja, gimana?"
"That's right!"
Fathin berlari menghampiri Firdaus yang sedang tiduran di bangkunya.
"Permisi!" bisik Fathin halus, takut mengagetkan Firdaus.
Merasa tidak mendapat sahutan, Fathin mengadu ke kita untuk meminta pertolongan. Tapi kita malah cekikikan sambil berusaha menyemangatinya dari jauh.
"Firdaus," ucap Fathin. Kali ini suaranya cukup keras tapi tetap tidak mampu membuat Firdaus membukakan matanya.
"Sayang!" panggil Fathin lagi dengan nada yang dimanja-manjakan.
Entah itu aneh atau kebetulan, Firdaus menegapkan badannya. Matanya terbuka, dan memberikan senyuman kepada Fathin.
"Mau apa?" tanya Firdaus. Masih dengan mempertahankan senyumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sengklek Boy
Humor[COMPLETED] *Belum direvisi Cover by @Khonguel Highs rank #1 (23-12-2018) in sengklek [ROMANCE IN HUMOR] Gimana sih rasanya kalo jadi cewek takut sama cowok? Ya kali dia bakal jomblo seumur hidup:v Tapi, ada suatu keajaiban yang membuat gue merasa n...