Part 19. pain.

4.6K 548 79
                                    

Akan ada suatu waktu ...
Cinta hanya akan menjadi sebuah ilusi saat kau mencoba untuk melupakannya....

***

Hari ini satu sesi perayaan baru setengahnya  berakhir. Sampai satu minggu ke depan Olivia dan Edward, masih akan melakukan perayaan demi perayaan.

Olivia tidak lagi menggunakan baju pengantin yang ia pakai tadi waktu  pengucapan janji suci pernikahan. Sekarang baju itu telah berganti dengan gaun putih yang lebih simpel. Namun tetap dengan tiara di kepalanya.

Dirinya tidak  menyangka, kalau  menjadi  keluarga  istana ternyata  tidak  seindah  yang  orang-orang bayangkan.

Seharian ia harus menerima  tamu dari berbagai  negara.

"Sampai kapan acara untuk  hari  ini  akan  berakhir?" tanya Olivia sambil berbisik kepada Edward  yang  berdiri tepat di sampingnya.

"Kenapa? Apa kau  mulai menyerah Lady Olivia  Cheester? Ini bahkan belum  sampai 24 jam kau menjadi istriku," jawab Edward  sarkastis. "Harusnya kau membaca rundown yang telah diberikan kepadamu."

Olivia menoleh menatap  Edward  yang menatap  lurus  ke depan. la menarik nafas  dalam. Dirinya tidak bisa  berkata apa-apa lagi. Ya.. salah dirinya yang tidak membaca rundown acara. Ia begitu tidak berselera untuk membuka amplop yang telah di serahkan pihak istana kepadanya. Bahkan, Olivia juga mendengar dengan serius susunan acara yang kembali dibacakan oleh wanita yang diutus istana untuk mendampinginya.

Sebenarnya dirinya saat ini sangat  kelaparan. Peraturan  istana  yang  sangat  ketat saat makan,  membuat  Olivia tidak  leluasa dan  nyaman  saat makan siang tadi. Hanya  dua sendok  makanan  yang  masuk ke perutnya, jam makannya tersita pada kesopanan dan tata krama.

"Tenanglah Lady Olivia  Chester, masih banyak  hal  yang  lebih  mengerikan lagi  yang  akan  kau  lalui nanti. Ini semua belum  ada apa-apanya. Aku bahkan tidak  sabar,  melihat kau ingin mengakhiri hidupmu  sendiri karena  beratnya kehidupan  yang  kau lalui," ucap Edward  sambil tersenyum  miring. Pandangan  matanya tetap menatap lurus ke depan. Suaranya jelas sarat dengan kebencian.

Olivia  menelan salivanya, saat mendengar  kata-kata  tajam  dari  pria yang  baru  beberapa  jam  yang  lalu  telah  resmi  menjadi  suaminya itu. Ada goresan luka yang Olivia  rasakan  di dalam  hatinya. Olivia  semakin  menyadari dan  sangat  yakin  kalau  Edward  tidak  akan  pernah  menganggap  kehadiran dirinya. Sampai  kapanpun  tidak  akan  pernah.

Oh.. rumah  tangga  macam apa  yang  sebentar lagi  akan  ia jalani? Olivia  telah  mengorbankan  semuanya  untuk  pernikahan  yang  sama sekali  tidak  pernah  di harapkannya.  Ia harus  mengubur  semua  mimpinya menjadi  dokter  anak, melanjutkan  pendidikan dan menikah dengan  Jonathan, cinta terpendamnya.

Bola mata Olivia  terasa  memanas.  Cairan bening itu  sebentar  lagi  akan  jatuh berhamburan.

"Selamat Your Royal Higness, aku doakan semoga  kalian  selalu berbahagia dan  dikarunia banyak anak"

Salah seorang  selebriti  papan atas inggris, mengulurkan tangan memberi selamat kepada Olivia. Wanita  yang  dulu  pernah  dirinya temui di NYFW itu, ternyata  juga  menjadi  salah  satu tamu istimewa  di acara pernikahannya.

Wanita  yang sekarang  telah  menjadi  perancang  busana itu, datang bersama  suaminya  yang  berprofesi  sebagai  atlet  sepakbola.

"Terimakasih Mrs. Beckhi." Olivia  membalas uluran  tangan  wanita  itu  dan suaminya.

***

Olivia benar-benar merasakan lelah di seluruh tubuhnya. Satu hari yang ia lalui, rasanya telah mampu mematahkan tulang belulangnya. Tenaganya telah terkuras habis.

The Crown Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang