PROLOG

144K 5.9K 160
                                    

10 tahun yang lalu

“Kamu harus menikah Div, demi kebaikanmu dan kehormatan keluarga kita,” bujuk Ratih pada Puteri semata wayangnya.

Diva menitikkan airmatanya dalam diam.

Ya Allah..., aku masih sekolah,” batinnya, “..., dan aku mau tetap melanjutkan pendidikanku.”

Namun airmata itu hanyalah angin lalu bagi Ratih dan Gunawan – Suaminya. Bagi mereka, pernikahan antara Diva dan Putera sahabat baik keluarga mereka harus terlaksana. Tidak ada penolakan.

Ketika pernikahan itu telah terjalin, ketika Diva telah pasrah akan masa depannya bersama pria yang kini telah menjadi suaminya, sesuatu paling tak terduga pun terjadi.

“Aku tidak mencintaimu!,” tegas Daniel.

Diva menatap punggung pria itu dengan tatapan tak percaya.

“Lalu apa gunanya kamu menikah denganku jika tak mencintaiku? Kenapa kamu tak mengatakannya pada Orangtua kita?,” tanya Diva, lugu.

Daniel berbalik menatap Diva yang masih mengenakan kebaya pernikahan berwarna putih bersih. Ia menatapnya dengan tatapan paling dingin yang menusuk hati Diva.

“Aku menikahimu hanya karena tak ingin Orangtuaku malu di depan Orangtuamu. Aku tak bisa mencintaimu karena aku mencintai wanita lain, dan aku tak bisa melupakannya,” jawab Daniel, jujur.

Airmata itu kembali menetes membasahi wajah Diva perlahan-lahan. Bukan hanya masa depannya, ia bahkan sudah mengorbankan pendidikannya demi pria yang ada di hadapannya itu. Namun balasan yang ia terima hanyalah sebuah kehancuran.

“Jadi..., apa yang kamu inginkan sekarang?,” tanya Diva dengan rasa marah yang tiada tara.

“Ceraikan aku. Pernikahan ini hanya bisa berakhir jika kamu yang menceraikan aku!.”

“Aku tidak akan menceraikan kamu!,” tegas Diva.

Daniel menatapnya.

“Terserah kalau kamu tak mau hidup denganku! Terserah kalau kamu lebih mencintai perempuan lain! Satu-satunya hal yang tidak akan pernah terjadi dalam kehidupanmu di masa depan adalah bercerai dariku!!!.”
Daniel mengatupkan rahangnya kuat-kuat agar tak menjadi emosional. Ia hanya menatap Diva dengan angkuh.

“Terserah!!!,” balasnya singkat.

Daniel pun pergi meninggalkan Diva sendirian di dalam kamar yang seharusnya menjadi kamar pengantin mereka. Diva menyeka airmatanya dengan kasar. Ia menatap ke arah cermin yang ada di sampingnya.

“Ampuni aku Ya Allah..., apapun hukuman untukku akan kuterima dengan senang hati. Aku mohon, pisahkan aku dengannya jika dia bukan jodohku. Namun jika memang dia jodohku, maka satukanlah kami sebagaimana takdir-Mu yang telah Engkau tulis untukku. Amin Yaa Rabbal’alamin.”

* * *

Kamu Doaku [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang