#36 - Please

3.1K 501 93
                                    

Malam ini begitu dingin, Jakarta tengah musim hujan. Sunmi yang merasa kedinginan sedari tadi menggerutu kesal sambil memeluk dirinya sendiri yang tengah berbaju lengan pendek. Sekarang, dia tengah kembali ke rumah dengan berjalan kaki.

"Anjinglah, kalo bukan karna Cherry. Gue ogah ngefotokopiin ini!" gumamnya kesal sendiri sambil sedikit meremas kertas fotokopi yang ia bawa dari warung internet tadi.

Jalan begitu gelap, sepi, dan dingin. Rumahnya memang dikategorikan tidak terlalu jauh dari warung internet tadi, tapi tetap saja kedinginan merupakan hal yang menyebalkan. Sebenarnya tadi Chen sudah memaksa adiknya agar ia yang mengantar tapi ditolak mentah-mentah oleh Sunmi. Ia malas ditanya-tanyakan secara paksa tentang Kai lagi.

Bagaimanapun, itu sakit ketika mengingatnya.

Suasana jalanan yang gelap membuatnya teringat kejadian dimana dia hampir dicabuli. Bulu kuduknya meremang mengingatnya, tapi untung saja saat itu ada Kai. Bila tidak ada, mungkin ia akan menyesali sepanjang sisa hidupnya.

"Kai..." ia bergumam sambil tersenyum. Matanya berbinar menatap jalanan sepi.

Tapi itu tidak berlangsung lama, nyeri di hatinya kembali lagi ketika mengingat kejadian beberapa hari lalu.

"Bangsat... masih sakit aja sih?" gumamnya lagi sambil menyentuh dada nya yang sesak mengingat itu.

Baru juga gue sayang, buka hati buat dia... malah gini jadinya...

Tin Tin.

Suara klakson mobil menghentikan dirinya berjalan. Ia tidak kenal sama sekali suara klakson mobil ini, lagi-lagi ia ketakutan.

Perlahan ia menoleh.

Mobilnya berwarna biru sedan, kacanya begitu gelap. Menyeramkan sekali, sudah jalanan gelap, sekarang ia tengah diklakson mobil yang bahkan entah punya siapa.

Apa gue lari aja ya?

Baru saja Sunmi ingin berjalan menjauh, supir mobil itu turun yang lain tak lain adalah orang yang baru saja ia pikirkan.

Kai.

Sunmi terkaget sebentar, kemudian ia tersenyum simpul."Pergi Kai,"

Sunmi berusaha menjauh dari mobil itu, ia ingin berlari tetapi tangan Kai sudah sigap menahan tangannya.

"Tunggu,"

"Kok sendirian?"

Sunmi menoleh dengan wajah sedikit kesal,"Lo ga berhak tau, mending lo pergi deh!"

"Yaudah, kalo gitu gue mau ngomong,"

"Gue ga mau denger omongan lo, ngerti?"

Kai semakin mengeratkan genggamannya.

Kali ini Sunmi menatap gengaman itu dengan wajah marah bukan main, "Lo apa-apaansih?! Maksa banget!"

"Dengerin penjelasan gue dulu!" nada Kai meninggi membuat Sunmi sedikit takut. Tapi tetap saja ia bersikeras berlari dari situ.

"Penjelasan apa sih?! Ga ada yang perlu dijelasin! Lo mending lepasin gue deh daripada gajelas gini, ngerti?!" bentak Sunmi balik. Ia pun melepas tangan Kai dengan tangan satunya yang memegang kertas fotokopi tadi.

Iya, berhasil melepaskan karena gengamannya tidak sekuat tadi.

"Sun tunggu!"

"Lo masih healer gue kan?"

Healer.

"Anjing," gumam Sunmi. Ia baru ingat, ia masih bertugas sebagai perawat ketika Kai terluka.

is that you ? // kai✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang