Part 11.2 The Next Queen

4K 501 17
                                    

"Apa yang sedang kau rencanakan Miss. Bar bar?" suara Edward tiba-tiba sambil mencekal tangan Olivia yang tengah berjalan di lorong istana menuju kamarnya.

Situasi di tempat itu sangat sepi, karena semua orang masih hanyut dalam acara yang diadakan oleh pihak istana.

Olivia terlalu lelah dengan acara pesta makan malam dan dilanjutkan dengan pesta dansa itu. Orang tuanya masih betah berbincang bincang dengan beberapa kenalan mereka.

Olivia yang terkejut dengan kedatangan Prince Edward tampak memucat. Wajahnya menjadi berubah memutih layaknya kapas yang baru berjatuhan dari pohon.

"Apa maksudmu your highness ?" tanya Olivia sambil berusaha menepis cekalan tangan pria itu.

"Jangan berpura-pura bodoh. Aku tahu kau telah mengatakan sesuatu kepada Ratu saat di taman tadi siang." Edward semakin mengeratkan cengkramannya.

"Ya, aku memang telah mengatakan sesuatu. Aku mengatakan kepada ibu Ratu kalau putranya telah mencabut kembali donasi yang telah diberikan, kepada rumah sakit tempatku berkerja."

Olivia mulai mengumpulkan keberaniannya. Ia tidak boleh takut, karena ia tidak melakukan kesalahan apapun.

"Kau benar-benar ingin mencari masalah denganku Lady Olivia Chester." Edward mengunci kedua tangan gadis itu ke dinding. Ia menatap tajam kedalam bola mata Olivia. Bahkan ia membuat tubuh gadis itu menjadi sesak terperangkap oleh tubuhnya. Wajah mereka hanya berjarak beberapa senti. Edward bisa mencium dengan jelas Aroma jean patou's joy yang digunakan gadis itu .

"Ayolah Prince Edward, bersikap dewasalah sedikit. Jangan bersikap kekanak-kanakan seperti ini. Kau terlihat seperti bocah lima tahun yang tengah bertengkar."

"Apa?!! Jaga ucapanmu nona," bentak Edward.

"Kalau kau membenciku, seharusnya kau melampiaskannya kepadaku, bukan mencabut donasi itu. Kau tahu banyak nyawa yang bergantung pada donasimu itu,!!" Ucap Olivia dengan nada 2 oktaf lebih tinggi dari bentakan Edward, penuh emosi.

Dengan nafas tersenggal gadis itu melanjutkan kata-katanya. "Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan."

"Kau !!" Edward kehabisan kata-kata, ia kemudian mencengkram dagu Olivia dan mengintimidasi seluruh tubuhnya.

Olivia yang sangat kesal dengan perlakuan Edward kembali melakukan tindakan antimainstremnya. Olivia menendang pria itu dengan lutut tepat di harta berharganya. Sekuat tenaga Olivia kemudian mendorongnya kuat membuat laki laki itu hampir hilang keseimbangan.

"Awwwww!!!!"Edward berteriak kesakitan sambil memegangi alat penting di antara selangkangannya.

Ia sangat terkejut karena tindakan Olivia yang di luar prediksinya. Untuk hari ini saja ia sudah dua kali mendapatkan tindakan kekerasan fisik dari wanita itu. Jika seandainya Olivia bukan perempuan, sudah bisa dipastikan Edward akan menghajar gadis itu sampai babak belur dan mematahkan tulang belulangnya.

Saat ini Edward sama sekali tidak bisa membanggakan sedikitpun sabuk hitam taekwondo yang telah didapatkannya sejak berpuluh tahun yang lalu. Edward semakin sadar ternyata Olivia bukanlah lawan yang lemah. Dibalik sikap anggun dan femininnya, ternyata gadis itu sama sekali tidak gentar menantang Edward. Sifat maskulin yang tiba-tiba muncul di antara hight heels dan gaun, ternyata lebih berbahaya.

Namun, ada satu hal yang patut disyukuri Edward saat tindakan kekerasan yang dilakukan Olivia terjadi, tidak ada satupun orang yang melihat. Termasuk pelayan istana.
Kalau tidak, mungkin semua orang akan menjadikannya bahan lelucon.

"Kau benar benar wanita bar bar berengsek !!!" Edward mengacungkan telunjuknya tepat di depan wajah Olivia. Kemarahannya telah sampai ke ubun-ubun.

".. dan kau pria barstad tidak punya hati !!!" balas Olivia tidak kalah sengit. "Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika kau menjadi Raja di negara ini," sindir Olivia.

The Crown Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang