BAGIAN 6

53.1K 3K 20
                                    

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw bersabda : "Barangsiapa percaya kepada Allah dan hari kemudian, hendaklah ia berkata baik atau diam."

* * *

PERTENTANGAN

Firman dan Ardi membawa setumpuk pakaian yang sudah kering ke dalam rumah pondok santri, setelah selesai Shalat Ashar berjama'ah.

Ketika mereka sedang melipat pakaian-pakaian itu, Rasya pun datang bersama Salman. Odi - penghuni kamar paling ujung - keluar dari kamar bersama dengan dua orang rekannya yg lain.

"Aku pokoknya nggak mau ikutan, sudah cukup kemarin kita dapat detensi selama dua minggu penuh dari Abah," umpat Setyo.

"Itulah yang kumaksud..., Akh Tio mengajak aku untuk keluar dari pondok diam-diam hari sabtu nanti, aku sudah menolak dan sekarang aku beri tahu kalian agar tidak ikutan juga sama si pembuat onar itu," jelas Fanno.

"Heran aku sama Akh Tio, kok bisa ya dia selalu membuat onar tanpa takut sama detensi dari Abah? Kemarin dulu aku lihat dia sedang merokok di belakang pondok...," ujar Odi.

"Memang jelek kelakuan Akh Tio itu...," ejek Setyo.

"Ekhm!!!," Salman menegur secara halus.

Mereka berbalik ke arah tempat Salman berdiri. Ardi, Rasya dan Firman tetap melanjutkan pekerjaan mereka.

"Jangan bergunjing Akh..., tidak baik," ujar Salman memperingatkan.

"Alah..., sudahlah Akh Salman, lagipula kita bukan membicarakan orang suci! Akh Tio itu memang buruk kelakuannya," bantah Setyo.

"Betul Akh Salman, jangan membela Akh Tio..., gara-gara dia kita semua selalu kena akibatnya," tambah Odi.

Mereka pun keluar dari rumah pondok santri. Firman menatap ke arah Salman yang masih berdiri di dekat pintu.

"Setahuku, puasa itu bukan hanya menahan lapar dan haus saja, tapi juga menahan hawa nafsu, menahan mulut agar tidak bicara sembarangan, dan menahan kaki agar tak melangkah menuju kemaksiatan," ujarnya.

"Biarkan saja Akh Firman, yang penting kita sudah memperingatkan mereka," ujar Ardi.

"Iya..., sebaiknya kita segera bersiap-siap untuk mengikuti Majelis Ramadhan setelah berbuka puasa bersama di Masjid. Bukankah Akh Firman yang akan membacakan ayat suci Al-Qur'an?," tanya Rasya.

Firman menepuk jidatnya karena hampir saja terlupa dengan tugasnya. Mereka pun beranjak ke kamar masing-masing.

* * *

Usai berbuka puasa bersama dan Shalat Maghrib berjama'ah, acara Majelis Ramadhan pun dimulai. Firman membacakan ayat suci Al-Qur'an dengan khidmat, sementara Salman bersiap-siap untuk menyampaikan materi.

Ketika hampir tiba waktunya untuk naik ke atas mimbar, seseorang menarik pelan ujung bajunya di bagian siku sebelah kanan. Salman pun menoleh dan melihat Diva ada di belakangnya.

"Afwan Akh Salman..., saya mau mengembalikan dompet Akh Salman yang jatuh. Saya menemukannya di samping Masjid," jelas Diva, tanpa berani menatap wajah Salman.

Salman yang masih terpaku pun mengambil dompet tersebut dari tangan Diva. Perasaannya sangat tak menentu, hatinya berwarna-warni.

"Syukron Ukhti Diva... ."

Hanya itu yang mampu Salman katakan. Diva pun segera pergi dari hadapan Salman. Entah mengapa, Salman merasa kecewa pada dirinya sendiri karena hanya mengatakan terima kasih, padahal moment seperti itu mungkin takkan ia dapatkan lagi.

MC telah memanggilnya untuk naik ke atas mimbar. Salman pun segera menenangkan hatinya yang masih meledak-ledak seperti kembang api.

"Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,” ujar Salman membuka materi.

Wa’alaikum salam warrahmatullahi wabarakatuh,” jawaban serentak dari seluruh santri dan santriwati.

Allahumma sholi ‘ala Muhammad, wa ‘ala ali syaidina Muhammad, wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in, amma ba’du.”

"Pertama, mari kita panjatkan puji syukur kepada Allah subhanahu wa ta'ala atas kesehatan yang diberikan-Nya kepada kita sehingga kita semua bisa hadir di Majelis Ramadhan kali ini. Shalawat beserta salam kita panjatkan kehadirat Nabi Muhammad shallallaahu ’alaihi wasallam."

Salman menarik nafas sejenak lalu menatap ke arah Diva yang duduk di antara santriwati lainnya dalam Masjid itu. Ia pun kembali berkonsentrasi.

"Ghibah atau bergunjing, adalah membicarakan aib atau kekurangan dan kelemahan orang lain. Hal ini sangat dibenci oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Kenapa??? Karena ghibah adalah satu-satunya perbuatan yang diibaratkan seperti 'memakan daging saudara kita sendiri'... ."

Salman terdiam sesaat.

"Dalam surat Al-Hujurat ayat dua belas diterangkan, yaaa ayyuhalladziina aamanujtanibuu katsiirom minazh-zhonni inna ba'dozh-zhonni itsmuw wa laa tajassasuu wa laa yaghtab ba'dhukum ba'dhoo, a yuhibbu ahadukum ay ya'kula lahma akhiihi maitan fa karihtumuuh, wattaqullah, innallaha tawwaabur rahiim. Artinya, hai orang orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah Maha penerima taubat lagi Maha penyayang."

Salman menatap ke arah para santri.

"Di bulan Ramadhan ini kita diwajibkan menahan lapar, haus, dan hawa nafsu. Tapi bukan hanya itu..., kita juga diwajibkan untuk menjaga mata agar tak melihat hal yang buruk, menjaga kaki agar tak melangkah menuju kemaksiatan, dan menjaga lisan agar tak membicarakan keburukan orang lain!."

Beberapa santri yang merasa tersindir pun menundukkan kepalanya.

"Dalam sebuah kesempatan, Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda,  'ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sesuatu yang dia benci.' Lalu ada sahabat yang bertanya, 'wahai Rasulullah bagaimana kalau yang kami katakan itu betul-betul ada pada dirinya?.' Beliau pun menjawab, 'jika yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jika yang kalian katakan tidak betul, berarti kalian telah memfitnah atau mengucapkan kebohongan.' Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim."

Salman kembali menarik nafas sejenak. Para santri dan santriwati masih mendengarkan dengan seksama penjelasan dari Salman.

"Dalam hadits lain Rasulullah kembali bersabda, Al-Muslimu man salimal Muslimina min lisanihi wa yadihi. Orang Muslim adalah yang menyelamatkan Muslim lainnya dari ucapannya dan tangannya. Itu tandanya, kita harus membantu saudara kita untuk tidak melakukan ghibah agar kita menjadi Muslim yang selamat. Bagaimana caranya??? Janganlah lupa untuk saling mengingatkan agar tidak bergunjing dan menjaga lisan dengan memperbanyak istighfar. Sekian materi yang bisa saya sampaikan malam ini. Bila ada kesalahan mohon dimaafkan, karena saya hanya manusia biasa yang juga bisa berbuat kesalahan. Wabillahi taufiq wal hidayah, wassalamu'alaikum warrahmatullahi wa barakatuh."

Turun dari mimbar, Salman pun di sambut oleh Ardi, Rasya dan Firman seperti biasanya. Odi, Setyo dan Fanno pun mendekatinya.

"Afwan Akh Salman..., Syukron karena telah menyindir kami secara terang-terangan!!! Tapi ingat, kalau sampai Akh Tio melakukan sesuatu yang buruk dan kami terkena getahnya lagi, maka Akh Salman yang akan bertanggung jawab atas hal tersebut!!!," ancam Odi.

Salman hanya menatapnya, Firman hendak maju ke hadapan Odi namun ditahan oleh Ardi dan Rasya. Mereka pun membubarkan diri.

Kiana menatap dari kejauhan dan melihat yang terjadi. Ia diam, karena menurut Diva - yang pernah tersampaikan kepadanya - diam ketika melihat sebuah masalah adalah kunci untuk memecahkannya.

* * *

Kamu Doaku [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang