Part 20.1 Dance Party.

4K 540 42
                                    


When I see your face
There’s not a thing that I would change
Cause you’re amazing
Just the way you are

***

Olivia  perlahan membuka mata perlahan saat sinar matahari pagi merambat menembus  jendela  kamar  yang  ditempatinya. Mata itu  terasa bengkak  dan sulit  untuk  dibuka. Semalaman ia menangis sepuasnya.

"Good morning, Olivia," lirihnya sambil tersenyum hambar. "Terimakasih karena kau telah kuat sampai detik ini."

Mata birunya tertuju pada buku diary yang tergeletak di sebelahnya. Ia kemudian  mengambil  benda itu semalam telah menemaninya. Olivia menumpahkan semua isi hatinya pada salah satu  lembaran buku berwarna ungu itu. Lembaran kertas yang  telah  dipenuhi dengan  guratan pena,  berisi semua tumpahan perasaannya. Dengan perlahan Olivia kemudian meletakan buku itu ke dalam tas yang teronggok di atas
nakas. Buku itu adalah privasinya.
Olivia akan menjaganya dengan sangat hati-hati. Jangan sampai Diary itu jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab. Semua rahasia hidupnya ada di dalam buku itu.

Dengan  langkah  kaki yang  di paksakan,  Olivia  menyeret  kakinya  menuju pintu  kamar mandi. Ia langsung  membenamkan seluruh  tubuhnya ke dalam  bath tub yang telah  berisi air hangat dan  campuran aroma therapy. Perpaduan  aroma  dari grapefruit dan rosmary, ternyata  tidak  mampu melenyapkan   ucapan  Edward  yang  masih  bersarang di gendang  telinga  Olivia.

"Wanita itu hanya sampah yang kebetulan lewat di hidupku, ia tidak berarti apa-apa. Pernikahan ini sama sekali tidak berarti apa-apa bagiku, sampai  kapanpun  tidak akan  pernah  berarti apa-apa  bagiku."

"Aku tahu memang tidak ada perceraian didalam istana ".

"Aku akan menunggu  wanita  itu  bunuh diri. Tapi jika  ia  tidak  melakukannya aku akan  melenyapkannya, bukan menceraikannya."

Air mata kembali  mengalir melalui celah pada kelopak mata yang  tertutup itu.  Olivia  merebahkan  kepalanya pada sandaran bath tub. Mencoba  menenangkan hati dan  perasaannya. Tubuhnya  memang  masih hidup. Jantungnya masih berdetak. Paru-parunya masih berfungsi  sebagai mana mestinya.  Tetapi, tidak  dengan  jiwanya.  Jiwa Olivia  terasa  kosong  dan  hampa.  Jiwa itu  sekarang  perlahan mulai mati.

Air hangat yang  menenggelamkan  tubuh  ramping Olivia, tidak  mampu menghangatkan tubuh dan hatinya yang  terasa beku.

Ini baru awal perjalanannya menjadi seorang  putri mahkota. Baru beberapa langkah  ia menjalani kehidupan di istana. Namun, semuanya  sudah  terasa menyakitkan, sangat  menyakitkan. Sepertinya  Edward  akan  merealisasikan  kata-katanya. Membuat  hidup  Olivia  bagaikan di neraka.

Olivia mengusap busa  sabun itu  ke seluruh  tubuhnya.  Berharap  kelembutan  busa itu  dapat  menenangkan hati  dan  perasaannya yang terasa kacau balau  saat ini.

"Aku akan  mencoba  bertahan, hingga  akhir  batas kemampuanku. Aku hanya  berharap  ada sedikit  kedamaian menjelang  semuanya usai. Benar-benar  usai tanpa bersisa. Mimpiku. Akan ada sedikit  ketenteraman  di jiwaku hingga  pada akhirnya semuanya akan  berakhir. Tak perlu aku kau kenang di hatimu.  Karena  akan ada banyak  hati yang  akan  mengenangku,  tanpa kuminta,  tanpa kumengemis. Hati orang-orang yang mencintaiku dengan  tulus."

"Dan jika masanya telah tiba. Aku harap kau  benar-benar  akan menghapus semuanya tentangku.  Kalau  bisa lupakanlah namakuJangan pernah  ada prasasti untukku. Lakukanlah semua yang kau mau Ed, jika itu dapat menghilangkan semua dendammu. Jika hal itu bisa melenyapkan kebencianmu kepadaku. Lakukanlah semua rencanamu. Dan aku akan bertahan dengan sekuat tenagaku."

The Crown Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang