Wanita dengan wajah sendu itu masih meringkuk di balik selimut.
Matanya tampak sembab. Tubuh kurusnya semakin ringkih.
Bau alkohol dan rokok membuat pengap ruangan tempat ia bermuram durja. Semalaman ia telah menghabiskan berbotol-botol alkohol untuk melenyapkan masalahnya. Bukan.. Bukan semalaman tapi sudah berhari hari ini.Camila memang selalu mengatakan Edward boleh menikah dengan wanita manapun sesuai dengan pilihan istana. Tapi, sungguh ia merasa sangat sakit dan depresi selama seminggu ini, ketika setiap hari harus melihat berita kekasihnya dengan gadis yang bernama Olivia itu .
Edward memang telah berjanji kalau hati dan hidupnya adalah milik Camila. Tidak akan ada wanita lain yang akan memiliki selain dirinya.
Namun, Camila tetap tidak bisa membohongi perasaannya kalau ia cemburu. Ia sekarang akan mengambil peran sebagai wanita ketiga di dalam hubungan Edward dan Olivia. Itu sungguh tidak adil. Olivialah yang pada kenyataannya yang telah menjadi orang ketiga di dalam hubungannya dengan Edward.
Sungguh dunia memang tidak adil. Apa kesalahannya? Sehingga dunia telah memperlakukannya seperti ini. Apa hanya karena ia telah memiliki anak dari cinta masa lalunya? Tapi, Alicia anaknya bukanlah suatu kesalahan.
Dulu memang Camila beberapa kali pernah ingin melenyapkan Alicia yang masih berbentuk janin. Namun, jiwa kemanusiaannya akan merasa terpanggil dan iba.
Alicia putrinya yang ia biarkan hidup, tapi tidak bisa ia berikan cinta. Mengingat betapa dalam luka yang harus ditanggung Camila dari ayah biologis anak itu. Alicia putrinya yang ia serahkan semua keperluannya kepada sang pengasuh. Termasuk kebutuhan anak itu akan belaian kasih sayang dan cinta.
Hidup Camila memang penuh dengan luka. Ia dicampakkan oleh kedua orangtuanya karena telah memilih cintanya. Cinta yang juga pada akhirnya mencampakkan dirinya.
Edwardlah satu satunya alasan yang membuat ia masih mencintai dirinya. Membuat Camila merasa berharga. Membuat Camila masih mampu meneruskan hidup di antara beribu hinaan dan cemoohan yang ia terima.Camila semakin meradang setelah menyaksikan berita pertunangan kekasihnya dengan Olivia. Sebenarnya ia tidak ingin melihat berita yang ada di setiap stasiun televisi nasional dan mancanegara itu. Namun, rasa rindu akan wajah Edward yang hampir dua minggu ini tidak pernah ia lihat, membuat Camila mengabaikan lukanya.
Laki-laki itu tidak bisa lagi seperti biasa berkunjung ke flat Camila dengan leluasa. Semenjak Istana mengumumkan rencana pertunangan Olivia dan Edward, media selalu menjadi bayangannya.
Sekarang disamping Edward akan ada wanita yang maha sempurna. Gadis itu terlahir dari keluarga bahagia. Berlimpah materi dan juga kasih sayang. Memiliki pekerjaan yang paling mulia menurut mata manusia. Ia mempunyai wajah sempurna bagaikan dewi dewi Yunani. Semua pria nanti pasti akan memujanya bahkan mungkin bisa saja memberikan cintanya kepada Olivia.
Tapi Camila tidak pernah menginginkan itu. Ia hanya ingin Cinta Edwardnya seorang. Tak akan ada yang boleh memilikinya. Termasuk Olivia. Gadis itu telah memiliki segala-galanya di dalam hidup. Terlalu tidak adil rasanya kalau Camila juga harus menyerahkan Edward kepada Olivia. Edward adalah milik Camila. Selamanya.
Camila menatap Jam tangan chopard yang ada di tangannya. Jam itu adalah hadiah pertama yang diberikan Edward kepada Camy. Hadiah yang membuat dirinya menjadi manusia paling beruntung di dunia ini. Hadiah yang membuat Camila merasa berharga.
Kilau berlian di jam itu memendarkan cahaya warna warni, sesuai dengan warna masing masing batu paling mulia tersebut.
Jam itu kembali mengingatkannya akan pertemuan pertama Camila dengan Edward.
