When I see your face
There’s not a thing that I would change
‘Cause you’re amazing
Just the way you are***
Olivia perlahan membuka mata perlahan saat sinar matahari pagi merambat menembus jendela kamar yang ditempatinya. Mata itu terasa bengkak dan sulit untuk dibuka. Semalaman ia menangis sepuasnya.
"Good morning, Olivia," lirihnya sambil tersenyum hambar. "Terimakasih karena kau telah kuat sampai detik ini."
Mata birunya tertuju pada buku diary yang tergeletak di sebelahnya. Ia kemudian mengambil benda itu semalam telah menemaninya. Olivia menumpahkan semua isi hatinya pada salah satu lembaran buku berwarna ungu itu. Lembaran kertas yang telah dipenuhi dengan guratan pena, berisi semua tumpahan perasaannya. Dengan perlahan Olivia kemudian meletakan buku itu ke dalam tas yang teronggok di atas
nakas. Buku itu adalah privasinya.
Olivia akan menjaganya dengan sangat hati-hati. Jangan sampai Diary itu jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab. Semua rahasia hidupnya ada di dalam buku itu.Dengan langkah kaki yang di paksakan, Olivia menyeret kakinya menuju pintu kamar mandi. Ia langsung membenamkan seluruh tubuhnya ke dalam bath tub yang telah berisi air hangat dan campuran aroma therapy. Perpaduan aroma dari grapefruit dan rosmary, ternyata tidak mampu melenyapkan ucapan Edward yang masih bersarang di gendang telinga Olivia.
"Wanita itu hanya sampah yang kebetulan lewat di hidupku, ia tidak berarti apa-apa. Pernikahan ini sama sekali tidak berarti apa-apa bagiku, sampai kapanpun tidak akan pernah berarti apa-apa bagiku."
"Aku tahu memang tidak ada perceraian didalam istana ".
"Aku akan menunggu wanita itu bunuh diri. Tapi jika ia tidak melakukannya aku akan melenyapkannya, bukan menceraikannya."
Air mata kembali mengalir melalui celah pada kelopak mata yang tertutup itu. Olivia merebahkan kepalanya pada sandaran bath tub. Mencoba menenangkan hati dan perasaannya. Tubuhnya memang masih hidup. Jantungnya masih berdetak. Paru-parunya masih berfungsi sebagai mana mestinya. Tetapi, tidak dengan jiwanya. Jiwa Olivia terasa kosong dan hampa. Jiwa itu sekarang perlahan mulai mati.
Air hangat yang menenggelamkan tubuh ramping Olivia, tidak mampu menghangatkan tubuh dan hatinya yang terasa beku.
Ini baru awal perjalanannya menjadi seorang putri mahkota. Baru beberapa langkah ia menjalani kehidupan di istana. Namun, semuanya sudah terasa menyakitkan, sangat menyakitkan. Sepertinya Edward akan merealisasikan kata-katanya. Membuat hidup Olivia bagaikan di neraka.
Olivia mengusap busa sabun itu ke seluruh tubuhnya. Berharap kelembutan busa itu dapat menenangkan hati dan perasaannya yang terasa kacau balau saat ini.
"Aku akan mencoba bertahan, hingga akhir batas kemampuanku. Aku hanya berharap ada sedikit kedamaian menjelang semuanya usai. Benar-benar usai tanpa bersisa. Mimpiku. Akan ada sedikit ketenteraman di jiwaku hingga pada akhirnya semuanya akan berakhir. Tak perlu aku kau kenang di hatimu. Karena akan ada banyak hati yang akan mengenangku, tanpa kuminta, tanpa kumengemis. Hati orang-orang yang mencintaiku dengan tulus."
"Dan jika masanya telah tiba. Aku harap kau benar-benar akan menghapus semuanya tentangku. Kalau bisa lupakanlah namaku. Jangan pernah ada prasasti untukku. Lakukanlah semua yang kau mau Ed, jika itu dapat menghilangkan semua dendammu. Jika hal itu bisa melenyapkan kebencianmu kepadaku. Lakukanlah semua rencanamu. Dan aku akan bertahan dengan sekuat tenagaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown
RomanceCERITA INI MURNI HASIL IMAJINASI PENULIS. SAY NO TO PLAGIAT!!! Olivia Anderson Stuart , 24 th Ia sering di panggil Lady Olivia Cheester. Terlahir sebagai anak tunggal dari pasangan bangsawan dan pengusaha Inggris Earl of Cheester Robert...