Hanya perlu bertahan dengan sisa sayap-sayap patah.
Berdamai dengan keadaan adalah jalan satu-satunya untuk bertahan.
Aku akan memulihkan semuanya,
hingga kembali mampu mengepakan sayapku lebar.
Dan masa itu pasti akan terjadi ..
Masa dimana aku akan terbang meninggalkan semua luka dan tak akan kembali.***
Seminggu sudah Olivia dan Edward menikah. Semenjak Olivia mengetahui semua rencana yang akan dilakukan Edward, gadis itu kian irit bicara. Ia terluka, benar benar terluka. Tak ada yang bisa di perbuatnya selain berusaha merawat semua luka yang telah membekas dihatinya. Kata-kata dan perlakuan Edward di pesta dansa semakin membuat Olivia merasa tidak berharga.
Sekarang hal terbaik yang bisa Olivia lakukan adalah berakting, memainkan perannya dengan baik. Saat di depan umum Olivia akan memperlihatkan senyuman terbaik. Namun, ketika ia hanya berdua dengan Edward semuanya akan kembali hening. Tidak ada sapaan selamat pagi atau selamat malam. Tidak ada teguran dan sapaan sekedar menanyakan kabar. Ternyata janji suci pernikahan di depan Tuhan sangat mudah untuk di ingkari
Sekarang bagi Olivia Edward hanya sebagai malaikat pencabut nyawa yang akan melakukan tugasnya bila waktu telah tiba. Olivia tak lebih hanya seperti boneka, didandani kemudian bermain peran seperti yang diinginkan Edward.
Banyak hal yang telah berubah dalam hidup Olivia. Ia tidak bisa lagi bekerja karena istana telah melarang seorang calon ratu untuk bekerja. Peraturan itu telah terbentuk jauh dari awal sistem monarki di negara ini berdiri. Itu semua tidak bisa dilanggar.
Olivia sudah tidak bisa menjadi dirinya sendiri lagi. Ada ratusan peraturan yang harus dipatuhinya. Peraturan berbicara, peraturan di meja makan, peraturan berpakaian, peraturan mengaduk teh, peraturan cara menyilang kaki saat duduk, peraturan memegang tas, peraturan cara berbicara kepada raja dan ratu, Peraturan cara berbicara kepada anak kecil, peraturan saat berjabat tangan dengan orang yang bukan berasal dari kalangan bangsawan, peraturan... Peraturan... Peraturan... Semuanya harus Olivia ingat tanpa boleh di langgar satu pun.
Semua pesta-pesta mewah telah usai. Edward dan Olivia telah menempati istananya sendiri. Mereka telah diberi gelar Prince and Princes of Eidenburg. Rencana bulan madu mereka telah dijadwalkan seminggu lagi.
Olivia dan Edward harus menjalani tugas baru. Sebelum pergi berbulan madu, mereka telah disibukan dengan serangkaian acara kenegaraan dan kegiatan Sosial.
Hari ini mereka dijadwalkan akan menghadiri acara amal. Mengunjungi sebuah panti jompo terbesar di daerah Norwich. Perjalanan memakan waktu dua jam perjalanan dari London. Rombongan itu memilih jalur darat untuk sampai di Norwich.Mobil yang ditumpangi Edward dan Olivia memiliki sebuah sekat yang membuat mereka terpisah dengan supir. Sehingga pembicaraan mereka tidak dapat di dengar oleh supir.
"Apa kau sudah makan, Sayang?" tanya Edward lembut kepada Camila melalui ponsel pintarnya.
"........"
"Baiklah nanti malam aku akan ke sana. Aku juga sangat merindukanmu." Wajah suami Olivia itu tampak bahagia dengan sebuah senyuman yang terukir di wajahnya.
Selama dalam perjalanan, Edward lebih memilih untuk mengobrol dengan Camila melalui telepon genggamnya. Ia sepenuhnya mengabaikan keberadaan Olivia yang duduk di sampingnya. Pria itu bahkan tidak sungkan untuk merayu kekasihnya dengan kata-kata vulgar di depan Olivia.
Olivia hanya bisa menjadi pendengar yang baik di kursi penumpang bagian lain. Ia sungguh tidak nyaman jika harus berlama-lama berada di dekat Edward. Tapi apa boleh buat Olivia tidak punya pilihan lain. Walaupun muak, ia harus tetap berada satu mobil dengan Edward.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown
RomanceCERITA INI MURNI HASIL IMAJINASI PENULIS. SAY NO TO PLAGIAT!!! Olivia Anderson Stuart , 24 th Ia sering di panggil Lady Olivia Cheester. Terlahir sebagai anak tunggal dari pasangan bangsawan dan pengusaha Inggris Earl of Cheester Robert...