Mereka sama-sama jatuh cinta pada pandangan pertama. Bahkan Edward bisa menerima kehadiran Alicia karena cintanya kepada Camila.
Entah sudah berapa banyak air mata yang ditumpahkan Camila demi cintanya kepada Edward. Namun, semua tidak membantu. Air mata itu tidak akan pernah membuat Camila memiliki Edward seutuhnya.
"Mommy," suara lembut gadis enam tahun itu terdengar samar-samar di balik pintu. Wajahnya setengah takut.
"Are you okey mom? "Tanya gadis yang hanya terlihat kepalanya saja di balik daun pintu.
"Pergilah Alicia, jangan menggangguku," ucap Camila pelan.
Gadis kecil itu memberanikan dirinya memasuki kamar Camila yang gelap. Samar-samar di balik tirai, pancaran siluet cahaya berwarna putih menembus perantara tirai yang satu dengan yang lainya.
Alicia sangat mencemaskan keadaan ibunya itu. Hampir satu minggu ini Alicia melihat Camila mengurung diri di kamarnya.
Iya sangat merindukan Ibunya itu. Walaupun hanya dengan menatap wajah Camila, itu sudah lebih dari cukup bagi Alicia
"Apa momy sakit?" tanya Alicia ragu ragu.
"Aku bilang jangan mengangguku Alicia!!!" bentak Camila.
"Berengsek..!!!" Camila melempar bantal tepat ke muka Alicia, gadis enam tahun yang masih sangat naif.
"Semua ini gara- gara kau!! Karena kehadiranmu lah mereka semua menghinaku. Karena kehadiranmu lah aku menjadi yang tidak pantas untuk menikah dengan Edward." Camila masih berada di bawah pengaruh alkohol, selama ini walaupun ia tidak memperdulikan Alicia, tapi ia tidak pernah membentak gadis itu.
"Pergi..!!!! Berapa kali aku katakan, jangan memanggilku momy." Camila memang selalu mengingatkan putrinya itu untuk memanggil dengan namanya saja. Tapi anak itu sering tidak mengindahkan.
"Aku bukan momy mu, aku hanya wanita yang melahirkanmu!!!" Pekik Camila lirih.
"Hanya anak Edward yang nanti boleh memanggil ku momy!!" Camila melempar benda apapun yang ada di dekatnya. Pengaruh alkohol benar- benar membuatnya tidak bisa berfikir dengan logika.
Air mata meluncur deras menuruni pipi Alicia. Kata-kata wanita itu bagaikan ribuan jarum yang menghujam jantungnya. Umurnya baru enam tahun. Mengerti apa ia tentang ucapan yang Camila ucapkan. Yang Allicia tahu Camila adalah ibunya. Satu-satunya keluarga yang ia miliki di atas dunia ini.
Alicia tidak punya pilihan lain selain melangkahkan kaki keluar kamar Camila.
Sinar di mata Alicia jelas memancarkan luka. Camila ibunya, yang tidak pernah bisa ia peluk dan ia rasakan kehangatan tubuhnya.
Camila bisa berjam-jam menatap layar telepon genggamnya. Tapi satu menit saja ia merasa enggan menatap bola mata Alicia, yang entah berapa kali ia lukai.
Gadis kecil itu selalu tampak murung. Bahkan di tengah tengah keramaian sekalipun.
"momy bisakah sekali saja kau memeluku. Aku sangat mencintaimu momy. Hanya kaulah yang aku miliki," isakan gadis itu terdengar lirih.
Ia berlalu menuju kamarnya. Dimana di sana ada Margareth pengasuh nya yang selalu memberikan pelukan hangat dan obat bagi luka-luka hati Alicia.
Camila memang benci menatap mata coklat gadis itu. Mata yang sama persis dengan ayah biologisnya. Lak- laki yang mencampakkan Camila seperti binatang.
Samar-samar Camila mendengar isakan tangis putrinya. Tapi ia tidak peduli. Lukanya lebih dalam dan menganga.
Tbc...
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown
RomanceCERITA INI MURNI HASIL IMAJINASI PENULIS. SAY NO TO PLAGIAT!!! Olivia Anderson Stuart , 24 th Ia sering di panggil Lady Olivia Cheester. Terlahir sebagai anak tunggal dari pasangan bangsawan dan pengusaha Inggris Earl of Cheester Robert...