prolog

18.6K 802 76
                                    

love knows no obstacles. Love passes obstacles, jumps over the fence barriers, and pierces the wall to reach the hopeful destination.

***

Olivia, menatap laki-laki tampan yang tengah tersenyum kepadanya itu dengan seksama. Ternyata hatinya masih sama. Masih menjadi milik laki-laki bermata coklat, Jonathan Peter Dickson. Walaupun hampir bertahun- tahun menyukai Jonathan dalam diam, namun sedikit pun tidak merubah perasaan Olivia.

Sampai saat ini, cintanya masih tetap menjadi cinta terpendam dan bertepuk sebelah tangan. Bahkan sedikitpun Jonathan tidak pernah mengetahui kalau Olivia menyukai dirinya. Di mata Jonathan, Olivia adalah seorang sahabat yang baik tidak lebih dari itu. Kesempurnaan fisik yang dimiliki Olivia, ternyata bukan suatu hal yang bisa menjamin Olivia akan menerima perasaan yang sama dari Jonathan.

Olivia menyukai Jonathan semenjak mereka duduk di Senior High School. Laki-laki itu adalah seniornya waktu di sekolah dan kuliah di fakultas kedokteran Oxford. Wajah yang sangat tampan, pintar, low profile, easy going dan ramah adalah ciri yang paling menonjol dari diri Jonathan.

Olivia bahkan rela belajar mati- matian belajar untuk bisa masuk di universitas yang sama 'Oxford University'. Tujuannya agar selalu bisa berdekatan dengan Jonathan ataupun sekedar melihat laki-laki itu dari kejauhan .

Olivia memang dari dulu bercita-cita sebagai seorang dokter. Alangkah bahagianya ketika ia mengetahui, ternyata Jonathan juga mempunyai cita-cita yang sama seperti dirinya.

Mimpi terbesar Olivia adalah mempunyai sebuah keluarga kecil yang bahagia bersama Jonathan serta memiliki rumah sakit gratis untuk pasien penderita kanker.

"Bagaimana kuliahmu Olivia?"
sapaan Jonathan membangunkan Olivia dari lamunannya.

Beberapa waktu yang lalu laki- laki itu menelepon Olivia dan mengajaknya bertemu di sebuah cafetaria di dekat fakultas mereka.

"Semuanya berjalan baik Jo. Sesuai dengan harapanku, minggu depan aku wisuda." Olivia memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi, "dan kau sendiri bagaimana? Rasanya sudah setahun ini aku tidak pernah melihatmu lagi. Terakhir hanya pas acara wisudamu."

Mungkin Olivia tidak pernah bertemu secara langsung dengan Jonathan. Tapi hampir setiap saat ia melihat semua akun media sosial milik pria itu.

"Syukurlah kalau begitu." Jonathan menatap intens manik biru Olivia.
"Aku juga sangat baik Olivia, sekarang aku telah bekerja di salah satu rumah sakit di London."

"Benarkah? Itu adalah kabar yang sangat baik." Olivia tampak begitu antusias.

"Aku datang ke sini karna aku sangat merindukanmu." Kata yang sangat biasa menurut Jonathan. Namun, memberikan efek luar biasa bagi Olivia.

Wajah Olivia sesaat langsung bersemu merah. Hatinya berteriak bahagia mendengar ucapan Jonathan. Apa? Jonathan merindukannya, sama seperti Olivia yang juga sangat merindukan laki-laki itu. Alangkah bahagianya jika Jonathan juga mencintai Olivia sama seperti Olivia yang juga begitu mencintainya.

"Oh ya Olivia, Aku ada kabar bahagia" Jonathan kembali pada netra biru Olivia. "Aku dulu pernah menceritakan tentang Meghan kepadamu bukan?"
Laki-laki tampan bermata coklat itu tampak sangat antusias.

Olivia mengangguk, tapi perasaannya menjadi buruk ketika Jonathan menyebutkan nama itu. "Tentu saja aku ingat, gadis yang menjadi teman satu angkatanmu bukan?"

"Iya kau benar sekali, ternyata ingatanmu masih sangat tajam Olivia. Aku pikir setelah menjadi mahasiswa Oxford kau akan berubah menjadi gadis pikun," gurau pria itu.

The Crown Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang