17-sepatu

1.3K 102 0
                                    

Selamat membaca!!!
Jangan lupa vote and comment

Akhirnya perjuangan gue terbayarkan setelah mati-matian menahan rasa malu karena membersihkan sampah  dan rerumputan dipinggir jalan.

"Arrgh badan gue jadi bau asem, baju seragam gue juga agak kotor,"  Omel Fathin.

"Itu gara-gara lo tau gak! Coba aja tadi gak lebay nangisin kotoran hewan yang gak berdusta itu," ucap gue sebel.

"Lah kok nyalahin gue sih? Gue gak salah yang salah itu kotorannya," balasnya gak mau disalahkan.

"Oke, ayo berantem!" Ucap gue dengan ancang kuda-kuda.

"Ayo!" Balas Fathin bersiap juga.

Satu, dua, tiga.

"Hiaa,"

"Ciaa,"

Pukk.

Gue dan Fathin berpelukan seperti teletubis. Kita berdua sedang berada didalam toilet cewek, sengaja nggak masuk dulu ke kelas karena ingin membersihkan bau amis yang menempel dibaju. Sampai terdengar suara yang membuat gue dan Fathin langsung melepas pelukan itu.

"Jangan pelukan di toilet woi!" Teguran dari seorang cewek yang gak gue kenal.

"Jangan-jangan kalian lesbian ya!" Tuduh cewek yang ada disampingnya.

"Nggak kok, maaf kita harus ke kelas," ucap Fathin melangkahkan kaki meninggalkan toilet sembari memegang tangan gue.

"Tunggu!" Ucap salah satu cewek itu.

Gue dan Fathin berhenti melangkah.

"Kenalin, nama gue Mei Merynding!"

Sontak gue dan Fathin tertawa pelan.

"Kenapa cekikikan?" Tanyanya.

"Namanya lucu aja," jawab Fathin.

"Iyalah, sesuai dengan orangnya," ucapnya bangga.

"Nama lo siapa?" Tanya Mei menunjuk ke arah gue.

"April Nurinjani," jawab gue.

"Salam hangat," ucap Mei sambil mengarahkan tangannya untuk salam-an.

"Iya," ucap gue membalas jabatan tangannya.

Namun, sepertinya genggaman tangan itu bukanlah sebuah kehangatan yang gue rasakan, melainkan genggaman kuat yang membuat gue merintih kesakitan.

"Aw!" Ucap gue mengeluarkan suara yang ditahan sedari tadi.

"Eh, sorry," balasnya tak berdosa.

"Oke, kita boleh ke kelas kan?" Tanya gue.

"Iya, silahkan!" Ucapnya memperbolehkan.

"Lo gak apa-apakan Pril?" Tanya Fathin.

"Nggak kok," jawab gue.

Sengklek BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang