BAGIAN 33

32.8K 2.1K 7
                                    

Tetesan air hujan akan selalu menghapus debu yang bertebaran. Itu adalah gambaran tentang bagaimana Allah menghapus penderitaan dari diri setiap hamba-Nya.

* * *

KERJA SAMA

Syifa terus berdiri ketakutan di belakang Diva ketika wanita itu mencoba membuka kunci pintu kamar dengan jarum pentul yang terselip di jilbabnya. Keringat dingin bercucuran di wajah mereka berdua, diakibatkan oleh udara yang sangat terbatas, mengingat kamar tersebut tak memiliki ventilasi.

Syifa menarik gamis Diva pelan-pelan. Diva pun berbalik dan melihat wajah puterinya yang begitu pucat.

"Syifa lapar Mi...," adu Syifa.

"Astaghfirullah..., kamu nggak dikasih makan nak?," tanya Diva, terkejut.

Syifa menggeleng, matanya mulai terlihat berkaca-kaca. Diva pun memeluknya dengan erat.

"Ya Allah..., maafin Ummi ya sayang, kalau Ummi tahu pasti Ummi bawain kamu makanan," ujar Diva.

"Ummi nggak salah kok, jangan nangis Mi...," pinta Syifa.

Diva mengangguk.

"Ummi nggak nangis sayang..., sekarang, tahan dulu laparnya Syifa ya..., Syifa adalah puteri Ummi yang kuat! Jadi..., bertahan sebentar lagi sampai Ummi bisa membuka pintunya," pinta Diva.

"Iya Mi...," jawab Syifa.

Diva pun kembali berbalik menuju ke pintu untuk berusaha membukanya lagi. Namun, ketika baru saja Diva akan memasukkan jarum pentul ke dalam lubang kunci tersebut, ada seseorang yang membukanya lebih dulu.

Ceklekkk!!!

Diva pun mundur dengan cepat untuk melindungi Syifa. Ia begitu takut jika Salwa akan berbuat yang lebih nekat lagi.

Seraut wajah pun muncul dari balik pintu yang baru saja terbuka itu.

"Diva???," panggilnya, setengah berbisik.

"Kia???," tanya Diva, untuk meyakinkan diri.

"Iya..., ini aku," jawab Kiana.

Diva pun segera menggendong Syifa yang masih lemas akibat obat bius dan kelaparan. Kiana segera membantunya dengan mengambil Syifa dari gendongan Diva, agar wanita itu tak kelelahan.

"Ayo..., lewat sini," ajak Kiana.

Jendela samping rumah itu tidak terlalu tinggi untuk dipakai melarikan diri, hanya saja ukurannya agak lebih sempit dari yang seharusnya.

Kiana berhasil mengeluarkan Syifa dan dirinya sendiri, sementara Diva masih mencoba melewati jendela sempit itu. Salwa telah kembali setelah membeli beberapa keperluan, matanya terbelalak saat melihat pintu kamar yang dipakainya untuk mengurung Diva dan Syifa terbuka lebar tanpa ada penghuninya lagi.

"DIVA!!! DI MANA KAMU??? JANGAN MELARIKAN DIRI DARIKU!!!," teriak Salwa, kalap.

Diva yang mendengar itu pun langsung menatap Kiana dan Syifa yang sudah berada di luar rumah.

Kamu Doaku [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang